Home / Romansa / Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku / Bab 81 Mata-mata dan Perkenalan Calon Menantu

Share

Bab 81 Mata-mata dan Perkenalan Calon Menantu

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-10-30 23:05:12
Kevin membanting setir kemudinya, mobilnya melaju bak kesetanan begitu saja keluar dari basement rumah sakit, membelah kepadatan Jakarta yang entah kenapa mendadak terasa begitu memuakkan. Lidya di sampingnya hanya bisa pasrah, kedua tangannya mencengkeram sabuk pengaman erat-erat, jantungnya berdegup seperti mau copot. Kevin menggerutu entah tentang apa, tapi Lidya sudah terlalu pusing untuk mendengarkan. Ia hanya ingin semua kekacauan ini cepat selesai.

Di belakang mereka, dengan jarak aman, sebuah mobil Toyota Innova abu-abu melaju perlahan. Di dalamnya, dr. Franda, intern baru di rumah sakit yang sama dengan Kevin, matanya tak lepas dari layar ponsel. Peta digital menunjukkan titik merah bergerak lincah, mengikuti jalur mobil Kevin. "Mobil Kevin lurus ke arah kawasan Pondok Indah, Den," lapor Franda pada rekannya, dr. Kaiden, residen senior yang duduk di kursi penumpang, matanya tajam mengamati sekitar. "Lidya ada di dalamnya. Ini peluang bagus, Dokter Surya pasti akan senang."

Kai
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 85: Merampas Kekuasaan dan Cinta

    Suara pecahan vas bunga keramik Ming yang mahal di lantai marmer terasa memekakkan telinga, bergema menyedihkan di ruang tamu megah itu. Namun Kevin sudah tidak peduli. Seluruh dunia dan kemewahan yang selama ini menaunginya seolah runtuh saat itu juga. Aura wibawa rumah besar yang sunyi ini kini pecah oleh amarah yang menggelegak dari dirinya. Ia tak lagi memedulikan hierarki, etika, apalagi kehadiran kedua orang tuanya, Riana dan Darren, yang mematung di sampingnya dengan ekspresi tak percaya.Mereka menyaksikan Kevin meledak seperti bom waktu yang akhirnya hancur lebur di depan bingkai foto kecil di meja konsol jati Jepara itu. Sebuah foto pernikahan. Bukan sembarang pernikahan. Itu adalah pernikahan Lidya, gadis yang selama ini Kevin anggap kekasihnya, masa depannya, cinta sejatinya. Dan pengantin pria di sampingnya adalah Bima, pamannya sendiri. Seolah gravitasi telah menghilang dari semesta Kevin, dunianya serasa jatuh bebas tak berdasar. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 84 Warisan dan Foto Pernikahan

    Kegelisahan Bima hari itu memang sudah mencapai puncaknya. Entah kenapa, firasat buruk selalu menghantui pikirannya sejak bangun tidur. Ia berdiri di teras rumahnya yang luas, menikmati semilir angin pagi sambil berusaha mengabaikan obrolan orang-orang di dalam tentang diskusi warisan yang rumit. Tangan Bima menggenggam ponselnya erat. Baru beberapa menit lalu, Vito mengirimkan setumpuk foto yang sukses membuat rahangnya mengeras.Foto-foto Lidya, bersama Kevin dan, sialnya, juga Riana. Seperti itu belum cukup, Alvin baru saja menelepon, memberikan update tentang manuver berbahaya Surya yang mulai bergerak di bawah tanah, mengincar sesuatu. Bima memutus sambungan teleponnya dengan ketus. Keputusannya sudah bulat: ia harus melindungi Lidya, dan juga dirinya sendiri, dari siapapun yang mencoba mengusik kedamaian mereka.Saat Bima hendak melangkah kembali masuk untuk menyusun strategi, tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilap berhenti mulus di depan gerbang. Dari dalam

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 83: Kepanikan Wakil Direktur

