Share

Bab 7

Penulis: Dwi Asti A
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 08:10:37

Dengan perasaan kesal Anna pergi ke dapur. Tapi, dia berusaha menyembunyikan perasaannya itu di hadapan anak buahnya. Mereka akan memandang dirinya dengan tatapan kasihan.

“Buatkan makan malam untuk Pak Elwind, Danu!” Perintahnya pada Danu karena hanya Danu yang masih berada di tempat itu.

“Apa yang harus saya buat, Bu?” Tanya Danu.

“Apa saja asalkan tidak terlalu pedas,” jawab Anna.

Danu mengangguk paham, dia meminta Anna untuk pergi meninggalkan dapur, karena dia sendiri yang akan mengantarkan makanan itu pada Eldwin. Tapi, Anna menolak, dia sendiri yang akan membawa makanan itu nanti. Danu bergegas menyiapkannya, karena dia tidak ingin membuat Anna menunggu terlalu lama.

Walaupun berusaha ditutup-tutupi, Danu paham kedatangan Eldwin di restoran sepertinya tidak akan membawa kenyamanan terutama untuk Anna. Sikap pemuda itu saat tiba di restoran saja sudah terlihat arogan dan angkuh, sudah pasti akan membuat Anna susah. Padahal Anna wanita baik yang tidak suka membuat orang lain tersinggung.

Anna membawa makanan pesanan Elwind kembali ke ruangannya beberapa menit kemudian. Begitu tiba di sana Eldwin masih duduk dengan santainya di kursi kerja miliknya, dengan kedua kakinya di atas meja. Anna dibuat geram namun dia berusaha untuk menahan diri. Disingkirkannya kaki Eldwin dari atas meja yang membuat anak muda itu kehilangan keseimbangan dan nyaris jatuh, yang kemudian membuatnya kesal. Anna pura-pura tak melihat dan tak merasa bersalah sedikit pun dengan kejadian itu.

“Kalau butuh yang lainnya kau bisa panggil pelayan. Ini sudah waktunya aku pulang,” ujar Anna sembari merapikan meja dan mengambil tasnya.

“Kau yang akan melayaniku, Anna, jadi sebaiknya tunggu aku menyelesaikan makan malam ku,” cegah Eldwin.

“Meskipun aku bawahan orang tuamu. Tapi, aku bukan pelayanmu. Jadi lakukan semuanya sendiri.”

“Aku bahkan menganggapmu seperti kakakku, apa itu juga salah meminta tolong kepada kakak sendiri.” Eldwin berusaha merayu. Anna tersenyum smirk membuat wanita itu kembali untuk memberikan penjelasan.

“Kamu pikir aku senang memiliki adik sepertimu yang kerjanya hanya menyusahkan orang lain. Kalau kau menghargai orang lain maka orang juga akan menghargaimu.”

Malas berdebat dengan anak manja itu Anna mengalah, memilih duduk di hadapan Eldwin menunggu pemuda itu menghabiskan makanannya. Tapi, seakan sengaja ingin memancing emosinya, Eldwin menikmati makanan itu dengan santainya.

Semenjak dirinya datang dan dipekerjakan oleh Mala, sikap Eldwin berubah, dingin dan ketus. Sikap Eldwin tak semanis ketika pemuda itu masih duduk di bangku SMA tiga tahun yang lalu.

Anna masih ingat betul ketika Eldwin membantu dirinya saat kejadian di malam pernikahannya. Eldwin bersikap sangat baik dan lembut. Tapi, waktu sepertinya telah mengubah segalanya bahkan mengubah sifat seseorang.

Tatapan Eldwin saat melihat Anna memperlihatkan rasa tak suka. Mungkin Eldwin tidak menyukai Anna bekerja di rumahnya, maupun di restoran milik orang tuanya. Apalagi Anna kini menjadi orang kepercayaan Mala.

“Bisa cepat sedikit makannya, ini sudah jam sembilan malam aku harus pulang!” Ucap Anna masih kesal.

“Uhuk uhuk!” Tiba-tiba Eldwin terbatuk-batuk dan dia minta diambilkan air minum. “Cepat ambilkan air!” Pintanya dengan mata memerah dan berair.

Anna kebingungan karena tak ada minuman. Dia lupa membawakan air minum untuk Eldwin sementara pemuda itu terus saja terbatuk-batuk.

