Share

Bab 2

Penulis: Fifi
Anakku menepuk keras pantat orang itu hingga terdengar bunyi yang nyaring. "Sudah, sudah. Cepat pergi, jangan berjalan sambil telanjang di depan ibuku."

Begitu sampai di kamar asrama anakku, jantungku masih berdebar kencang.

Apakah teman-teman sekamarnya juga tidur dalam keadaan telanjang? Kalau aku bangun tengah malam untuk ke kamar mandi dan tidak sengaja bertemu mereka, bukankah itu akan sangat canggung...

Belum sempat aku menyelesaikan pikiran itu, salah satu teman sekamarnya, Ivan, menerima telepon. Sudut bibirnya langsung tertarik ke atas. "Sayang mau main ke sini malam ini? Oke, aku jemput kamu."

Setelah menutup telepon, dia menggarukkan kepala sambil menatapku dengan sedikit rasa tidak enak. "Tante, nanti pacarku mau menginap di sini."

"Oh." Aku mengangguk. "Apa dia bakal tidur sama Tante? Nggak apa-apa. Kalau kurang nyaman, Tante bisa menginap di hotel."

"Nggak, nggak." Ivan buru-buru menggeleng. "Dia tidur sama aku, tapi kami mungkin agak berisik nanti malam. Tante nggak keberatan, 'kan?"

Hah? Setelah tertegun sejenak, barulah aku sadar apa yang dimaksudnya dengan berisik nanti malam.

Tenggorokanku tiba-tiba terasa kering. Aku benar-benar tidak menyangka mahasiswa zaman sekarang begitu terbuka. Apa mereka akan melakukannya secara terang-terangan di kamar asrama? Padahal di sampingnya ada orang lain yang tidur. Selain itu... tanpa tirai ranjang!

"Nanti pelankan suaramu, ya. Maksimal satu jam saja. Jangan sampai buat kami semua kesiangan besok pagi."

Anakku melirik Ivan dengan kesal.

Satu jam! Aku menelan ludah. Sehebat itu? Itu pun katanya maksimal. Kalau nggak dibatasi, bisa sampai berapa lama...

Aku buru-buru menarik anakku sambil tersenyum kepada Ivan. "Nggak apa-apa, Tante tidurnya pulas. Kalian seperti biasa saja, nggak usah sungkan."

Meskipun begitu, sejujurnya aku bukan tipe yang tidur pulas. Sedikit suara saja bisa membuatku terbangun, apalagi Ivan tidur di ranjang atas. Begitu lampu dimatikan, guncangannya membuatku merasa seperti sedang gempa bumi.

"Ugh... Kamu ini... pelan sedikit, jangan sampai tante dengar."

"Tenang saja, tante pasti sudah tidur."

Namun, aku belum tidur. Kami hanya berjarak sekitar satu meter, suara itu menembus papan ranjang dan rasanya seperti sedang diperdengarkan langsung ke telingaku.

Pacarnya sepertinya juga mahasiswi baru. Dia terlihat lembut dan pemalu, tapi tidak kusangka ternyata dia tahan banting.

Sepertinya gadis itu sengaja menahan suaranya, jadi hanya terdengar sayup-sayup. Namun, desahan yang tertahan itu, justru lebih menggoda daripada erangan yang terdengar jelas.

Aku menatap kosong ke papan ranjang di atas, merasakan guncangan sambil mendengarkan desahan menggoda itu. Setiap sel di tubuhku terasa panas dan hormonku bergolak tidak terkendali. Rasa geli dan gatal itu sama sekali tidak bisa kutahan. Kalau aku tidak menggigit bibirku kuat-kuat, aku pasti sudah ikut mengerang.

Aku ingin, aku juga ingin sekali memiliki pria kekar seperti itu.

Membayangkan tubuh beratnya menindihku dan memperlakukanku dengan kasar, kakiku tanpa sadar menggesek-gesek sprei dan jari-jari kakiku menegang.

Nggak bisa. Kalau seperti ini, aku nggak akan bisa tidur.

Dengan hati-hati, aku mengambil penyuara telinga dan memakainya, lalu membuka film dewasa di ponselku.

Untungnya, aku juga membawa mainan kecilku. Menggunakannya dalam situasi seperti ini terasa agak memalukan, tapi kalau tidak menggunakannya, perasaan yang menggebu ini mungkin akan membuatku gila karena tersiksa.

Saat layar menyala, aku menatapnya dengan mulut kering, membiarkan diriku tenggelam dalam adegan penuh gairah. Meskipun aku sudah memakai penyuara telinga, suara penuh gairah dari ranjang atas tetap menembus masuk, berpadu dengan suara dari film, benar-benar seperti audio tiga dimensi.

Api di dalam tubuhku membara hebat, rasanya hampir melelehkanku.

