Share

Bab 272

Author: Viona
“Kau memang pandai menjilat!” Kaisar mencibir dingin. “Selir Lyra itu berjiwa angkuh, makan angin dan minum embun saja bisa hidup. Nggak perlu semua barang remeh ini. Cukup kirimkan saja semangkuk ramuan pencegah kehamilan padanya.”

“Hah?” Damian langsung tertegun, kedua matanya yang sipit berkedip-kedip cepat. “Yang Mulia, apa Yang Mulia sedang bertengkar lagi dengan Nyonya Lyra?”

“Dia nggak pantas!” Kaisar mendengus dingin, lalu pergi dengan mengibaskan lengan bajunya.

Sekelompok kasim junior gemetar ketakutan. Mereka bertanya dengan hati-hati pada Damian, “Tuan Damian, apakah barang-barang masih perlu dikirim?”

“Jangan terburu-buru, tunggu aku cari tahu dulu penyebabnya.”

Damian menyuruh mereka menunggu di luar, lalu masuk sendiri ke Paviliun Barat.

Di dalam, Kirana sudah masuk ke kamar dalam untuk melayani Lyra, sementara Dita masih berlutut di luar kamar sambil menangis dalam diam.

Damian berjalan mendekat dan bertanya, “Dayang Dita, apa yang terjadi?”

Dita mengangkat kepala dan m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 364

    Seindah apa pun capung, dia hanya menyukai kupu-kupu.Jadi, kebaikan yang ditunjukkannya hanyalah apa yang menurutnya baik, bukan kebaikan yang diinginkannya.Yang dia inginkan hanyalah Mario.Suara langkah kaki terdengar di belakangnya, tetapi Kaisar tetap berdiri diam.Jubah abu-abu putih disampirkan lembut di bahunya.Kaisar menoleh dan bertemu pandang dengan tatapan yang sama seperti dirinya di balik topeng besi hitam.Dia tidak berbicara, begitu pula Pangeran Andre. Kedua bersaudara itu duduk diam di tengah malam, hanya terdengar gemerisik bunga pir.Entah sudah berapa lama, suara Kaisar yang agak lelah memecah keheningan, "Kau mau apa ke sini?"Pangeran Andre tidak melantunkan doa atau pun menyebut dirinya sebagai petapa. Dia hanya sedang menjadi seorang kakak, lalu berkata dengan tenang, "Kau sudah di sini selama beberapa hari, tapi kita belum sempat bicara dengan baik."Kaisar mendengus, "Nggak ada yang perlu kita bicarakan."Sorot mata Pangeran Andre tetap tenang, dia mengabai

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 363

    Semua orang di rombongan berdiri di sana, memperhatikan gadis kecil yang menangis dalam diam.Ibu gadis kecil itu terlambat menyadari ada yang tidak beres. Meskipun dia tidak mengenali Kaisar, dia mengenali seragam resmi yang dikenakan oleh pejabat lokal. Dia ketakutan, lalu segera menarik anaknya yang menangis untuk berlutut dan bersujud berulang kali.Dia bahkan tidak tahu hukum apa yang telah dia langgar dengan memukuli anaknya sendiri, selain bersujud, dia tidak tahu bagaimana cara mengakui kesalahannya.Pejabat lokal itu pun sama bingungnya dengan dirinya. Melihat Kaisar berdiri diam, dia pun tidak berani bergerak.Dalam keheningan yang mencekam, Roni berjalan masuk ke toko itu.Sesaat kemudian, dia muncul kembali dengan hiasan rambut berbentuk kupu-kupu dan membungkuk untuk menyerahkannya kepada gadis kecil yang tampak ketakutan itu.Gadis kecil itu tidak berani mengambilnya, menatapnya dengan takut-takut dan mata berkaca-kaca. Roni membungkuk lebih rendah lagi dan secara pribad

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 362

    "Kenapa kau tak mau melepaskanku?" Dia menatapnya dengan pandangan kosong, nadanya bercampur antara kebencian, keluhan dan sebuah desahan lembut.Kaisar tertidur lelap, tak memberinya tanggapan sedikit pun.Bahkan malam terpanjang pun akhirnya berlalu, dan keesokan paginya, lonceng kuil berdentang tepat waktu.Lyra bangun, sarapan, meminum obat yang dikirim Pangeran Andre, berganti pakaian, dan bersama Kirana mengikuti Kaisar dan Roni pergi ke kota.Wabah menyebar ke seluruh kota, dan banyak toko yang memilih tutup. Hanya toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, penginapan, dan restoran yang tetap buka.Kaisar memerintahkan para pejabat setempat untuk mendirikan posko pengobatan di keempat penjuru kota. Orang-orang diharuskan merebus ramuan obat terus-menerus sepanjang hari, lalu menyimpannya dalam tong-tong kayu besar, dan mendistribusikannya kepada seluruh warga seperti bubur gratis. Dia juga memerintahkan para prajurit untuk mengasapi kota dengan campuran rumput herbal, serta