Anna melihat air minum miliknya masih ada di atas meja, dia menyodorkan minuman itu kepada Elwind tanpa memikirkan apakah Eldwin menerimanya atau tidak. Di luar dugaan Eldwin langsung menenggak air minum di gelas itu sampai habis.

“Maaf aku lupa membawa kamu air minum tadi,” ucap Anna khawatir. Namun, di hatinya dia merasa senang mungkin itu balasan untuk anak yang sukanya marah-marah.

“Lalu air ini?” Tanya Eldwin setelah keadaannya membaik.

“Itu milikku,” jawab Anna.

Eldwin kembali terbatuk-batuk menunjukkan kesan seolah ingin memuntahkan air yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Tapi, Anna dengan santainya hanya tersenyum melihat sikap Eldwin.

“Meskipun kau jijik. Tapi, itu sudah menolong mu, jadi kau tidak perlu marah-marah dan menyalahkanku.” Anna beranjak dan berjalan keluar meninggalkan ruangannya. Eldwin menyusul di belakangnya.

Di sudut ruangan Danu tersenyum puas akhirnya bisa mengerjai anak manja itu dengan memberikan rasa pedas yang lebih ke dalam makanan yang dimakan Eldwin.

Tiba di halaman parkir, Anna menghubungi taksi. Dengan sengaja Elwind menyenggolnya hingga ponsel Anna terjatuh.

“El, kenapa sih kau selalu saja membuat masalah?” sembari memungut ponselnya yang terjatuh. Eldwin memutar tubuhnya.

“Maaf tadi kau menghalangi jalanku sementara aku sedang menelepon,” ucap Eldwin beralasan dan Anna tak mempercayai alasannya itu.

Anna mengecek ponselnya yang seketika mati tak bisa dinyalakan lagi. Arga datang menghampirinya.

“Ponsel Ibu rusak? Ibu mau menghubungi taksi biar aku yang pesankan,” kata Arga.

Arga mengambil ponsel miliknya dan menghubungi agen taksi. Tiba-tiba Eldwin mencegahnya.

“Jangan sok jadi pahlawan. Aku yang akan mengantar Anna pulang,” ucap Eldwin dengan nada dingin. Arga tak bisa memaksakan niat baiknya jika yang dihadapi adalah anak bos.

Anna justru di buat bengong tak percaya mendengar perkataan Eldwin. Sebelum Anna salah paham Eldwin menjelaskan maksudnya.

“Jangan senang dulu, aku cuma mengikuti perintah Mama, dia memintaku menjemputmu dan kau harus datang ke rumah sekarang.”

“Dalam rangka apa?”

“Tanyakan saja sendiri nanti.”

Eldwin berjalan menuju motor sportnya yang terparkir persis di depan halaman restoran. Tempat yang tidak seharusnya untuk parkir. Hanya karena dia anak pemilik restoran tak ada yang berani menegurnya.

Masih dipenuhi perasaan tanda tanya Anna mengikuti Eldwin. Menerima helm yang diberikan Eldwin padanya.

“Tunggu, El! Bukankah kedua orang tuamu masih di luar negeri?” Tanya Anna.

“Iya, lalu?”

“Bisa tolong jelaskan untuk apa aku disuruh ke rumah sementara mereka tidak ada di rumah sekarang?”

“Kau ini sangat cerewet, kau bisa tanyakan itu nanti.”

“Tidak, El, aku mau jawabannya sekarang. Aku tidak bisa ikut denganmu sebelum aku tahu untuk apa aku ke rumahmu.”

Sebelum Eldwin memberikan penjelasan tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kesempatan itu Eldwin manfaatkan untuk memaksa Anna segera naik ke motornya. Meskipun Anna masih menolak. Tapi, hujan semakin deras.

“Cepatlah! Mbak Anna ku tersayang ... , apa kau ingin aku hujan-hujanan di sini dan aku jatuh sakit?” Kata Eldwin dengan raut gemasnya.

Tentu saja Anna tidak menginginkannya. Terpaksa dia ikut dengan Eldwin pulang ke rumah Mala malam itu.

Hujan semakin deras mengguyur tubuh keduanya. Anna bahkan sudah terlihat menggigil menahan dinginnya kehujanan. Namun, Eldwin benar-benar tak mempedulikan orang lain. Dia tetap melaju kencang membawa motornya tanpa berhenti untuk mencari tempat berteduh dan mengenakan mantel hujan.

