Share

Bab 89 Dalam Bayang Ancaman

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-11-03 23:01:22

Raungan ambulan memecah sunyi malam di depan UGD Cendekia Medika. Dua perawat dan seorang residen bergegas mendorong gurney masuk ke area resusitasi. Aroma antiseptik bercampur bau anyir darah menusuk hidung, menciptakan ketegangan. Dokter Alvin terbaring pucat, kemeja putih dan jasnya sudah merah akibat lumuran darah di pelipis. Di samping gurney, Dokter Bima melangkah cepat, raut wajahnya tegang, sorot matanya hanya terpaku pada Alvin, sesekali melirik tajam ke arah Dokter Darren yang berdiri kaku di belakangnya, tak bisa menyembunyikan kegusaran.

Di ambang pintu resusitasi, Bima berhenti mendadak. Tangannya mencengkeram lengan Darren erat, membuat Darren sedikit meringis. Mata Bima menusuk, dingin, seperti pemburu yang sedang menandai mangsanya.

"Dengar baik-baik, Darren," suara Bima serak, geraman pelan yang hanya terdengar di antara mereka. "Biar aku yang menjelaskan kejadian ini pada sejawatku. Kau dokter luar, bukan staf Cendekia Medika. Jangan coba-coba ikut campur dengan mana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 91: Kekesalan Bima

    Pintu tertutup rapat. Gorden tebal sudah ditarik menutup senja yang baru saja mengintip di balik jendela kaca ruang kerja Bima. Di sana, ketegangan menggantung di udara lebih pekat daripada kabut Jakarta pagi hari. Dokter Bima Adnyana, dengan raut wajah yang kusut dan kerutan tajam di keningnya, mondar-mandir di depan meja kerjanya yang dipenuhi buku-buku kedokteran tebal dan dokumen perusahaan. Dia baru saja menyeduh secangkir teh panas, tapi sama sekali tidak disentuhnya. Aura marahnya sudah lebih dari cukup untuk membuat cangkir itu meledak.Lidia, istri cantiknya, hanya bisa menunduk, jarinya meremas-remas ujung kemeja yang ia pakai. Perasaannya campur aduk: bersalah, takut, dan sedikit kesal karena merasa terpojok."Gimana caranya aku nggak tahu?" Suara Bima terdengar rendah tapi penuh tekanan, lebih seperti guntur yang mengancam daripada obrolan santai. "Aku sudah bilang jangan temui keluarga Wisesa itu, terutama si Kevin. Kau itu keluarga Adnyana sekarang, Lidia. Kau harusnya p

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 90: Simpati atau Cinta?

    Bau karbol dari rumah sakit rupanya kalah telak dengan bau rempah dapur di area kontrakan kumuh itu. Di sebuah bangku kayu usang yang menjulur di antara rerumputan ilalang di luar salah satu kontrakan, Riris duduk bersedekap, aura penolakan memancar dari sekujur tubuhnya bagai sinyal wi-fi 5G. Wulan, pacar dokter Vito, mencoba tampil netral di sebelahnya, tapi kerutan di dahinya jelas menunjukkan solidaritas yang kuat.Di sisi lain, Gerald dan Vito terlihat menyedihkan. Dua calon dokter hebat dengan pakaian yang sedikit lusuh, siap siaga menghadapi apa pun, kecuali mungkin menghadapi amukan singa betina yang sedang datang bulan. Mereka baru saja menyelesaikan bagian penyelamatan Dokter Alvin, yang untungnya berhasil. Tapi ketegangan itu, rupanya berlanjut di luar pagar besi karatan milik kontrakan Dian."Jadi serius kalian nggak mau masuk?" suara Viska memecah keheningan yang tegang itu. Internship lain ikut mengerubung, termasuk Versa si kembarannya dan beberapa wajah familier lain,

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 89 Dalam Bayang Ancaman

    Raungan ambulan memecah sunyi malam di depan UGD Cendekia Medika. Dua perawat dan seorang residen bergegas mendorong gurney masuk ke area resusitasi. Aroma antiseptik bercampur bau anyir darah menusuk hidung, menciptakan ketegangan. Dokter Alvin terbaring pucat, kemeja putih dan jasnya sudah merah akibat lumuran darah di pelipis. Di samping gurney, Dokter Bima melangkah cepat, raut wajahnya tegang, sorot matanya hanya terpaku pada Alvin, sesekali melirik tajam ke arah Dokter Darren yang berdiri kaku di belakangnya, tak bisa menyembunyikan kegusaran.Di ambang pintu resusitasi, Bima berhenti mendadak. Tangannya mencengkeram lengan Darren erat, membuat Darren sedikit meringis. Mata Bima menusuk, dingin, seperti pemburu yang sedang menandai mangsanya."Dengar baik-baik, Darren," suara Bima serak, geraman pelan yang hanya terdengar di antara mereka. "Biar aku yang menjelaskan kejadian ini pada sejawatku. Kau dokter luar, bukan staf Cendekia Medika. Jangan coba-coba ikut campur dengan mana