Tidak tahan, aku benar-benar tidak tahan lagi...

Tiba-tiba, hembusan napas panas menyentuh leherku. Sepasang tangan kuat meremas payudaraku yang montok melalui gaun tidur.

"Ah...!"

Sensasi yang tiba-tiba itu terasa seperti pemeran utama pria dalam film mendadak menjulurkan tangan lewat layar dan mencubitku keras. Tanpa sadar, aku membuka mulut sedikit dan mengeluarkan erangan.

Namun, mana mungkin hal seperti itu terjadi? Aku panik dan menoleh ke belakang, lalu mendapati teman sekamar anakku, Juan, yang entah sejak kapan telah menyibak selimutku dan tidur menempel padaku.

Seluruh tubuhnya terasa sangat panas, seperti bara api yang sedang menyala. Terlebih lagi, kedua matanya dipenuhi dengan gairah yang menyala-nyala. Tangannya yang besar menekan dan meremas payudaraku dengan kasar, seperti menguleni adonan. Sementara bibirnya bergumam tidak jelas.

Aku terkejut dan buru-buru melepas penyuara telinga, lalu terdengar suara dia menelan ludah berkali-kali. "Putih dan besar sekali..."

Aku merasa malu sekaligus takut, wajahku memerah sepenuhnya. Aku buru-buru mendorongnya. "Kamu... kamu mau apa?"

Tanganku menyentuh otot kerasnya. Aroma maskulinnya yang dominan memenuhi sekelilingku.

Aku tidak berani bersuara keras, karena takut anakku mendengar.

Teman sekamarnya ini berani sekali! Berani-beraninya melakukan hal seperti ini di tengah malam!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam di Asrama Mahasiswa: Rahasia yang Tak Terucap   Bab 6

    Wajahku memerah hingga ke leher. "Tante baik-baik saja sekarang, lepaskan tangan Tante, Tante bisa jalan sendiri."Namun, Juan hanya menyeringai dan malah memelukku lebih erat. "Jangan pura-pura kuat. Kalau Tante terus meronta, aku akan menggendong Tante!"Sorot matanya membara saat menatapku, seolah benar-benar ingin menggendongku. Mana mungkin aku biarkannya! Membayangkannya saja sudah membuatku malu setengah mati, aku pun makin berusaha keras untuk melepaskan diri.Siapa sangka, saat itu kami sedang berjalan menuruni lereng. Karena terlalu fokus meronta, aku tidak memperhatikan pijakanku. Aku terpeleset dan langsung terjatuh dengan tubuh miring."Ah!" teriakku kaget.Juan juga berteriak, lalu tanpa ragu langsung melompat ke arahku dan memelukku erat.Kami pun terguling bersama. Dalam pelukannya, aku hanya merasakan dunia berputar-putar, sementara telingaku dipenuhi teriakan anakku dan Ivan.Aku tidak tahu sudah berapa lama kami berguling sebelum akhirnya berhenti. Karena ketakutan,

  • Malam di Asrama Mahasiswa: Rahasia yang Tak Terucap   Bab 5

    Segumpal kain kecil kusut diletakkan di atas wastafel. Aku memegang salah satu ujungnya dan mengibaskannya, terlihat jelas noda mencolok yang terbungkus di dalamnya.Ah, dasar bajingan! Rupanya tadi malam Juan lama di kamar mandi karena memakai celana dalamku.Aku merasa malu sampai wajahku memerah. Tepat saat itu, Juan masuk ke dalam dan memandangku dengan sedikit canggung. "Kemarin sudah larut malam dan aku mengantuk, jadi nggak sempat mencucinya. Sekarang akan kucuci."Dia mengulurkan tangan hendak mengambil celana itu, tapi aku segera menariknya erat-erat. "Aku... aku sendiri yang akan mencucinya."Tanpa rasa sungkan, Juan berjalan melewatiku dengan tubuh hampir menempelku, lalu berdiri di dekat kloset dan membuka celananya untuk buang air kecil.Aku terkejut melihat itunya dan langsung berbalik badan.Aku... aku masih di dalam! Bagaimana bisa dia langsung membuka celananya di depanku?Namun, begitu teringat kejadian kemarin, apalagi yang muncul tanpa sehelai kain pun, aku refleks