Anna berhenti berharap kebaikan pemuda itu, karena dia tahu bagaimana sifat Eldwin yang tidak peka. Seharusnya meskipun tidak peka pun ada pemikiran sedikit saja untuk mencari cara agar orang yang bersamanya tidak kebasahan, apa lagi dia yang memaksanya untuk ikut bersamanya.

Anna ingin memeluk Eldwin. Tapi, itu tidak mungkin. Dia tidak ingin anak muda itu berpikir macam-macam dan menganggapnya perempuan penggoda. Anna hanya bisa memeluk tasnya saat itu.

Setelah sepuluh menit akhirnya mereka tiba juga di rumah. Anna bergegas turun dan mengeringkan rambutnya yang basah. Dia tidak menyadari Eldwin tengah memperhatikan dirinya saat itu. Sebelum Anna menyadarinya Eldwin menarik tangan Anna masuk ke dalam rumah.

“Keringkan pakaianmu, setelah itu buatkan aku mi rebus yang masih panas!” perintah Eldwin.

“Tapi, ada Bi Rum di rumah kenapa kau menyuruhku?”

“Karena aku mau kau yang buat, Mbak Anna ku tersayang...!!”

Meskipun panggilan itu seharusnya mengenakan terdengar. Tapi, diucapkan Eldwin yang tengah kesal jelas berbeda artinya. Terkesan hanya untuk mengejeknya saja.

Anna segera berlari pergi menuju kamarnya untuk mandi dan membersihkan diri. Dia tak berpikir lainnya sehingga saat dia ingin mengenakan pakaian dia lupa semua pakaian miliknya di rumah itu sudah tak ada. Anna hanya mengenakan piama handuk dan mondar-mandir lama di dalam kamarnya. Anna kebingungan saat Eldwin memanggil dirinya untuk segera membuatkan makanan pesanannya.

“Cepat Anna! berapa lama lagi kau mandinya!!” teriak Eldwin dari ujung tangga.

“Sebentar!” hanya itu jawaban Anna.

Namun, sampai hampir setengah jam Anna tak kunjung turun, Eldwin mulai kesal dan menyusul Anna di kamarnya untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan perempuan itu di dalam kamarnya.

“Hanya mandi saja, aku harus menunggunya hampir satu jam. Apa dia tidak tahu aku sudah lapar kalau habis kehujanan,” gumam Eldwin sepanjang langkahnya sembari menahan kesal.

Tiba di depan kamar Anna, Eldwin mengetuk pintu itu keras.

“Anna sebenarnya kau sedang apa? Aku sudah lapar!” teriaknya.

Tak ada sahutan dari dalam, Eldwin sudah berpikir untuk membuka paksa pintu itu. Namun, pintu tiba-tiba dibuka dari dalam. Tampak Anna masih dengan piama handuknya seperti sebelumnya. Eldwin tertegun beberapa saat memandangi Anna dari ujung kaki sampai ujung kepala. Namun, buru-buru dia mengalihkan pandangannya. Dia siap bertanya. Tapi, Anna telah lebih dulu berbicara.

“Aku tidak bisa membuat makanan dalam keadaan seperti ini. Aku lupa semua pakaian sudah aku bawa tak tersisa satu pun,” jelas Anna.

“Ya sudah, tetap saja seperti ini. Lagi pula di sini tidak ada orang lain kan. Sebelumnya aku juga sudah pernah melihatmu lebih dari ini, aku rasa tidak ada masalah.”

Eldwin mengatakan itu dan berlalu, membuat Anna tercengang. Dia tidak percaya Eldwin masih ingat kejadian tiga tahun yang lalu, yang begitu sangat memalukan. Meskipun begitu dia tidak bisa turun dan pergi ke dapur dalam keadaan seperti itu.

“Ayo tunggu apa lagi?” tegur Eldwin.

“Aku akan turun. Tapi, pinjamkan aku pakaian milikmu, apa saja baru aku akan turun.”

“Pakaianku?” Eldwin menggeleng tak percaya. Tapi, melihat kembali Anna dengan tampilan seperti itu, tidak bagus juga. Dirinya seorang pria jangan sampai tergoda oleh janda muda di hadapannya itu.

Eldwin pergi menuju kamarnya dan mengambil satu set piama tidur. Mungkin hanya itu yang pas untuk Anna. Walaupun mungkin sedikit kedodoran Eldwin memberikannya pada Anna.

