Share

2

Auteur: Gleoriud
last update Dernière mise à jour: 2022-06-18 11:44:06

Raras menunggu selama satu jam di UGD. Dia mengusap wajahnya berkali- kali, andaikan waktu bisa diputar, mungkin dia lebih memilih menghajar Divo dari pada melampiaskan kemarahannya yang berbuntut maut.

Pak kumis sudah pulang, dengan alasan dia harus menjemput baju dan perlengkapan Wisnu, orang tua itulah yang bisa bersikap bijak atas kejadian ini, tak sedikit pun dia mencela Raras.

Laki-laki itu adalah Wisnu, pemuda kampung yang bekerja sebagai kuli bangunan. Dia anak pertama dengan tanggungan empat orang adik dan satu orang ibu yang sakit-sakitan. Setidaknya itulah yang dikatakan Pak kumis berkaitan dengannya, Wisnu sore ini berniat membawa ibunya ke rumah sakit, dia menggunakan motor tua yang tidak pantas lagi dikendarai.

Sesaat kemudian, Raras mengikuti perawat yang memindahkan Wisnu dan ibunya ke ruang perawatan. Seorang dokter memanggil Raras ke ruangannya, dia dokter muda yang sangat ramah. Raras dipersilahkan duduk. Raras tau, apa yang akan didengarnya beberapa saat lagi bagaikan vonis hukuman pidana yang akan dijatuhkan padanya.

"Anda keluarganya?"

"Iya, apa semuanya baik-baik saja?" Raras menunggu jawaban dokter dengan hati berdebar.

"Pada dasarnya tidak ada organ vital yang terluka, pasien atas nama Wisnu mengalamai patah tulang di kedua kakinya."

"Apakah ada kemungkinan untuk sembuh?"

"Ada, tapi dengan waktu yang lama dan beberapa kali operasi."

"Syukurlah! tidak masalah." Raras membuang nafas lega. "Lalu, bagaimana dengan ibunya?"

"Ibunya hanya luka robek di bagian paha dan lengan, dia pingsan bukan karena kecelakaan, tapi karena sangat syok, sekilas saya merasa si Ibu memiliki penyakit yang cukup serius, untuk lebih membuktikan dugaan sementara, pasien harus melakukan serangkaian tes mendalam."

"Lakukan yang terbaik, aku akan membayar berapa saja biayanya." Raras menggenggam tangan dokter wanita itu.

"Sudah tugas kami." Dokter itu tersenyum.

***

Wisnu dan Bu Parmi dirawat di ruangan yang sama, supaya lebih memudahkan Raras memantau perkembangan dua orang itu. Setidaknya Raras bisa bernafas lega, korbannya tidak tewas.

Raras melihat Wisnu membuka matanya perlahan, dia meringis sakit, matanya mulai mengawasi ruangan dan berakhir di wajah Raras dengan pandangan bingung.

"Kau sudah sadar?" Senyum Raras mengembang. "Aku harus memanggil dokter." Raras berlari keluar ruangan.

Wisnu melirik bangkar di sampingnya, tidak jauh, cuma berjarak tiga meter dari bangkarnya sendiri.

"Ibu, Ibu?" Suara berat Wisnu menggema di ruangan, kepalanya masih sakit.

Dia mencerna kenapa dia bisa berakhir di rumah sakit, sore itu... dia berniat mengantarkan ibunya kerumah sakit karena ibunya sering mengeluhkan sakit di bagian dada dan tulang punggung, dan tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah mobil sport menabraknya. Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi.

Mata Wisnu teralih ke pintu masuk ruangan, wanita tadi mengikuti seorang dokter yang berjalan tergesa- gesa. Memeriksa tensi darah dan beberapa bagian tubuh Wisnu yang lain.

"Bagaimana, Dok?"

"Malam ini dia harus dioperasi," jawab dokter.

"Lakukan yang terbaik! aku mohon!" ucap Raras.

"Sudah menjadi tugas kami."

Dokter melirik bangkar Bu Parmi. Wanita tua itu belum juga sadarkan diri. Dokter menekan sedikit nadinya.

"Kami akan merujuk Bu Parmi ke spesialis jantung, ada yang janggal di sini, tapi saya tidak berani memastikan."

Wisnu yang dari tadi diam, melebarkan mata, spesialis jantung? Apa ibunya menderita sakit jantung? Memang beberapa tahun ini ibunya sering mengeluhkan sesak nafas dan sakit di tulang belakang yang menjalar ke bahu, dia sudah membujuk ibunya kerumah sakit, tapi selalu ditolak dengan halus, mungkin sang Ibu tak ingin membebaninya karena hidup mereka yang miskin, hanya Wisnu yang menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya meninggal dunia.

Wisnu menatap Raras, Raras terlihat lelah dan gusar.

