Share

BAB 8

Author: Celiya Kusuma
last update Last Updated: 2023-10-05 14:06:43

HAPPY READING

***

“Rumah kamu di mana?” Tanya Kafka, membuka topik pembicaraan.

“Di Pondok Indah.”

“Tinggal sendiri?”

Naomi mengangguk, “Iya. Kalau kamu?” Tanya Naomi.

“Tinggal sendiri juga, saya tinggal di Kelapa Gading.”

“I see, lumayan jauh juga ya kalau dari sini,” ucap Naomi.

“Lumayan kalau macet-macetan,  tapi jam segini udah nggak macet lagi,” ucap Kafka.

Kafka memegang kemudi setir, ia menatap Naomi, “Katanya kamu punya anak?”

“Pasti Enzo yang cerita.”

Kafka tertawa, “Iya, Reni dan Enzo yang cerita sama saya. Namanya siapa?” Tanya Kafka penasaran.

“Namanya Kayla, Tahun ini Kayla akan saya masukan primary school.”

“Sekarang berarti masih TK?”

“Iya, benar.”

“TK mana?”

“TK Cikal.”

“Pasti Kayla cantik seperti kamu,” ucap Kafka.

Naomi tersenyum, “Banyak yang bilang begitu.”

Kafka melirik Naomi, wanita itu hanya diam dan tersenyum kepadanya, “Katanya kamu punya butik tas?”

“Kok kamu tau?”

“Tau dari Reni dan Enzo. Butik kamu sangat sukses, saya sering melihatnya di iklan di branda social media. Kamu sangat sukses menjalaninya.”

Thank you. Kamu sendiri, udah lama jadi dokter spesialis?” Tidak etis rasanya ia tidak bertanya tentang Kafka.

Kafka tersenyum, “Lumayan. Udah sekitar lima tahunan.”

“Rumah sakit mana?”

“Mayapadi Hospital Kuningan.”

“I see. Berarti sama dengan Enzo.”

“Iya sama. Saya sebenernya nggak terlalu fokus di pasien. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Ada kalanya sewaktu-waktu saya turun tangan.”

Alis Naomi terangkat, ia menatap Kafka, “Jadi kamu di kantor?”

“Saya pemilik dari rumah sakit itu, dan Enzo salah satu staff saya.”

Naomi hampir shock mendengar bahwa Kafka lah pemilik dari rumah sakit itu, berarti dia owner, CEO, “Wow, berarti kamu pemiliknya?”

“Sebenernya punya keluarga, cuma sekarang saya dipercaya mengelolanya, bagi-bagi dengan saudara saya. Kebetulan saya menggeluti di dunia medis, so saya melakukan apa yang sudah menjadi tugas saya.”

“Bagaimana perasaan kamu dipercaya mengelolanya?” Tanya Naomu lagi.

Kafka tersenyum, ia melirik Naomi, “Biasa aja sih, cume lebih tanggung jawab aja. Kebetulan saya memang sejak awal tertarik dengan dunia ini, jadi saya enjoy menjalaninya,” ucap Kafka, ia menyetir mobil mengearahkan mobilnya ke Pondok Indah.

“Mungkin karena ini passion kamu,” timpal Naomi.

“Enggak juga. Pada dasarnya saya tidak mencari passion. Karena saya tahu manusia dengan mudah bisa passionet diberbagai bidang. Beberapa orang akan passionet di konteks bisnis, sains, berbicara tentang algo. If that's the case! you'll not long in the industry!”

“Why?” Tanya Naomi.

“Passion itu penting, tapi lebih penting demand and supply! Jika kamu bisa nge blend passion into demand and Supply! 99% kamu bisa menjadi salah satu Rock Star!”

“Orang yang terlalu memikirkan passion, maka akan melupakan hal yang paling dasar dan mengambil keputusan yang tidak logis.”

“So? Menurut kamu bagaimana?” Tanya Naomi lagi, ia mengerti arah pembicaraan Kafka.

“Menurut saya, lakukan saja apa yang kamu bisa, nggakk harus suka banget kayak passion, tapi jangan lakukan apa yang kamu benci juga. Suka nggak, benci juga nggak, pasti bisa lebih objekif dan stabil. Untuk long term-nya akan lebih konsisten.”

“Intinya, ada segala sesuatu yang harus dibayar, ada value, ada profit. Real-real aja, efesien dan efektif.”

“Wow, saya suka pemikiran kamu.”

Thank you, Naomi.”

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba di Pondok Indah. Naomi memberi petunjuk di mana arah rumahnya. Akhirnya ia tiba di depan rumah berpagar tinggi itu. Naomi melepas sabuk pengamannya, ia menatap Kafka menghidupkan lampu dasbor. Sehingga ia dapat melihat secara jelas wajah mereka.

“Makasih ya, Kaf sudah di antar pulang.”