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 361

    Lyra merasakan lengan yang melingkari pinggangnya tiba-tiba mengencang, dia lalu berkata lirih, "Seluruh dunia ini milik Yang Mulia. Memangnya hamba bisa lari ke mana?""Lalu kenapa kau mau ikut ke kota?" tanya Kaisar tegas, kewaspadaannya masih tak tergoyahkan.Lyra berkata, "Semua orang sibuk menangani wabah, hanya hamba satu-satunya yang duduk diam, menganggur."Kaisar tidak yakin dengan alasannya, dia menjawab dengan ambigu, "Aku bukannya membencimu. Tapi aku pemilik seluruh negeri, masa nggak sanggup membiayaimu?""Tentu saja Yang Mulia mampu, tapi hamba juga mau sekalian jalan-jalan," kata Lyra. "Karena hamba sedang melarikan diri, jadi nggak pernah bisa menikmati keindahan tempat yang hamba lewati. Sekarang hamba nggak perlu berlari lagi, jadi hamba mau menikmati jalan-jalan dengan tenang. Hamba juga mau melihat bagaimana kalian menangani wabah ini.""Apa cuma itu alasannya?" Kaisar masih menolak memercayainya."Kalau Yang Mulia khawatir, ya sudah lupakan saja." Lyra tidak memak

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 360

    Menyaksikan bibirnya bergerak turun, membakar ke setiap tempat yang disentuhnya.Menyaksikan dia terus turun..."Jangan, jangan lakukan itu..." Lyra gemetar, tubuhnya tertutup keringat sebesar butiran beras.Kaisar mengabaikan semua protesnya, dia sudah bertekad untuk melihat reaksi yang berbeda darinya.Lyra menolak dalam hati, tetapi tubuhnya mulai bereaksi berbeda.Saat air matanya mengalir, batas-batas pertahanannya pun jebol.Seperti banjir yang menghantam bendungan, menghancurkan pertahanan yang tadinya tak tertembus..."Bunuh aku, bunuh saja aku..." Dia menangis dengan rasa penuh kehinaan.Pria yang menyalakan api itu memiliki hati terdingin di dunia.Dia tidak akan membunuhnya.Lelaki itu tidak ingin dia mati, dia hanya ingin dirinya menderita sampai mati."Lyra, apa kau sudah melihatnya dengan jelas?"Bahkan saat itu, nadanya tetap dingin."Apa kau sudah melihat dengan jelas?""Apakah hatimu yang berbohong atau mulutmu?""Jawab aku."Kaisar memaksanya menjawab. Dia menggeleng

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 359

    Lyra menatap wadah obat itu dengan kaget, jantungnya berdebar kencang. Dia tak percaya Kaisar akan mengabulkan keinginannya dengan begitu mudah.Kaisar baru saja mengatakan ingin memiliki seorang putra darinya, tetapi dia justru sudah menyiapkan obat kontrasepsi untuknya malam ini?Apakah itu benar-benar obat kontrasepsi?Lyra ragu, dia berdiri diam di tempat, tak bergerak."Kenapa? Apa kau nggak percaya?"Kaisar mengangkat sebelah alis, nadanya dingin dan kasar. "Sudah kubilang, aku akan membiarkanmu minum sebanyak yang kau mau. Wanita tak berperasaan sepertimu hanya akan melahirkan anak-anak yang juga tak berperasaan. Aku nggak butuh."Kata-kata kasar seperti itu terasa tajam dan menyakitkan, meskipun Lyra memang benar tidak ingin punya anak dengan Kaisar. Dia menoleh dan menatapnya sekilas."Kenapa? Nggak mau minum?" Kaisar membalas tatapannya dan mencibirnya. "Jangan-jangan kau menganggap serius omonganku tadi pagi, ya?""Bukan, hamba hanya nggak menyangka kalau Yang Mulia begitu p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status