Share

Tanpa Pamit

Auteur: Nia Kannia
last update Dernière mise à jour: 2025-07-10 23:07:11

Kaivan kembali melajukan mobilnya untuk pulang. Berharap Alya sudah pulang.

Sebelum menambahkan keceplosan, kaivan mengirim pesan suara.

"Maaf, gue nyerah gak bisa bantuinn lagi, Zam. Untuk urusan Aira, tolong jangan libatkan gue lagi. Gue harap lu ngerti. Lu mau bilang gue brengsek, gak tanggung jawab, terserah deh. Gue gak mau nyesel seumur hidup karena korbanin perasaan Alya demi Aira."

[Oke, lu gak usah pikirin Aira lagi. Semoga lu gak terlambat, Kai.]

Balasan yang dikirim Azzam membuat Kaivan menambah kecepatan dua kali lipat.

Akan tetapi Kaivan harus menelan kecewa ketika tidak menemukan Alya di rumah.

"Mamamu belum pulang, Ly?" tanyanya pada sang menantu setelah mencari setiap sudut rumah.

Ia memang tidak melihat mobil Alya terparkir di depan, tetapi tetap berharap istrinya iyya sudah ada di dalam rumah.

Ia mencoba menghubungi Alya lagi. Namun, sama seperti sebelumnya, Alya sama sekali tidak mengangkatnya. Bahkan pesan yang tadi pria itu kirim hingga sekarang masih belum te
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
madul
Rasain lo kaivan,,udh berani main api skrg terbakar sendiri,,
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Belum Selesai

    "Bapak makan aja dulu, setelah itu baru saya jawab pertanyaan-pertanyaan Bapak itu."Melati mengangkat nampan ke pangkuan sang majikan. Kali ini tanpa penolakan."Jangan bohongin saya, ya, Mel. Kamu udah janji loh." Kaivan menegaskan. "Iya, Pak. Saya gak ingkar janji, tapi saya hanya jawab yang saya tahu aja." Melati berucap tanpa beranjak ke mana pun. Ia masih berdiri tegap di tempat yang sama, denga posisi tangan di belakang pinggang—layaknya seorang bodyguard bersiaga untuk tuannya. mengangguk. Kemudian mulai menyantap hidangan makan siang yang disiapkan khusus untuknya. Setelah satu suap, ia terdiam sejenak. "Ini masakan istri saya, Mel," ucap Kaivan pelan, tetapi yakin.Melati mengangguk. "Iya, Pak. Bu Alya yang masak tadi pagi sebelum pergi. Yang tadi pagi dihidangkan untuk Bapak tapi tidak Bapak sentuh," sindir Melati kemudian tanpa ekspresi. Kaivan tidak mengatakan apa pun lagi. Ia terus menyantap makanannya sampai habis. Tanpa diingatkan Melati, ia juga meminum obat yan

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Sudah Lama Rapuh

    Pagi-pagi, beberapa jam yang lalu. Alya keluar dari mobil yang ia kendarai sendiri setelah sampai titik lokasi yang dikirim seseorang lewat aplikasi pesan hijau. Alya berjalan menapak rerumputan hijau. Sebuah taman kecil yang berada di salah satu sudut kota. Tak jauh dari taman itu, di bagian bawah terdapat danau kecil.Aira menyisir sekeliling dengan pandangannya. Kemudian berhenti pada sesosok yang mengenakan stelan jaket abu-abu dan topi hitam berdiri di bawah pohon. Di depannya ada sebuah meja dan kursi kayu sepanjang dua meter.Alya melangkah perlahan untuk turun. Pria itu melempar senyum kecil setelah wanita itu sampai di bawah. Alya sama sekali tidak membalas, ia justru memasang wajah datar dan terkesan jutek.“Kenapa harus di tempat seperti ini, sih?” Alya bertanya sambil memutar pandang ke sekeliling. Di beberapa tempat, terdapat beberapa pasangan tempat muda-mudi tengah bercengkerama.“Fokus saja pada masalahmu, Al, jangan pada mereka,” ucap pria itu mengingatkan dengan nad