    Koridor rumah sakit yang remang-remang itu terasa mencekik Dr. Alvin. Lampu neon di langit-langit berkedip-kedip redup, seolah kesulitan mempertahankan sinarnya. Jantungnya berdebar kencang, menabuh irama alarm berbahaya yang jarang sekali ia dengar dalam karirnya yang tertata rapi. Wajahnya, yang biasa terkontrol dan tenang, kini berhias lapisan tipis kepanikan yang sulit disembunyikan. Kata-kata Wulan yang baru saja didengarnya, "Mereka mencari tahu siapa istri Dokter Bima yang sesungguhnya," terus berputar-putar, memenuhi otaknya dengan pikiran kalut dan cemas yang mendalam."Wulan," ujar Dr. Alvin pelan, suaranya tertahan, memastikan tak ada satu pun telinga lain yang mendengar obrolan genting mereka. Ia menarik gadis itu sedikit menjauh dari lalu-lalang yang sesekali lewat. Ada sesuatu yang tak boleh terungkap. "Terima kasih banyak atas informasimu ini. Tapi, sungguh... ini... ini seharusnya tidak kau ketahui sama sekali. Informasi ini terlalu berbahaya."Wulan mengangguk cepat,

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 82: Kebocoran di Ruang Deliberasi

    Ruang rapat terselubung di lantai dua rumah sakit itu selalu terasa punya atmosfer khusus. Dingin, hening, dan seolah setiap kata yang terucap di dalamnya punya bobot berlipat ganda, dibungkus lapisan intrik yang tak terlihat. Dindingnya yang kedap suara memastikan kerahasiaan maksimal, menciptakan gelembung obrolan yang terputus dari dunia luar. Di meja oval modern yang didominasi warna abu-abu gelap, Dr. Surya, Dr. Raditya, dan Dr. Rukmana sedang berkumpul dalam lingkaran cahaya dari lampu gantung minimalis. Wajah mereka serius, tegang, selayaknya tengah membahas sebuah operasi besar atau diagnosis penyakit langka.Layar tablet di tengah meja menampilkan beberapa foto yang jelas-jelas dikirim secara rahasia—bidikan jepretan dari jauh, mungkin diambil oleh tangan seorang paparazi atau mata-mata amatir. Namun, isinya tidak terbantahkan: Lidya, internship yang sering jadi buah bibir di kalangan mereka, tampak sedang tertawa lepas. Di depannya duduk Kevin, dan di sampingnya ada Riana. P

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 81 Mata-mata dan Perkenalan Calon Menantu

    Kevin membanting setir kemudinya, mobilnya melaju bak kesetanan begitu saja keluar dari basement rumah sakit, membelah kepadatan Jakarta yang entah kenapa mendadak terasa begitu memuakkan. Lidya di sampingnya hanya bisa pasrah, kedua tangannya mencengkeram sabuk pengaman erat-erat, jantungnya berdegup seperti mau copot. Kevin menggerutu entah tentang apa, tapi Lidya sudah terlalu pusing untuk mendengarkan. Ia hanya ingin semua kekacauan ini cepat selesai.Di belakang mereka, dengan jarak aman, sebuah mobil Toyota Innova abu-abu melaju perlahan. Di dalamnya, dr. Franda, intern baru di rumah sakit yang sama dengan Kevin, matanya tak lepas dari layar ponsel. Peta digital menunjukkan titik merah bergerak lincah, mengikuti jalur mobil Kevin. "Mobil Kevin lurus ke arah kawasan Pondok Indah, Den," lapor Franda pada rekannya, dr. Kaiden, residen senior yang duduk di kursi penumpang, matanya tajam mengamati sekitar. "Lidya ada di dalamnya. Ini peluang bagus, Dokter Surya pasti akan senang."Kai

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 80: Reuni yang Dipaksakan

    Suasana lantai parkir basement Rumah Sakit Cendekia Medika selalu punya aura sendiri; campur aduk bau disinfektan, knalpot, dan aroma kopi dari tenant minimarket yang buka dua puluh empat jam. Di salah satu sudut gelap, Kevin berdiri, jaket residennya tersampir di lengan, menyatu dengan pilar beton. Matanya yang tajam mengamati setiap gerakan Lidya yang mondar-mandir menyiapkan kepulangan. Kevin hafal betul jam pulang wanita itu. Bahkan setelah semua yang terjadi, kebiasaan Lidya tetap terukir kuat di ingatannya. Denyutan cemas dan tekad bulat memenuhi dadanya.Tak lama, Lidya berjalan sendirian menuju mobilnya. Jemarinya sibuk mencari kunci di dalam tas. Ini dia kesempatannya. Kevin bergerak cepat, mengendap-endap seperti bayangan yang haus akan sesuatu yang telah lama hilang. Ia menahan napas, memastikan langkah kakinya tidak menimbulkan suara sekecil apa pun di antara deretan mobil yang terparkir rapi. Sebelum Lidya sempat bereaksi, sebuah tangan kekar sudah membekap mulut Lidya da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status