Share

Surat Kuasa

Malam Tanpa Noda

Putra menatap langit-langit. Pikirannya melayang jauh. Kondisi tubuhnya membaik namun, hatinya hampa.

"Pak, makan siang dulu."

Fian membuka plastik wrap yang menutup piring Putra. Menekan tombol brankar ke posisi duduk.

Menyodorkan sendok ke mulut Putra. "Buka mulutnya," pinta Fian.

"Ron, makanan ini rasanya hambar."

"Sabar, Pak. Kalau Bapak sembuh pasti bisa makan enak."

"Saya tak ingin masakan restaurant atau hotel bintang lima. Saya ingin masakan rumahan. Tapi, bukan masakan bibi."

"Lalu masakan siapa?"

"Entahlah. Saya tak tahu."

"Kalau gitu, Bapak sembuh dulu. Makan yang banyak. Saya akan masak buat Bapak."

"Apa kamu bisa masak?"

"Tentu saja. Buka mulutnya dan habiskan semua," rayu Roni.

Putra membuka mulutnya perlahan dan mengunyahnya. Baru dua sendok, ia sudah mengelengkan kepala.

"Lagi, Pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status