“Iya, sama-sama, Naomi.”

Kafka menatap Naomi, mereka saling berpandangan beberapa detik, “Naomi.”

“Iya.”

“Apa boleh saya menghubungi kamu?”

“Kamu ada nomor ponsel saya?”

Kafka mengangguk, “Iya ada, saya minta dari Enzo dan Reni.”

“Iya, boleh.”

Naomi lalu membuka hendel pintu dan ia lalu keluar. Ia melihat Kafka membuka power window, ia memandang wajah cantik Naomi.

“Kamu hati-hati di jalan,” ucap Naomi.

Kafka tersenyum, “Selamat istirahat Naomi.”

“Kamu juga, Kaf.”

Naomi melangkahkan kakinya menuju pintu pagar, ia memandang Kafka masih di posisi yang sama. Ia tahu bahwa Kafka menunggunya hingga masuk ke dalam. Kafka menatap tubuh Naomi menghilang dari balik pintu setelah itu mobil Kafka meninggalkan area rumah berpagar tinggi  itu.

***

“Pak ini box biscuitnya taruh di bagasi?” Tanya pak Anwar selaku salah satu staff nya.

“Iya, pak taruh di bagasi saya.”

“Untuk di bawa ke mana pak? Tumben bapak bawa ginian,” ucap pak Anwar lagi, soalnya sepanjang hidupnya ia bekerja dengan pak Tigran, baru kali ini di suruh membuat bingkisan biscuit anakk-anak sebanyak ini.

“Untuk saya bagikan ke sekolah anak saya pak.”

“Anak bapak? Bapak becanda?”

Tigran hanya tertawa,  ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 09.10 menit. Ia sudah berjanji kepada Kayla bahwa ia akan datang ke sekolahnya membawakan biscuit untuk gadis kecil itu dan membagikan kepada teman-temannya. Ia merasa ada eforia baru dalam hidupnya, entahlah ia merasa bersemangat melakukannya.

Ia ingin melihat wajah girang Kayla ketika ia menjemputnya. Tiba-tiba ia terbesit rindu kepada wanita bernama Naomi. Wajah cantik itu masih melekat dalam ingatannya. Ia menyungging senyum mengingat mereka berjalan bertiga kemarin. Mereka terlihat seperti keluarga yang sangat harmonis. Apa reaksi ibunya jika ia membawa Kayla ke rumah orang tuanya? Pasti bertanya-tanya, anak siapa? Siapa ibunya? Kenapa bisa bersamanya? Pertanyaan itu pasti keluar begitu saja.

Tigran menatap pak Anwar sudah menutup bagasi, ia lalu masuk ke dalam mobil. Ia menghidupkan mesin mobil, tidak lupa memasang sabuk pengaman. Setelah itu ia meninggalkan area rumah, menuju TK Cikal. Sejujurnya ia tidak sabar untuk bertemu dengan Kayla dan Naomi lagi. Ia pastikan bahwa ibu dan anak itu bersamanya lagi hari ini.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 53 END

    HAPPY READINGMereka masuk ke dalam, Naomi memperhatikan area rumah, rumah ini di dominasi warna putih, rumahnya tampak luas dan mewah. Mereka masuk ke dalam ruang keluarga, ia menatap seorang wanita muda di sana. Dia mengenakan dress hitam dengan tali sphagetti. Ia pernah melihat wanita itu saat acara pesta pernikahan Erlan dan Kinan kemarin.Wanita mudah itu mendekati mereka, “Ini Elizabet adiknya Tigran,” ucap mama Tigran.“Hai, mba Naomi.”“Hai Elizabet.”Tatapan mereka tertuju pada Kayla dan papa di sana. Papa Tigran memperlihatkan grand piano berwarna putih di sana. Dengan pita besar berwarna merah sebagai tanpa bahwa itu adalah gift. Kayla melompat-lompat melihat hadiahnya.“Ini gift untuk Kayla dari opa,” ucap papa kepada Kayla.“Wah, asyik, asyik. Thank you, opa.”“Sama-sama sayang.” Naomi yang melihat itu terbelalak kaget, karena tadi ia pikir hadiah berupa boneka atau mainan anak-anak. Ternyata papa Tigran memberinya sebuah grand piano putih, ia tahu betul berapa harga p

