Share

Bab 124: Harga Sebuah Cerita

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-11-20 08:00:46

Lidya masih terpaku di teras, napasnya tercekat di tenggorokan, jantungnya berdebar kencang seperti drum tak beraturan gara-gara ciuman singkat Kevin barusan. Novel Musashi karya Eiji Yoshikawa terasa anehnya panas di telapak tangannya, seolah ada jejak listrik dari sentuhan Kevin yang masih tertinggal di sana. Aroma mint dan kayu cendana Kevin masih menggantung tipis di udara, menusuk indra penciumannya, sekaligus mengingatkannya betapa rentan posisinya, betapa berisiko segalanya.

Tepat saat pikirannya berkejaran liar, pintu kaca di belakangnya berderit perlahan, lalu terbuka. Dr. Bima melangkah masuk. Posturnya yang tegap memenuhi ambang pintu sejenak, seolah sengaja berhenti untuk memastikan Lidya sadar ia sudah melihat segalanya. Namun, anehnya, wajahnya tetap tenang, malah samar-samar menyunggingkan senyum. Ada kegembiraan dingin yang tak terdefinisi di sana, yang justru membuat bulu kuduk Lidya berdiri.

"Wah, wah, sepertinya istriku sedang bahagia sekali sore ini

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 170: Kopi Toraja yang Beracun

    Pukul 20.30 malam. Dapur Direksi Cendekia Medika mendadak sibuk—atau setidaknya, itulah yang coba ditampilkan Kaiden dan Vito saat memanggil Office Boy bernama Rudi. Kaiden memegangi bungkusan kopi bubuk premium beraroma kuat, sementara Vito berdiri di sampingnya dengan ekspresi serius yang dibuat-buat."Rudi," ujar Vito, menyerahkan bungkusan itu ke tangan si OB. "Ini kopi Toraja spesial, langka banget. Dokter Alvin kepingin banget, katanya lagi pusing urusan di atas." Vito menunjuk ke arah lantai dua dengan dagunya, seolah Alvin baru saja menelepon mereka dengan permintaan darurat."Betul," Kaiden menyambung cepat, nadanya meyakinkan. "Titipan dari Dokter Alvin. Beliau masih ngebut kerja di ruangan Dokter Bima, belum balik ke ruangannya sendiri. Jadi, tolong siapin kopi ini untuk beliau. Pastikan kopinya pekat dan panas, ya!"Rudi mengangguk patuh. Ia sudah biasa melayani permintaan mendadak dari para petinggi, dan dokter Alvin adalah salah satu bos besar yang paling ia hormati. Rud

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 169: Kesepakatan Hitam dan Umpan Dian

    Kafe 'Kopi Jomblo Berkabut' sungguh hidup sesuai namanya. Sudut-sudut remang yang cocok untuk pertemuan rahasia, diiringi alunan musik mellow yang entah kenapa selalu terasa menyalahkan nasib. Kevin Abimanyu Wisesa duduk tegap, tatapannya seolah ingin mengoreksi desain interior tempat itu. Di hadapannya, Vito sibuk memainkan sendok di cangkir kopinya, mencoba menciptakan suara simfoni paling datar di dunia. Sementara itu, Dian, mantan kekasih gelap Kevin, tampil dengan aura skeptis yang begitu kentara, seolah baru saja disuguhi lelucon paling hambar sepanjang abad. Matanya, dulu bersinar karena cinta yang (menurutnya) tulus, kini hanya memancarkan perhitungan akurat seorang akuntan pajak yang berhati batu. Dia sudah lama terasing dari sirkus bernama Cendekia Medika, dan nampaknya tidak terlalu tertarik untuk kembali menjadi badutnya."Aku tahu ini bukan yang kau harapkan dariku, Dian," Kevin memulai, suaranya dipoles rapi, terdengar seperti presentasi bisnis yang siap meruntuhkan ekon

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 168: Jebakan Aphrodisiac dan Umpan yang Pas.