“Sementara pakai ini, besok aku carikan baju untukmu.” Eldwin memberikan piama itu.

“Besok? Aku tidak bisa tinggal di sini sampai besok. Aku masih punya banyak pekerjaan dan...”

“Dan apa?”

“Tidak baik tinggal hanya berdua di sini.”

“Apa masalahnya, sebelumnya kita juga hanya berdua di rumah saat Bi Rum tak ada bukan? Dan jangan berpikir macam-macam, aku tidak mungkin tergoda olehmu.” Eldwin menegaskan. “Bukan seperti itu. Tapi, aku tidak enak dengan pandangan orang jika mereka mengetahui hal ini, statusku terlalu sensitif.”

Eldwin memahami apa maksud perkataan Anna. Namun, dia berpikir hanya dua hari tidak akan ada orang yang tahu. Lagi pula dia akan mengantar jemput Anna saat pulang dan pergi kerja menggunakan mobil, tidak akan ada yang menyadarinya.

“Cuma dua hari saja, lusa mama dan papaku pulang. Sekarang cepat pakai bajunya dan buatkan aku makanan!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 100

    Anna tak mencegah saat Anggar pergi. Andai saja dirinya bisa memutar waktu, dia tidak akan mengizinkan Eldwin berangkat hari itu."Astagfirullah," ucap Anna. Mendadak dia menyesal telah mengatakan hal yang tak bersyukur seperti itu."Kalian, pergilah! aku ingin sendiri," pinta Anna."Aku tidak bisa meninggalkan, Ibu dalam keadaan seperti ini, biar aku temani di sini?""Tidak perlu!" tukas Anna.Begitu mendengar nada tegas dari wanita itu, Viona dan Fariz tak berani membantah perintah Anna.Begitu Fariz dan Viona Meninggalkan ruangannya, Anna melirik pada ponsel dia atas meja, lalu pada jam di tangannya. Ia ingin sekali menghubungi Eldwin. Namun, keinginan itu saat ini hanya harapan kosong. Pesawat itu menghilang dan ditemukan sudah hancur.'Apa takdirku memang harus menjanda seumur hidup?' batin Anna. Air mata kembali berlinang membasahi wajahnya.Dia teringat kejadian tadi pagi sebelum Eldwin pergi. Saat dirinya begitu berat melepaskan keberangkatan Eldwin hari itu, dan fira

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 99

    ‎Di sepanjang perjalanan pulang, Anna terus saja senyum-senyum sendiri yang tak dimengerti Anggar. Pemuda itu melihat aneh sikap Anna usai kembali dari puskesmas. Seharusnya jika Anna sakit, dia tak sebahagia itu. Dia juga terus saja mengusap-usap perutnya. Mungkin lapar, itulah yang dipikirkan Anggar.‎”Cepat jalannya, Pak!” pinta Anggar pada sopir di sampingnya.”Siap, Mas,” jawab sopir.‎Mobil melaju lebih cepat. Tapi, bagi Anna yang tengah melamun, hanyut dalam pikirannya sendiri dia tidak merasakan itu.‎Anna sedang memikirkan dan membayangkan saat dirinya dan Eldwin duduk di taman dalam keadaan perut membesar. Eldwin mengusap perutnya dengan lembut dan tersenyum bahagia. Sesekali memberiku kecupan di sana.‎”Mbak, sudah sampai,” tegur Anggar seketika membuyarkan lamunan Anna.‎Anna beranjak turun dan keluar dari mobil dengan wajah merona. Meninggalkan Anggar yang masih menatapnya heran.‎Hari itu raut wajah Anna terlihat semringah. Tapi, juga tetap tegas dan galak saat be

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 98

    ‎Malam hari akhirnya mereka tiba di rumah. Keadaan di rumah sudah sepi, hanya Bi Rum yang masih terjaga menjaga pintu dan Anggar yang duduk di sofa menonton televisi.‎"Kalian sudah pulang?" tanya Anggar. Menoleh sekilas pada Anna dan Eldwin saat mereka melewati ruang keluarga.‎"Iya, Ngga. Aku langsung ke kamar ya? Dan kau Jangan tidur malam-malam!" Anna mengingatkan.‎Begitu Anna dan Eldwin sudah tak terlihat di anak tangga, Anggar langsung mematikan televisi dan pergi ke kamarnya.‎••‎‎Esok harinya Eldwin bersiap untuk berangkat. Dia menghampiri Anna yang tengah merapikan tempat tidur, lalu menyodorkan sebuah amplop coklat padanya.‎"Ini tak seberapa, Anna. Tapi, ini gaji pertamaku untukmu. Setelah nanti berhasil mendapatkan lisensi, mungkin penghasilannya akan lebih besar," ucap Eldwin.‎Anna menghentikan aktivitasnya. Memandang pada amplop di tangan Eldwin, lalu beralih menatap pada pemuda itu yang memberikan isyarat padanya untuk menerimanya.‎Dengan ragu-ragu Anna m