  • Malam di Asrama Mahasiswa: Rahasia yang Tak Terucap   Bab 4

    "Benar-benar wanita jalang nggak tahu diri."Juan meremas pantatku begitu keras seolah ingin menghancurkannya, lalu menamparnya dengan suara yang nyaring.Sensasi ditaklukkan dan diperlakukan dengan begitu dominan membuatku nyaris gila karena terlalu bergairah. Aku pun mengulurkan tangan ke belakang, menarik celana dalam tali yang sejak tadi sudah tidak sanggup menahannya dan langsung melepasnya.Napas berat di belakangku terdengar seperti dengusan banteng. Tidak lama kemudian, sepasang tangan besar mencengkeram pinggangku erat-erat seperti penjepit besi, lalu pria di belakang menghentakkan pinggulnya kuat-kuat ke arahku.Saat itu, pikiranku benar-benar kosong. Akal sehatku sudah lenyap tanpa jejak, hanya menyisakan hasrat paling primitif yang membara dan menguasai tubuhku sepenuhnya.Apa itu asrama putra? Apa itu teman sekamar anakku? Aku sudah tidak peduli dengan semua itu. Saat ini, aku sudah terbakar oleh hasrat hingga kehilangan kendali.Tubuhku yang lama tertekan dan tidak pernah

  • Malam di Asrama Mahasiswa: Rahasia yang Tak Terucap   Bab 3

    Juan terkekeh pelan padaku, lalu meniupkan napas hangat ke telingaku sambil berkata, "Tante, rupanya Tante suka melihat ini. Aku juga suka."Tangannya meraih payudaraku yang putih mulus, meremasnya beberapa kali sebelum menyelusup ke dalam selimut dan meraih tanganku. Dalam sekejap, benda di tanganku sudah berada di tangannya."Tante benar-benar jalang. Aku bisa mendengar dengungannya dari tempat tidurku."Apa! Apa sekeras itu?Seluruh tubuhku menegang dan pikiranku kosong. Tertangkap basah sedang melakukan hal seperti itu di tengah malam oleh teman sekamar anakku, rasanya aku ingin menghilang saja.Dalam keadaan panik, aku merasakan keringat dingin mengucur di punggungku dan darah di seluruh tubuhku seolah terus bergolak."Tenang saja, aku nggak akan memberitahukannya pada siapa pun, tapi..."Juan sengaja memanjangkan nada bicaranya, lalu mengangkat tubuhnya dan tiba-tiba menunduk untuk mencium leherku. Hembusan napasnya yang panas dan lembap perlahan menyebar, membuatku tanpa sadar g

  • Malam di Asrama Mahasiswa: Rahasia yang Tak Terucap   Bab 2

    Anakku menepuk keras pantat orang itu hingga terdengar bunyi yang nyaring. "Sudah, sudah. Cepat pergi, jangan berjalan sambil telanjang di depan ibuku."Begitu sampai di kamar asrama anakku, jantungku masih berdebar kencang.Apakah teman-teman sekamarnya juga tidur dalam keadaan telanjang? Kalau aku bangun tengah malam untuk ke kamar mandi dan tidak sengaja bertemu mereka, bukankah itu akan sangat canggung...Belum sempat aku menyelesaikan pikiran itu, salah satu teman sekamarnya, Ivan, menerima telepon. Sudut bibirnya langsung tertarik ke atas. "Sayang mau main ke sini malam ini? Oke, aku jemput kamu."Setelah menutup telepon, dia menggarukkan kepala sambil menatapku dengan sedikit rasa tidak enak. "Tante, nanti pacarku mau menginap di sini.""Oh." Aku mengangguk. "Apa dia bakal tidur sama Tante? Nggak apa-apa. Kalau kurang nyaman, Tante bisa menginap di hotel.""Nggak, nggak." Ivan buru-buru menggeleng. "Dia tidur sama aku, tapi kami mungkin agak berisik nanti malam. Tante nggak kebe

  • Malam di Asrama Mahasiswa: Rahasia yang Tak Terucap   Bab 1

    Namaku Dian Ardana, seorang wanita dewasa yang kesepian di usia awal empat puluhan.Di usia seperti ini, seharusnya aku bisa menikmati hidup dengan penuh gairah, tapi suamiku telah meninggal dunia sejak lama.Dulu, aku tidak terlalu merasakannya, tapi seiring bertambahnya usia, terutama setelah melewati usia tiga puluhan, aku mulai merasakan kehampaan yang tiba-tiba muncul. Tidak peduli bagaimanapun aku mencoba, rasanya tidak pernah bisa terisi.Apalagi sejak anakku masuk kuliah, setiap malam aku sendirian di rumah, kesepian yang terus menghantui membuatku tergila-gila pada mainan kecil. Sehari saja tidak menggunakannya, seluruh tubuhku langsung terasa gatal seperti ada semut yang merayap, sampai aku tidak bisa tidur.Apa aku harus mencari seorang pria untuk memuaskanku?Selesai mandi, aku mengoleskan losion ke tubuh sambil menatap cermin, aku tidak kuasa menahan desahan panjang.Mungkin karena melahirkan di usia muda dan tidak sempat dinikmati sepenuhnya oleh suamiku, kulitku di usia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status