    Di dalam apartemen Kaiden, suasana frustrasi mencapai puncaknya. Setiap usaha mencari 'dosa' atau kelemahan Dr. Alvin Mahawira, Wakil Direktur Utama Cendekia Medika yang lurus bak tiang listrik, selalu nihil. Alvin bersih seperti seprai baru yang dicuci tujuh kali bilas. Kaiden, dengan logika dinginnya, kini merancang skenario “out of the box” yang sangat gelap, berisi jiwa-jiwa putus asa."Jika dia memang sangat bersih," Kaiden memulai, suaranya tetap tenang, tapi matanya memancarkan perhitungan dingin. Ia berhenti sejenak, melirik satu per satu wajah tegang teman-temannya. "maka kelemahan itu harus diciptakan. Kita harus menjebaknya untuk membuat kesalahan, dan kesalahan itu harus fatal, yang akan membuat Bima kehilangan kepercayaan."Gerald, yang terlihat lesu, mengerjapkan matanya. "Dijebak bagaimana? Kita bukan agen rahasia yang suka menyelundupkan mata-mata berambut pirang ke markas musuh, Kaiden."Kaiden menghela napas. "Kita permalukan dia," jawabnya singkat. "Kita hancurkan r

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 167: Dinding Alvin Mahawira

    Setelah menetapkan Dr. Alvin Mahawira sebagai target utama mereka—yang lebih mirip menunjuk seekor kelinci percobaan di laboratorium ketimbang merencanakan kudeta—ruang rapat rahasia Kevin Abimanyu Wisesa menjadi arena sirkus empat pria bermuka kusut. Gerald, Vito, Kaiden, dan Kevin sendiri. Aroma kopi pahit bersaing sengit dengan aroma kekesalan."Baiklah, jadi Alvin Mahawira. Inti baja, kata Kaiden," Gerald memulai, menyilangkan tangan di dada seolah bersiap mendengarkan khotbah tentang dosa. "Yang seumur hidupnya bahkan mungkin belum pernah buang ingus sembarangan."Vito terkekeh getir. "Sulit dipercaya, tapi dokter seperfeksionis itu memang ada. Kurepormasi kalau tidak salah."Kevin menatap lurus ke arah Kaiden, tatapan mata yang sudah kehilangan kehangatan, digantikan oleh bara yang siap melahap apa saja. "Tugas ini... aku serahkan padamu dan Kaiden. Kau punya jaringan informasi Cendekia Medika. Kaiden, kau bahkan bisa menemukan alamat KTP cacing di kebun rumah Bima, jika dia pun

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 166: Titik Lemah Sang Batang Penyangga

    Apartemen mewah Kaiden membungkus keheningan malam Jakarta dengan atmosfer yang dingin dan penuh perhitungan. Aroma kopi espresso dan sedikit bau tembakau halus melayang tipis di udara, berpadu dengan ketegangan yang menyesakkan. Kevin Abimanyu Wisesa duduk di salah satu sofa kulit hitam, tatapan matanya tajam dan dipenuhi amarah yang membeku. Kekalahan di Cirebon, penipuan terang-terangan yang telah ia saksikan, serta tamparan tegas dari ayahnya, kini telah mengikis sisa-sisa idealismenya. Sosok Kevin yang dikenal kini lebih gelap, diselimuti dendam. Vito dan Gerald duduk di seberangnya, mendukungnya dalam keheningan yang penuh waspada. Sementara itu, Kaiden, yang selama ini memainkan peran pengamat netral yang dingin, kini perlahan menyingkapkan motif aslinya—ia bukan hanya sekutu, tetapi seorang manipulator cerdik yang setia kepada Surya Baskara Hardiwan."Kita tidak punya waktu untuk diliputi emosi sesaat, Kevin," ujar Kaiden, suaranya sedingin es yang mengiris, memecah keheningan

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 165: Dendam Lama dan Prioritas yang Sebenarnya

    PLAK!Pipi Kevin Abimanyu Wisesa berdenyut panas, namun entah dari mana kekuatan itu datang, ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Matanya yang gelap memancarkan kemarahan, lurus menembus tatapan ayahnya, Gabriel Irawan Wisesa. Ia hanya mengatupkan rahang, mengusap pipinya sekilas dengan ibu jari yang gemetar. Mama Riana yang berdiri di ambang pintu sudah terisak-isak, memanggil namanya dengan suara parau, namun Kevin tak menoleh. Dengan punggung lurus dan kepala terangkat tinggi, Kevin berbalik. Langkah kakinya yang berat terdengar memenuhi rumah besar itu, seolah setiap jejak kakinya adalah protes bisu, meninggalkan orang tuanya tenggelam dalam amarah yang mendidih.Kepergian Kevin, bukannya meredakan suasana, justru seperti memicu bom waktu yang sedari tadi tergantung di udara."Kau lihat, Gabriel?!" teriak Riana, air mata membasahi pipinya yang memerah, nadanya meninggi dengan campuran rasa sakit dan amarah. Ia maju selangkah, menunjuk ke arah pintu yang baru saja dilewati putran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status