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 97

    Eldwin mengejarnya dan membopong tubuh Anna yang berontak masuk ke dalam rumah. Siangnya ketika matahari mulai meninggi mereka berenang. Airnya dingin. Tapi, menyegarkan. Sinar matahari cukup memberikan kehangatannya.Melihat Anna hanya berenang sebentar kemudian terlihat sudah beristirahat dan duduk di tepi air, Eldwin menghampirinya."Kenapa? Sudah lelah?" Tanya Eldwin."Benar, hari ini rasanya mudah lelah sekali, mungkin karena semalam kurang beristirahat." Anna menjawabnya dengan suara lirih, seakan sedang menahan sesuatu."Kalau begitu kita sudahi saja."Melihat wajah Anna yang pucat. Eldwin bergegas melompat naik ke daratan. Kemudian membopong tubuh Anna dan membawanya masuk ke dalam rumah.Anna menolak ketika Eldwin ingin membaringkan tubuhnya di sofa, sementara dia masih merasa tubuhnya lengket akibat air laut. Eldwin akhirnya membawanya ke kamar mandi. Mendudukkannya di bathub lalu menyiapkan air hangat untuknya."Aku akan mandi sendiri," kata Anna begitu Eldwin selesai meny

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 96

    Eldwin menatap Anna yang tengah makan rujak buah dengan lahapnya. Meskipun sepertinya pedas dan asam. Tapi, seakan rasa itu yang membuatnya makan dengan begitu lahap. Eldwin sampai berulang kali menelan ludah setiap kali melihat Anna makan mangga dengan sambal.Setelah menghabiskan tiga buah mangga setengah matang itu dan satu bengkuang, kini Anna tengah menikmati sup ikan dengan daun kemangi yang masih kebul-kebul.“Pelan-pelan, Anna, tunggu sup itu dingin. Atau mau aku suapi?” Tanya Eldwin.Anna menggeleng pelan, kemudian melanjutkan makannya.Mereka duduk di halaman rumah, beralaskan tikar seperti permintaannya Anna juga. Joe dan Reza masih berada di sana, juga ikut memperhatikan saat Anna makan.Joe memegangi perutnya yang sudah keroncongan semenjak mereka kembali. Tapi, Eldwin masih belum mengizinkan mereka ikut makan. Menunggu Anna selesai dengan makannya. Joe sampai berulang kali menjilat bibirnya setiap kali melihat Anna makan. Melirik pada mangkok sup itu yang hanya ad

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 95

    "Aku menyukaimu, Kak Arga. Aku sangat menyukaimu.”“Jangan Viona, kau masih terlalu kecil untukku.”“Kecil apanya, Kak?” Viona mendekatkan wajahnya. Memandangi Arga dengan begitu lekat, membuat Arga gugup tak karuan. Bibir gadis itu yang merah, hidungnya yang kecil mancung dan sepasang matanya yang agak sipit itu begitu jelas terlihat. Yang lebih membuat Arga tak kuat saat sesuatu yang lembut yang menekan dadanya, seakan Viona sengaja menggesekkannya menunjukkan sesuatu itu tidak kecil.“Ini maksudmu?” Tanya Viona.“Bukan,” Arga menggeleng pelan.“Kalau begitu pasti ini.” Tiba-tiba Viona memanyunkan bibirnya dan,“Usiamu yang kecil!!” Teriak Arga. Terbangun dari tidurnya.Semua pengunjung yang datang ke restoran terkejut melihat teriakan Arga yang ketiduran di kursi di dekat pintu masuk. Candra yang berdiri dia sebelahnya sampai tersentak kaget dengan teriakannya.Arga mengusap dadanya, mengatur nafasnya yang naik turun seperti mimpi dikejar hantu.“Jadi ini hanya mimpi,” ucapnya de

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status