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 52

    HAPPY READINGTigran melirik jam melingkar di tangannya menungjukan pukul 14.00, mobilpun tiba di rumah Naomi. Ia memarkir mobilnya di halaman rumah. Ia membuka hendel pintu dan Naomi juga keluar, wanitanya menurunkan hadiahh-hadiah pemberian Chris tadi di restoran.“Sayang, aku nggak mampir ya. Aku ada meeting hari ini jam tiga.”“Iya, enggak apa-apa.”Tapi Tigran menggendong Kayla yang sedang tertidur, ia bawa masuk ke dalam rumah. Sementara bibi membantu Naomi membawa kado-kado itu ke dalam. Tigran membaringkan tubuh Kayla ke tempat tidur, ia memandang putrinya. Walaupun statusnya sebagai ayah tiri, ia tetap mencintai putrinya.Tigran keluar dari kamar Kayla, ia menatap Naomi yang menyusun gift dari Chris. Tigran mendekati Naomi, Naomi tersenyum kepadanya.“Kamu sudah mau pergi?” Tanya Naomi.“Iya, sayang.”“Nanti malam kamu dandan yang cantik, kita dinner di rumah orang tua aku.”Naomi tersenyum dan mengangguk, “Iya.”“Makasih ya, kamu sudah hadir di tengah-tengah hidup aku dan

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 51

    HAPPY READINGChris berikan senyum terbaiknya kepada mereka. Chris tau bahwa anak perempuan memiliki karakter yang berbeda dengan laki-laki. Anak perempuan itu cenderung berhati lembut dan perasa. Banyak orang mengatakan bahwa anak perempuan justru lebih dekat dengan sosok ayah ketimbang ibunya. Namun selama ini ia tidak pernah ada di samping Kayla, sungguh ia merasa sangat bersalah.Ia melangkah semakin dekat, inginnya mengatakan kepada Kayla ia tidak ingin putrinya mengikuti jejaknya. Ia ingin anaknya mengambil jalan di sampingnya dan melangkah lebih jauh dari apa yang ia bayangkan. Tidak peduli berapa usianya, ia akan tetap menjadi bayi perempuan kesayangannya.Lihatlah senyumannya membuatnya tersenyum dan tawanya menular, hatinya murni dan sejati diatas segalanya, ia senang bahwa dia adalah putrinya. Kini ia sudah berada di hadapan Tigran, Naomi dan Kayla. Inginnya segera memeluk putrinya, namun ia tahu situasi mereka seperti apa. Kayla belum mengenalnya dengan baik, karena inil

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 50

    HAPPY READINGSetelah berdiskusi panjang dengan Tigran, Naomi setuju bahwa Kayla akan dipertemukan dengan ayahnya. Tigran sudah menghubungi Chris, dan hari ini mereka akan bertemu di restoran Temani Kids Café Kemang. Jujur ia memang merekomendasikan restoran ini kepada Tigran, dan jaraknya sangat dekat dengan butiknya.Restoran pilihannya sangat nyaman apalagi bersama anaknya. Kayla dan dirinya sering menghabiskan waktu makan siang di sini. Karena selain makan siang, ia bisa menemani Kayla bermain yang di dalamnya ada permainan anak, berupa perosotan, ayunan, panjat-panjatan dan bola-bola ukuran raksasa ada di sana.Mereka duduk di table kosong sambil menunggu kedatangan Chris. Walau sebenarnya ia masih bersitegang dengan kehadiran Chris, namun ia tetap mengesampingkan egonya. Ia sebagai orang dewasa, memahami bahwa pernikahan itu tidak selamanya berlangsung sesuai dengan harapan dan rencana.Setiap orang akan berubah, perubahan itu berdampak pada penyesuaain kebutuhan perhatian dan

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 49

    HAPPY READINGBeberapa menit kemudian, kini ia tiba di rumah Naomi, ia memarkir mobilnya plataran. Mereka keluar dari mobil, lalu menatap Kayla yang berada di depan daun pintu menyambut kehadirannya.“Papi,” ucap Kayla kegirangan.“Halo putri papi,” ucap Tigran.“Papi jemput mami kerja?” Tanya Kayla.“Iya.”Tigran tersenyum dan mendekati Kayla, “Anak papi udah selesai les nya?” Tanya Tigran.“Udah papi. Papi tidur di sini lagi kan?”Tigran lalu tertawa, “Iya, dong.”Naomi yang mendengar itu lalu menoleh menatap Tigra, pria itu mengedipkan mata kepadanya. Naomi tahu pria itu menggodanya.“Kamu mau minum kopi?” Tanya Naomi.“Iya, boleh.”Tigran menatap Kayla berlari menuju kolam renang. Ia mengikuti langkah Kayla di sana.“Papi, Kayla mau berenang.”Alis Tigran terangkat, “Mau berenang?”“Iya, boleh kan papi.”“Boleh dong.”Tigran menoleh mencari keberadaan bibi, “Bi, gantiin baju Kayla dulu ya. Dia mau berenang.”“Baik pak.”Tigran menatap bibi yang sedang membawa Kayla ke dalam kamar,

