Dengan perasaan masih enggan, Anna tetap pergi untuk mengganti pakaiannya. Dia pergi ke dapur dengan pakaian yang kebesaran terpaksa harus menggulungnya sana sini. Eldwin hanya bisa menertawakannya diam-diam dan duduk menunggu Anna selesai membuatkannya makanan.
“Mengapa aku tidak melihat Bi Rum semenjak tadi, ini masih sore tidak mungkin sudah tidur kan?” tanya Anna saat mereka menikmati makanan.“Mendadak dia izin pulang, besok dia baru kembali,” jawab Eldwin dengan santainya.“Tapi kau bilang dia ada di rumah. Kau membohongiku lagi El?”“Kalau aku jujur kau mana mungkin menolak untuk ikut denganku.”Anna memandang Eldwin dengan pandangan geram, merasa Eldwin telah menjebak dirinya. Tapi apa boleh buat dia sudah berada di rumah itu dan berpikir mungkin Eldwin memang hanya butuh teman dan takut sendirian.“Jadi jujur saja kalau kau sebenarnya takut sendirian di rumah kan?” Anna tiba-tiba terbesit untuk menggoda Eldwin dan berharap pemuda itu mengakui kBerjalan menyusuri koridor. Melewati ruang operasi di bagian IGD namun perawat terus saja berjalan melewati ruangan itu. Anna ingin bertanya namun dia mengurungkannya dengan hati masih diliputi tanda tanya ke mana dirinya akan di bawa dan di mana ruang Wijaya dirawat.Lamunan Anna membuat Anna tak sadar mereka telah sampai di sebuah ruangan. Perawat meminta Anna untuk masuk ke dalam ruangan itu. Anna tak sempat membaca tulisan di atas pintu hingga tidak tahu itu ruangan apa. Dia ingin bertanya namun perawat telah keburu meninggalkannya.Anna melangkahkan kakinya di ruangan yang dingin dan sepi. Tapi dia melihat beberapa petugas rumah sakit di dalam ruangan mengerumuni seorang pasien. Melihat kehadirannya mereka serempak menoleh dan memberikan jalan pada Anna.“Apa Anda keluarga Pak Wijaya?” salah satu pria itu bertanya.“Sebenarnya saya hanya sahabat dari pasien kecelakaan, karena keluarganya belum tiba di sini.”“Tak apa, setidaknya nanti Anda bisa memberit
Begitu tiba di restoran Anna tak banyak berbicara, tanpa menyapa anak buahnya, ataupun mengecek semua persiapan hari itu di restoran seperti biasanya. Dia langsung masuk ruangan membuat semua yang melihat kehadirannya menatapnya penuh tanda tanya.“Dia itu kenapa menjadi pendiam seperti itu tidak biasanya?” tanya Intan, salah satu Waiters“Mungkin sedang datang bulan,” jawab Riska, Waiters lainnya.“Atau gara-gara sikap Pak Eldwin kemarin? Ada yang melihat kemarin dia dibawa paksa ikut dengan Pak Eldwin. “ Intan mencoba mengira-ngira.“Memang di bawa ke mana? Bu Anna kan sudah punya kontrakan sendiri?”“Seandainya di bawa ke rumah, saat ini Bu Mala dan suaminya sedang liburan ke luar negeri. Mereka baru kembali besok. Kalau tinggal di rumah itu artinya_,”“Laki-laki dan perempuan tinggal dalam satu rumah, tidak mungkin tidak terjadi sesuatu kan?”“Maksudmu?”“Pagi-pagi sudah menggosip, siapa yang kalia