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Tanpa Pamit

    Kaivan kembali melajukan mobilnya untuk pulang. Berharap Alya sudah pulang. Sebelum menambahkan keceplosan, kaivan mengirim pesan suara."Maaf, gue nyerah gak bisa bantuinn lagi, Zam. Untuk urusan Aira, tolong jangan libatkan gue lagi. Gue harap lu ngerti. Lu mau bilang gue brengsek, gak tanggung jawab, terserah deh. Gue gak mau nyesel seumur hidup karena korbanin perasaan Alya demi Aira."[Oke, lu gak usah pikirin Aira lagi. Semoga lu gak terlambat, Kai.]Balasan yang dikirim Azzam membuat Kaivan menambah kecepatan dua kali lipat.Akan tetapi Kaivan harus menelan kecewa ketika tidak menemukan Alya di rumah. "Mamamu belum pulang, Ly?" tanyanya pada sang menantu setelah mencari setiap sudut rumah. Ia memang tidak melihat mobil Alya terparkir di depan, tetapi tetap berharap istrinya iyya sudah ada di dalam rumah. Ia mencoba menghubungi Alya lagi. Namun, sama seperti sebelumnya, Alya sama sekali tidak mengangkatnya. Bahkan pesan yang tadi pria itu kirim hingga sekarang masih belum te

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Harga Diri yang Terjatuh

    Pintu terbuka perlahan, disambut wajah Aira yang tersenyum lebar. Sementara di depannya berdiri dengan wajah masam. Sama sekali tidak membalas senyum yang Aira lempar. Tanpa suara atau sapaan basa-basi, Kaivan langsung mendorong pintu itu lebih lebar dan melangkah masuk. Langkahnya berat, tetapi pasti. Napasnya berderak di dada, seperti menahan batu yang tak bisa ia lempar ke mana pun. Aira menutup pintu dengan lembut—seolah tidak ada masalah serius. Ia lalu berjalan di belakang pria itu. “Akhirnya Om datang juga, makasih, ya,” ucap Aira dengan nada terlalu ringan untuk pagi yang penuh tekanan seperti baru saja ia terima. “Kangen, kan, Om?” Tanpa beban dan peduli pada apa pun, melingkarkan tangan pada perut Kaivan. Refleks Kaivan memutar tubuh, sembari melepas tangan Aira yang mengurung dirinya. Mereka kini tengah berdiri di ruang tamu. “Cukup Aira. Saya mohon berhenti sampai di sini.” Kaivan berseru dengan tegas. Untuk sejenak, Kaivan menatap sofa kecil tempat ia dul

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Terasa Sendiri

    Kaivan masuk ke kamar tempat Alya tadi bersemayam. Namun, sampai di dalam ia tidak menemukan Alya sama sekali. Ke mana dia? Apa tadi Kaivan terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tak menyadari Alya keluar lagi dari kamar? Kaivan kembali ke dapur, bertanya pada kedua ART mereka. Namun, tak seorang pun tahu. "Ray, lihat mamamu gak?" tanya Kaivan saat berpapasan dengan putranya yang baru saja turun. "Mama?" Rayyan balik bertanya, kemudian menoleh pada Lysandra di belakangnya. Lysandra menggeleng. "Kami baru turun, Pa," ucap Lysandra ringan dan terdengar dingin bagi Kaivan. Tidak seperti biasanya yang selalu ramah dan sedikit manja. Akan tetapi, Kaivan tak sempat memikikirkan perubahan sikap menanntunya itu. "Papa ngapain aja sampe gak tahu Mama ke mana?” sindir Rayyan pelan. Kaivan bergeming. Ingin menjawab, tetapi otaknya seperti buntu. Belakangan otaknya terasa tumpul dan tak mampu berpikir dengan baik. "Papa bilang Mama satu-satunya yang Papa cintai, tapi wanita itu ...." Ray

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Ditelan Dilema

    Aira duduk di ruang tengah sepulang mengantar Rava ke sekolah. Sejak menikah dengan Kaivan, Aira belum masuk kerja lagi. Azzam yang Memintanya beristirahat dan menenangkan diri.Meski Aira tak pernah lagi menghindar dari pria yang merupakan ayah kandungnya itu, ia masih belum bisa menerima sepenuhnya.Aira tengah asyik memainkan ibu jarinya di atas layar. Sebuah aplikasi artificial intelligence tengah ia buka. Aira mengetik sesuati di sana.Ia mengetik sebuah pertanyaan di sana.[Bagaimana membuat suami jatuh cinta, lengket dan betah di rumah? Kami baru nikah karena terpaksa. Aku paksa dia nikahin aku karena suatu hal. Bukan karena hamil duluan ya. Oya, umur kami terpaut jauh, mungkin di atas 25 tahun. Dia udah punya istri lain. Eh, jangan bilang aku pelakor ya. Tapi aku juga pengin dicintai seperti dia mencintai istri pertamanya.]Aira mendengkus kesal saat membaca jawabannya.[🧠 1. Pahami Realita Tanpa Menyiksa DiriSuami kamu mungkin masih memprioritaskan istri pertamanya karena c

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status