"Apa Anda yang menabrak kami?" tanya Wisnu.

Raras mengangguk.

"Maafkan aku! semua salahku," jawab Raras. Dia duduk di kursi di samping Wisnu.

"Aku akan bertanggung jawab sampai kau sembuh."

Tak ada jawaban dari Wisnu. Pemuda itu memilih menatap jendela rumah sakit, apa yang akan terjadi padanya dengan kaki yang patah begini, adik- adiknya akan kelaparan.

Raras melihat wajah sendu itu, kemudian membuka suaranya.

"Jangan kawatirkan apapun, aku akan bertanggung jawab terhadap biaya keluargamu," jawab Raras.

Wisnu menatap sekilas, anak orang kaya selalu mencari jalan keluar melalui uang.

"Malam ini kau akan dioperasi."

"Dan setelah itu aku akan menghabiskan hariku di kursi roda," jawab Wisnu lemah, kedua kakinya patah, apa lagi yang akan di lakukannya.

"Kau akan sembuh, aku janji kau akan pulih seperti sedia kala," jawab Raras.

Wisnu kembali diam, laki-laki itu tidak suka banyak bicara dan cendrung tertutup.

Raras sangat lelah sekarang, ayahnya menelfon berulangkali menanyakan keberadaannya, dia hanya mengatakan bahwa di baik-baik saja dan akan menelpon kembali.

Raras berjalan perlahan ke sofa ruangan, merebahkan tubuhnya di sana, dia benar-benar lelah saat ini. Terlalu banyak kejutan yang datang padanya.

Beberapa saat kemudian dia sudah tertidur.

Wisnu melirik wanita itu, tanktop biru laut dipadukan dengan celana di atas lutut , sepatu sport dan sebuah topi melekat padanya. Semua hal yang melekat di tubuhnya adalah barang mahal khas anak orang kaya, pantas saja dia tidak kawatir dengan perkara uang.

Wisnu melirik kembali ke bangkar sang Ibu, ibunya masih belum sadar, matanya terpejam dan beberapa perban melekat di beberapa bagian tubuhnya.

Wisnu memejamkan matanya, hari harinya untuk kedepan akan berjalan dengan sangat berat, kakinya begitu dibanggakan untuk mencari nafkah, sekarang dia tak ubahnya akan seperti bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
wanita kaya yg bertanggung jawab
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   89

    Tidak ada yang berbeda ketika Wisnu berada di rumah. Dia suka memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan, walaupun Raras berusaha membujuknya, pria itu tetap tak terpengaruh sama sekali."Rumah ini sudah terlihat berbeda dari terakhir kita meninggalkannya, bukan?" kata Raras, Raras berusaha bercakap-cakap, tetapi pria itu hanya diam saja."Kau masih ingat ketika kau lumpuh dulu? aku menggendongmu kesana kemari, alangkah indahnya masa itu, tidak terasa sudah bertahun-tahun berlalu, dan sekarang kita kembali di sini, tetapi suasananya sudah berbeda, tidak ada lagi tawamu seperti itu." Suara Raras serak.Raras menghela napasnya, sebenarnya, ia sudah lelah juga membujuk Wisnu. Akan tetapi, pria itu tetap teguh dengan pendiriannya, tidak terpengaruh sama sekali, ia tetap menjawab apa yang dikatakan Raras, tapi tidak seperti biasa, hanya perkataan 'iya' dan 'tidak' saja."Aku masih ingat bagaimana senyum lebarmu menyambutku ketika aku datang, dan untuk pertama kalinya, seumur hidupku,

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   88

    Felicia tidak berdaya menolak kuasa Andrew. Pria itu memaksanya, dengan cara yang kasar, memerintahkan Felicia mengikutinya.Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, mereka memutuskan untuk istirahat di sebuah kafe. Sebuah kafe dengan tema alam yang bisa membuat pikiran mereka sedikit dingin, setelah perdebatan panjang selama beberapa saat.Felicia hanya perlu memasang taktik, untuk sementara ini, dia hanya perlu pura-pura patuh mengikuti Andrew. Dia hanya perlu cara licik, karena Andrew si pengawal dingin, bisa melukainya."Puas?" kata Felicia kemudian kepada Andrew."Untuk alasan apa?" tanya Andrew dengan senyum dingin."Kau berhasil menekanku, sehingga aku akhirnya takluk dan menuruti semua kemauanmu.""Sudahlah, Felicia. Kita ini adalah orang yang sama, kamu mencintai uang dan aku pun sama, aku tau ... kau menikah dengan suamimu karena uang, dan aku bekerja dengannya juga karena uang, jadi ... tidak ada yang lebih baik di antara kita, bukan?" Andrew menyantap santai steaknya."