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 48

    HAPPY READING“Sayang, Chris hanya ingin lihat Kayla. Kamu juga harus menerima kenyataan bahwa Kayla benar anak dari Chris, dialah ayah biologis Kayla. Kita tidak bisa bersikap egois di sini, terbukalah dengan keadaan. Selama dia menjaga sikapnya dengan baik, kita bisa menerimanya.”“Kita sudah dewasa, jika mempersulit keadaan, maka akan memperburuk keadaan. Dia tidak meminta banyak, dia hanya ingin bertemu dengan Kayla, walau sekali dalam seumur hidupnya.”“Tapi aku nggak bisa Tigran.”“Harus, bisa sayang. Kita hadapi sama-sama. Dia hanya ingin melihat saja, tanpa memperebutnya dari kita. Kayla tetap anak kita, tapi kita harus mengakui kalau dia ayah biologis Kayla.Tigran menangkup wajah Naomi, mencoba memberi pengertian kepada sang kekasih, “Kamu nggak boleh egois sayang. Kalau dia ingin beremu Kayla, kita tetap berada di sampingnya.”“Semakin kita dewasa, kita semakin banyak belajar bijak. Kamu mengerti kan maksud aku.”Naomi menatap Tigran, terlihat jelas tatapan keseriusan pad

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 47

    HAPPY READINGNaomi melihat Tigran, pria itu menunjukan sikap lebih tenang dari pada dirinya. Dia terlihat confidence dan percaya diri, menghadapi situasi ini. Bagaimanapun hubungan dirinya dan Tigran dibangun dengan rasa percaya diri.Naomi perlu Chris berbicara empat mata, bagaimanapun ini bukan masalah Tigran. Biarkan ia menyelesaikan masalahnya sendiri. Tigran tidak perlu ikut campur, karena itu bukan urusan. Tugasnya menjaga hubungannya masa sekarang. Ia yakin bahwa hubungannya masa sekarang jauh lebih baik daripada hubungan dengan masa lalu.“Dia Chris mantan suami aku,” ucap Naomi menahan emosinya.Tigran menarik nafas beberapa detik, ia menatap iris mata Naomi, “Buat apa dia datang ke sini?” Tanya Tigran.“Dia ingin bertemu dengan Kayla,” gumam Naomi pelan.Tigran memegang punggung Naomi pelan, dan lalu memeluknya. Pelukan Tigran membuat Naomi jauh lebih tenang. Tigran tahu mau bagaimanapun Kayla itu tetap memiliki ayah biologis, ayah biologisnya itu Chris. Ia sebagai kek

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 46

    HAPPY READING“Pergilah dari kehidupan saya dan Kayla. Jangan pernah kembali, bagi saya kamu itu tidak ada. Saya dan Kayla sudah bahagia tanpa kamu.”“Tapi Naomi, kamu harus tahu alasan saya.”“Saya tidak perlu tahu tentang kamu.”“I know, kalau saya salah. Prilaku saya tidak bisa dimaafkan. Tapi mengertilah kenapa saya melakukan ini.”“Alasan apa?” Tanya Naomi dengan berani menatap iris mantan suaminya. Ia berharap agar Tigran segera datang, ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 16.00.“Saya malu dengan hadirnya saya saat dulu, karena saya belum mapan secara finansial, sedangkan keluarga kamu sangat terpandang. Saya sungguh minder akan hal itu. Saya tidak bisa berbuat banyak apalagi saat itu saya juga tidak bisa berbisnis. Bisnis kita tidak berjalan dengan baik, hingga aku tidak mampu dipercayai oleh kedua orang tua kamu. Saya merasa kalau saya bodoh.”“Saya tidak memiliki karir apa-apa, saya juga tidak bisa dibanggakan saat itu. Apalagi melihat kamu hamil, value say

  • Mama Muda Milik sang Konglomerat   BAB 45

    HAPPY READINGNaomi mengambil tas Hermes-nya, dan ia lalu turun ke bawah. Ia melihat beberapa staff nya melayani tamu, ia memandang ke arah jendela depan yang masih tampak terang.Naomi mengedarkan pandangannya kesegala area butik. Naomi memandang staff nya tadi di sana, staff nya itu tidak sendiri melainkan bersama seorang pria. Naomi menyelidiki siapa pria itu. Langkahnya terhenti ketika staff nya tersenyum kepadanya, lalu tubuh itu menjauh.Tatapannya bertemu dengan seorang pria di sana. Benar dugaanya bahwa pria itu adalah mantan suaminya. Ia menelan ludah, sosok itu kini sudah berubah, dia sekarang memiliki postur tubuh tinggi besar, wajahnya terlihat sangat bersih dan pakiannya sangat rapi. Dan dia jauh lebih tampan dari yang dulu.Dia mengenakan kemeja putih dipadukan dengan celana hitam slimfit. Rambutnya tertata rapi, rahangnya terlihat lebih tegas.“Hai, Naomi. Apa kabar?”***Naomi memegang erat handbag nya, jujur pria itu lah yang ingin ia hindari di dunia ini. Apapun alas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status