Share

Bab 15 Dilema

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-10-03 01:28:51

Lidia meringkuk di sudut, matanya kosong menatap cangkir kopinya yang dingin tak tersentuh. Pikiran-pikiran panik dan rasa bersalah mencengkeram kepalanya seperti cengkeraman es. Wajah Franda yang sinis menari-nari di benaknya, lalu tiba-tiba berubah menjadi wajah kecewa Kevin yang seolah-olah menuduhnya. Setiap detak jam dinding menggema seperti dentuman meriam di kepalanya, membongkar semua pertahanan mental yang sudah susah payah ia bangun.

Pintu ruang istirahat terbuka perlahan. Kevin melangkah masuk, raut wajahnya tegang dan muram. Mata yang biasanya cerah kini dipenuhi kegelisahan dan penyesalan mendalam. Ia melihat Lidia yang meringkuk di kursi, seperti berusaha menjadi sekecil mungkin agar tidak terlihat, dan hati Kevin langsung terasa gelisah.

"Lidia?" suara Kevin terdengar lembut, nyaris berbisik. Ia berjalan mendekat perlahan, langkahnya ragu. "Aku udah coba hubungin kamu berhari-hari. Bisa kita bicara sebentar, please?"

Lidia tersentak, seperti orang yang tertangkap basah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 26 Permintaan Kecil

    Ketegangan di ruang IGD kemarin masih terasa menggantung tebal di udara, setidaknya begitu yang Franda rasakan. Pikirannya melayang-layang liar sejak telepon dari dr. Rukmana, yang memanggilnya untuk menghadap di ruang kerjanya. Jantung Franda berdegup kencang seperti genderang perang, bukan karena euforia, tapi murni ketakutan. Dia tahu panggilan ini pasti berhubungan dengan insiden malpraktik yang melibatkan dirinya. Setelah mengetuk pelan dan mendapat isyarat masuk, Franda melangkah pelan, seperti terseret beban berat di kakinya. Ruangan dokter spesialis bedah itu dingin, menimpali hawa panas yang membakar syaraf-syarafnya."Duduklah, Franda." Suara dr. Rukmana tenang, tapi tanpa ekspresi sama sekali, membuatnya terlampau tak bisa ditebak. Pria tampan yang terkenal berwibawa ini terlihat dingin dan datar di hadapannya. Franda pun duduk di kursi di hadapan meja besar, merasakan setiap sel tubuhnya membeku. "Saya pang

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 25 Insiden IGD

    Ruang IGD yang semula lengang, mendadak riuh. Jeritan pilu membelah keheningan. Monitor pasien berbunyi nyaring, mengiris suasana yang sebelumnya tenang.“Ada apa itu?” Perawat Dedi sontak menoleh, matanya membesar melihat kekacauan di bilik itu.Seorang wanita paruh baya meraung histeris, disusul suara tangis dan makian. “Anakku! Ya Tuhan, Erlan kenapa? Erlan!”Seketika, ruangan itu dipenuhi kepanikan. Monitor pasien di bilik Erlan menunjukkan garis lurus panjang, alarmnya meraung mengerikan. Beberapa perawat langsung berlari.“Ayo, tolong mundur, Pak, Bu! Mohon kerja samanya! Keluarga pasien harap menunggu di luar, beri kami ruang untuk bekerja!” seru Perawat Rido. “Cepat siapkan alat-alat! Erlan arrest!” teriak seorang perawat lain dari dalam bilik, menggenapi kekalutan yang ada.Dari kejauhan, dua sosok berjas dokter bergegas melesat seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Kevin dan Gerald. Wajah mereka nampak panik, tercetak jelas kekhawatiran yang mendalam. Tanpa basa-basi

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 24 Ancaman Bima

    Udara di kamar itu tiba-tiba terasa tebal, membebani setiap helaan napas Lidia. Matanya terpaku pada Bima yang menatapnya dengan intensitas mematikan, sorotnya bagai magnet yang menarik semua kekuatannya.Napas Bima yang teratur dan hangat di kejauhan terasa seperti bara yang merayap di kulitnya, namun di waktu yang bersamaan, hawa ancaman darinya terasa sedingin pisau belati. Internship yang ia kira akan menjadi akhir dari satu fase kehidupannya, ternyata malah menjadi awal dari ikatan gila yang tak pernah ia bayangkan. Ikatan yang kini terasa membakar sekaligus membelenggu dirinya erat-erat."Kau tidak serius, kan, Mas?" Suara Lidia terdengar seperti pecahan kaca, tipis, nyaris tenggelam dalam desah napasnya sendiri yang tak beraturan. Bima tersenyum—senyum mematikan yang selalu berhasil merobek setiap pertahanan Lidia lapis demi lapis, membuatnya luluh dan tak berdaya. Bima bukan sekadar seorang pria baginya—ia adalah dr. Leo Bima Adnyana, kepala rumah sakit besar ini, figur yang