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   87

    Hujan tidak berhenti mengguyur desa sejak tadi malam, bahkan udara dingin ini tidak mematahkan semangat Wisnu untuk bangun jam 03.00 Subuh menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim yang taat. Dia mendirikan dua rakaat salat tahajud yang tidak pernah absen dilakukannya. Dia adalah pria yang dibesarkan dengan agama yang kuat. Akan tetapi, sejauh ini, sebuah ujian sebagai suami, dia belum mampu membuat Raras untuk istiqomah dalam menjalankan ibadahnya. Wanita itu bahkan belum bisa menutup auratnya secara sempurna. Dia dulu pernah sempat memakai hijab, lalu kembali berhenti memakainya, alasannya karena merasa tidak nyaman. Entah untuk alasan apa, yang jelas ... Wisnu tidak pernah memaksakan. Yang penting, Raras bisa menunaikan kewajiban salat lima waktu. Memang benar, pengalaman agama Raras begitu minim, dia dibesarkan di lingkungan keluarga yang moderat dan tidak begitu mementingkan persoalan agama, aqidah serta ibadah, akan tetapi Wisnu berusaha membimbingnya.Seusai salat tahaju

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   86

    Walau keadaan terasa berbeda saat ini, Wisnu memutuskan untuk duduk di beranda rumahnya. Mengamati Aryo yang sibuk melayani pembeli.Adiknya itu tumbuh menjadi anak yang tampan, pemuda baik hati dan pengganti Wisnu di rumah itu. Dua adik Wisnu pun sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik. Begitu cepat waktu berlalu, membuat Wisnu merasa terharu. Andaikan ibunya masih hidup, tentu dia akan bangga memiliki anak-anak yang begitu pintar, cerdas, tampan dan cantik seperti mereka.Wisnu kemudian berusaha menghabiskan air mineral yang ada di tangannya. Sudah tiga hari dia berada di sini, dan sama sekali dia belum berniat untuk menghubungi Raras. Dia sengaja mematikan ponselnya, bahkan beberapa kali Raras menelepon ke ponsel adiknya, Wisnu melarang untuk mengangkatnya, entah kenapa ... dia hanya butuh sendiri. Ketika mengingat tuduhan Raras, hatinya benar-benar sakit.Setelah pelanggan cukup sepi, Aryo kemudian mendekati Wisnu, pria yang tingginya sudah menyamai Wisnu itu, menatap sang kakak d

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   85

    Katakanlah Felicia adalah jalang yang sesungguhnya. Wanita itu bahkan tidak butuh waktu lama untuk ditaklukkan oleh Andrew. Dalam beberapa menit saja, dia mengerang dan memohon kepada pria itu.Mungkin Andrew adalah pria yang bisa memperlakukan dia seperti apa yang dia butuhkan. Dia begitu lihai dalam memanjakan setiap inci kulitnya, semua itu membuat Felicia mengakui, bahwa Andrew adalah pria terbaik yang pernah menemaninya."Sialan kau, Andrew!" Felicia memakai pria itu, di tangah napasnya yang tersengal. Sedangkan Andrew memamerkan senyum iblisnya.Felicia menyumpahi dirinya yang begitu bodoh, seakan tidak lagi memiliki harga diri di depan pria itu. Dengan mudahnya Andrew menghancurkan semua keangkuhannya, bahkan dengan status sebagai atasan itu, sama sekali tidak membuat Andrew segan padanya.Setelah pertempuran semalaman itu, paginya Felicia dihantam oleh kesadaran, bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat ini, adalah hal gila yang selalu terulang. Ditambah kenyataan, dia tengah

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   84

    Putus asa, sedih serta merasa tertekan, itu yang dirasakan oleh wanita cantik berambut lurus bernama Raras. Tidak terhitung sudah berapa jam dia berkeliling di pulau kecil itu. Dia mendatangi tempat-tempat yang mungkin bisa jadi akan didatangi oleh Wisnu. Akan tetapi suaminya itu sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.Raras kemudian mematikan motornya. Jam 01.00 dini hari, sewajarnya tidak pantas wanita sendirian di malam hari dengan suasana yang teramat sepi di tepi pantai.Wanita itu kemudian membuka jaket kulitnya. Menanggalkan helm. Tak lupa sepatu sportnya. Kakinya yang jenjang, menapak pasir basah. Mata wanita itu terlihat basah, dengan semua keputus-asaannya, dia tak tau, apa yang harus dilakukannya."Kenapa ponselmu mati?"Raras menyugar rambutnya yang berantakan. Dia lebih memilih, bertengkar hebat asalkan dia bisa melihat suaminya walaupun tak menegurnya sama sekali.Ketika Wisnu lebih memilih untuk diam saja, maka itu adalah sebuah wujud kemarahan yang tidak bisa dib

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status