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 88 Pengorbanan Seorang Sahabat

    “Dokter Alvin!”Lidia dan Kevin hampir berteriak bersamaan. Kevin meringis, sisa rasa terkejut dan nyeri masih terasa, sementara Lidia, meski syok, air mata kelegaannya mengalir deras. Ya, Dokter Alvin. Pria itu adalah sosok sang penolong misterius di bab sebelumnya yang muncul dan memukul Kevin. Ia berdiri di ambang pintu ruangan, memandang Kevin dengan kilat kemarahan di matanya. Pakaiannya sedikit kotor dan kusut, seolah baru saja menempuh perjalanan sulit mencari mereka hingga ke vila terpencil ini.“Ya, Kevin. Tentu saja aku. Memangnya kau berharap siapa lagi?” Alvin berucap dengan suara rendah yang menahan emosi, napasnya masih terengah-engah. Tatapannya tertuju tajam pada Kevin, kemudian beralih sekilas pada Lidia yang terguncang dan menangis ketakutan di sudut sofa. “Aku mengikutimu sejak dari kos Dokter Wulan. Aku tahu kau akan melakukan sesuatu yang biadab seperti ini!” Nada suara Alvin penuh kekhawatiran dan amarah yang mendalam, juga rasa muak terhadap Kevin.Kevin tersenyu

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 87 Menuntut Hak Milik

    Mobil Kevin melaju kencang menembus malam, mesinnya menderu ganas, seakan mencerminkan gejolak dalam hati pemiliknya. Jalanan aspal basah berkilau memantulkan lampu kota yang kabur, namun di dalam mobil, suasana jauh lebih pekat dan mencekam. Lidia tersentak setiap kali mobil melesat di tikungan, cengkeramannya pada seatbelt menguat. Panik dan takut menjadi dua tamu tak diundang yang mengisi benaknya, menggerogoti ketenangan yang coba dipertahankannya mati-matian. Dia melirik Kevin di kursi kemudi, yang wajah tampannya kini berubah gelap, menakutkan, seperti ada bayangan yang hinggap dan enggan beranjak. Rahangnya mengeras, tatapannya tajam menatap ke depan, tapi terasa menembus sampai ke dalam jiwanya."Aku akan kau bawa ke mana, Kevin?" tanya Lidia, suaranya bergetar tipis, nyaris tak terdengar di antara deru mesin dan irama jantungnya yang berdebar kencang. Ia mencoba menenangkan diri, tapi rasanya sia-sia saja. Kevin seolah berubah menjadi orang lain, bukan lagi Kevin yang ceria d

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 86 Malam Di Kos Wulan

    Sore itu, Lidia benar-benar nggak punya muka buat pulang ke rumah Bima. Bukan karena gimana-gimana, tapi dia belum siap sama drama perpisahannya dengan Kevin atau pertanyaan bertubi-tubi soal status perkawinannya dengan BIma. Makanya, daripada bikin masalah di rumah, dia memutuskan langsung meluncur ke tempat favoritnya kalau lagi galau: kosan Wulan.Begitu sampai, Wulan lagi asyik ngegelesor sambil nonton drama Korea dengan ditemani semangkuk besar keripik kentang. Melihat Lidia nongol di depan pintu, kaget campur heran deh ekspresi temannya itu.“Woy! Kirain udah melenggang aja kau ke rumah mertua! Ada apaan nih mendadak nyangkut di sini?” Wulan bertanya sambil menyerahkan keripik kentang.Lidia nyengir kecut. “Mertua mata kau! Yang ada malah mau melenggang ke jurang, tau nggak sih. Eh, aku cerita nih ya. Gila banget sih Wulan, aku tuh barusan ketemu keluarganya Kevin.”“Oh ya? Gimana? Asyik nggak mereka? Ibu Kevin ramah nggak?” Wulan mulai kepo sambil menepuk kasur di sebelahnya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status