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 23 Titik Lemah

    Udara di apartemen mewah itu terasa sesak, membebani setiap tarikan napas Lidia. Jemari Bima masih menjelajahi punggungnya yang terbuka, sentuhan yang kini terasa seperti rantai, bukan belaian."Kevin telah membaui hubungan kita." Suara Lidia terdengar bergetar, lebih seperti bisikan yang nyaris tak tertangkap, "Mungkin ini waktunya kita saling mengambil jarak." Ia menghela napas dalam, aroma sampo Lidia memenuhi indra Bima.Bima mendengus pelan, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Begitukah?" ia balik bertanya, melanjutkan ciuman ringan di antara tulang belikat Lidia. Suaranya rendah, sarat otoritas yang tak terbantahkan. "Keinginanmu, atau kau ingin melindungi kita?"Lidia menegang. Kalimat Bima menusuk tepat pada inti kegelisahannya. Ia membalikkan badan, menghadapi wajah tampan Bima yang kini menatapnya dengan intensitas yang tak bisa ia hindari. Mata Bima gelap, seperti lautan dalam yang menyembunyikan badai."Kau adalah Ketua Dewan Etik, dokter Bima." Lidia berucap, penekanan

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 22 Sebuah Konspirasi

    Sementara bisikan gosip soal karma Bima masih ramai di kalangan residen dan internship—tentang kasusnya di masa lalu yang entah kenapa kini ramai dibahas lagi—di sebuah ruang kosong tak terpakai di lantai atas rumah sakit, suasana justru terasa tegang. Tiga sosok dokter senior – Dr. Rukmana, Dr. Surya, dan Dr. Raditya – duduk melingkar dengan serius. Obrolan mereka bukan soal karma yang datang sendiri, tapi bagaimana cara menciptakannya."Oke, cukup sudah main santainya," Dr. Surya memulai, nadanya rendah tapi penuh tekad. Ia meletakkan secangkir kopi yang sudah dingin di meja. "Kita harus cari celah untuk si Bima itu.""Betul," sahut Dr. Raditya, sambil mengelap kacamata. "Dia kan bukan Superman. Pasti punya sisi lemah, selain isu lama soal sejarah dan kepemilikan saham rumah sakit ini yang selama ini dia mati-matian tutupi."Dr. Surya menyeruput sisa kopi. "Begini... kudengar, ia sedang mendekati salah satu anak internship."Jantung Dr. Rukmana sontak berdebar. Pikirannya langsung m

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 21 Strategi Kevin

    Semua kenangan itu berputar seperti film yang diputar ulang di benak Kevin. Dari cerita Kakeknya, ayahnya, hingga desas-desus di balik pintu rumah besar mereka di Paris. “Sumpah deh, kalau Kakek sama ayahku bisa begitu gampangnya ngelepasin orang-orang yang mereka cintai cuma demi karier, harta, atau bahkan ego kosong mereka, aku enggak akan pernah kayak gitu. Aku nggak akan melepaskan Lidia untuk Bima,” gumam Kevin pelan, suaranya tercekat. Resolusinya kali ini kuat sekali, membara di dalam dada, berbeda dari gumpalan dilema yang sering menyelimutinya.Tapi, pikiran lain menyelinap masuk, lebih mengganggu dan membangkitkan kecemasan. “Tunggu… Bima? Kenapa nama ini familiar banget?” Alis Kevin berkerut, tangannya otomatis memijat pelipisnya. “Apakah Bima… ini Bima yang sama yang sering Ibu ceritakan? Atau Bima yang lain?” Pertanyaan-pertanyaan itu menggerogotinya. Otaknya bekerja keras menyambung kepingan informasi yang tersebar, seperti detektif yang menemukan petunjuk krusial di TKP

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status