Tetapi bagaimana Mario bisa menyimpulkan dari satu kalimat pengawal pribadinya bahwa wanita di samping Kaisar adalah dia?Saat dia menebak itu, betapa sengsaranya hati yang dia rasakan?Bagaimana dia menahan penderitaan karena tidak bisa melihatnya?Kaisar sengaja menyuruhnya beristirahat dua hari di Kota Layama, bagaimana menjalani hari-hari itu terasa seperti bertahun-tahun?Lyra teringat hari itu ketika dia naik ke dalam kereta kuda. Kaisar menunjuk ke arah kejauhan, berkata padanya, “Mariomu ada di sana, tapi seumur hidupmu jangan harap bisa melihatnya lagi.”Pada saat itu, apakah Mario juga sedang menatap ke arahnya?Dia memejamkan matanya. Air mata yang tak berani dia tangiskan di hadapan Kaisar akhirnya jatuh.Mungkin Putri Maura benar. Dia tidak beruntung, tetapi sekaligus beruntung.Hidup sekali, bisa memiliki cinta sejati seperti itu sudah cukup untuk tidak sia-sia. “Jangan menangis. Mulai sekarang, aku akan bersamamu. Nggak peduli seberapa pahit hidup ini, kita akan menghad
Lyra terkejut mengetahui bahwa Putri Maura memiliki kemampuan pengobatan, suatu kejutan yang menyenangkan untuknya.Menoleh ke arah pintu, dia berbisik, “Kalau Anda nggak keberatan, hamba akan sangat berterima kasih.”“Belakangan ini, hamba merasa kurang sehat, namun semua tabib bersikeras bahwa nggak ada masalah. Hamba benar-benar bingung.”“Oh iya? Kalau begitu, aku akan memeriksamu.”Putri Maura menggenggam tangannya dan membawanya ke kamar dalam, sambil berkata, “Aku kurang terbiasa dengan panggilan formal ini. Saat nggak ada orang, ayo kita saling memanggil kau dan aku saja. Rasanya lebih santai.”Lyra melihat sikap Putri Maura yang lugas dan terbuka semakin mengingatkannya pada mendiang Selir Sienna.“Kalau Nyonya nggak keberatan, hamba senang sekali. Hamba merasa seperti bertemu teman lama, sangat menyenangkan.” Dia menekankan kata-kata bertemu teman lama untuk melihat reaksi Putri Maura, lalu merasa dirinya agak bodoh karena melakukan itu. Dia sendiri tidak tahu apa yang dia
Jika kabar ini sampai tersebar, pasti akan menjadi bahan tertawaan orang. Setelah fajar, Lyra bangun dan mendengar dari dayang istana yang sedang menyisir rambutnya bahwa Kaisar menginap di Istana Teratai semalam.Lyra tidak berkomentar soal itu, dia bahkan berharap Kaisar menginap di tempat lain setiap malam agar tidak mengganggunya.Dia tidak ingin bertengkar dengannya lagi. Jika dia ditakdirkan untuk tetap terkurung, dia berharap mereka bisa menjaga jarak dan hidup damai.Selama sarapan, tiba-tiba terdengar sedikit keributan di halaman. Abian masuk melaporkan bahwa Selir Maura telah pindah.Berdasarkan posisinya, Lyra diwajibkan untuk keluar dan menyambutnya. Abian bertanya apakah dia ingin keluar, jika tidak dia bisa berpura-pura sakit.Lyra sudah mendengar dari Roni tentang putri itu dan merasa penasaran. Lagipula, karena mereka akan tinggal di bawah atap yang sama, menghindari pertemuan adalah sia-sia. Lebih baik pergi dan menyambutnya secara terbuka, untuk melihat seperti apa d
Berita bahwa Kaisar menginap di Istana Teratai dengan cepat menyebar ke seluruh istana.Para selir di istana seolah-olah mendengar berita yang menggemparkan, terbangun dari tidur dengan terkejut.Sudah setengah tahun, ini adalah pertama kalinya Kaisar menginap di istana selir lain selain Lyra.Dengan keadaan ini, hanya Selir Minda yang bisa mengandalkan putri kecilnya untuk merebut sedikit kasih sayang Kaisar dari Lyra.Yang lain yang tidak memiliki anak, jangan berharap banyak.Namun, bukankah itu karena Kaisar tak berusaha kepada mereka?Jika Kaisar menolak untuk berusaha, bahkan tanah yang paling subur pun tidak akan menghasilkan buah.Di sisi lain, Selir Yuna yang pernah melahirkan seorang anak namun telah meninggal, diliputi kesedihan. Memeluk bantalnya sambil bersandar di tepi tempat tidur, dia menggertakkan giginya dalam kemarahan yang pedih sementara air mata menggenang di pelupuk matanya. Dulu, ayah dan kakak laki-lakinya adalah jenderal yang berjuang bersama Kaisar, berjasa
“Nggak perlu,” kata Kaisar. “Hanya beberapa langkah saja. Ayo temani aku berjalan-jalan sebentar.”Selesai berbicara, kesedihan kembali menyelimuti hatinya.Dia jelas telah pindah ke tempat terdekat dengannya, namun mengapa masih terasa seolah-olah terpisah oleh lautan yang luas dan pegunungan tinggi? “Apa Yang Mulia sedang memikirkan sesuatu?” tanya Toni yang berjalan di sampingnya. Kaisar tidak membenarkan maupun menyangkalnya, hanya saja tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Dia telah menuntaskan suatu prestasi besar, namun tidak ada seorang pun yang bisa dia bagikan kebahagiaannya, dan kini malah diliputi amarah yang terpendam. Dia tidak bisa memahami bagaimana semuanya bisa berubah seperti ini.Setelah berpikir sejenak, Toni mengusulkan, “Yang Mulia belum mengunjungi Putri Andita cukup lama. Kenapa nggak berkunjung ke Istana Teratai saja? Selir Minda berkata bahwa Putri Andita sudah bisa memanggil Ayahanda sekarang, dan Anda juga belum pernah mendengarnya!”Langkah Kaisar
Lyra tidak sempat menanggapi pertanyaan Kaisar, hanya muntah berulang kali hingga air mata mengalir di wajahnya.Kaisar akhirnya menyadari ada yang tidak beres dan berteriak keras, “Pelayan! Toni! Panggil tabib istana!”Beberapa suara menjawab, dan Kirana masuk bersama beberapa dayang istana, lalu menyalakan lilin.Melihat Lyra dengan pakaian berantakan, rambut kusut, bersandar di tepi ranjang, mereka semua terkejut.Kaisar dengan cemas menepuk dan mengusap punggungnya sambil memerintahkan mereka untuk membawakan air dan kain.Kirana memintanya untuk menunggu di samping, kemudian bersama beberapa dayang mendekati Lyra untuk merawatnya. Mereka membilas mulutnya, mengelap tangan dan wajahnya, setelah membersihkannya, lalu membantu dia kembali ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhnya. Lyra terbaring lemah, rambut hitam panjangnya terurai seperti air terjun di atas bantal, dengan wajah kecilnya yang pucat seperti kertas, bibirnya tanpa warna.Kaisar melihat keadaannya yang memprihatinkan,