Dengan perasaan masih enggan, Anna tetap pergi untuk mengganti pakaiannya. Dia pergi ke dapur dengan pakaian yang kebesaran terpaksa harus menggulungnya sana sini. Eldwin hanya bisa menertawakannya diam-diam dan duduk menunggu Anna selesai membuatkannya makanan.“Mengapa aku tidak melihat Bi Rum semenjak tadi, ini masih sore tidak mungkin sudah tidur kan?” tanya Anna saat mereka menikmati makanan.“Mendadak dia izin pulang, besok dia baru kembali,” jawab Eldwin dengan santainya.“Tapi kau bilang dia ada di rumah. Kau membohongiku lagi El?”“Kalau aku jujur kau mana mungkin menolak untuk ikut denganku.”Anna memandang Eldwin dengan pandangan geram, merasa Eldwin telah menjebak dirinya. Tapi apa boleh buat dia sudah berada di rumah itu dan berpikir mungkin Eldwin memang hanya butuh teman dan takut sendirian.“Jadi jujur saja kalau kau sebenarnya takut sendirian di rumah kan?” Anna tiba-tiba terbesit untuk menggoda Eldwin dan berharap pemuda itu mengakui k
Dengan perasaan kesal Anna pergi ke dapur. Tapi dia berusaha menyembunyikan perasaannya itu di hadapan anak buahnya. Mereka akan memandang dirinya dengan tatapan kasihan. “Buatkan makan malam untuk Pak Elwind, Danu!” Perintahnya pada Danu karena hanya Danu yang masih berada di tempat itu. “Apa yang harus saya buat Bu Anna?” Tanya Danu. “Apa saja asalkan tidak terlalu pedas,” kata Anna. Danu mengangguk paham, dia meminta Anna untuk pergi meninggalkan dapur karena dia sendiri yang akan mengantarkan makanan itu pada Eldwin. Tapi Anna menolak, dia sendiri yang akan membawa makanan itu nanti. Danu bergegas menyiapkannya, karena dia tidak ingin membuat Anna menunggu terlalu lama. Walaupun berusaha ditutup-tutupi, Danu paham kedatangan Eldwin di restoran sepertinya tidak akan membawa kenyamanan terutama untuk Anna. Sikap pemuda itu saat tiba di restoran saja sudah terlihat arogan dan angkuh, sudah pasti a
Seorang wanita keluar dari mobil taksi dengan sangat terburu-buru, merapikan pakaiannya yang kala itu mengenakan blus warna abu-abu muda dengan bawahan rok jeans span warna biru muda sepanjang betis yang sesekali memperlihatkan betisnya pada bagian belahan rok. Rambut hitam sebahu dibiarkan tergerai tersapu angin di pagi hari itu. Senyum ramahnya menyapa satpam tampan bertubuh atletis yang dia temui ketika melewati pintu masuk restoran. Dibalas senyum tak kalah manis pria bernama Arga penjaga restoran mewah itu. “Pagi Bu Anna,” sapa Arga. Anna melempar senyum ramah dengan sapaan Arga. Semenjak bekerja di restoran, penampilan Anna terlihat lebih muda. Meskipun dengan gaya dan pakaian yang sederhana dia tetap terlihat cantik. Dia juga tak pernah keberatan jika dirinya dipanggil ibu meskipun dia belum memiliki seorang anak. Baginya panggilan itu seperti sebuah kehormatan dan selalu mengingatkan dirinya yang sudah tidak muda lagi. “Naura!
Esok harinya semua orang mengantar Anna menuju rumah kontrakannya yang berjarak sekitar sepuluh menit perjalanan menggunakan mobil. Bi Rum dan Wijaya membantunya membawa barang-barang milik Anna yang seketika berubah menjadi banyak.“El kau bantu Anna merapikan barang-barang miliknya di rumah ini, dan mulai besok kau harus datang ke mari saat berangkat kuliah untuk mengantar Anna ke restoran terlebih dahulu.” Perintah Wijaya.“Untuk membantunya di sini aku bisa, tapi setiap hari antar jemput dia aku mana sempat, aku juga sibuk,” tolak Eldwin secara tidak langsung. “Tapi restoran dan kampusmu satu arah, jangan cari alasan untuk menolak apa yang papa suruh.”“Tapi...”“Aku tidak apa-apa berangkatnya dengan naik taksi atau angkutan. Tidak perlu merepotkan Eldwin lagi,” sela Anna menengahi keributan itu.“Baiklah terserah kalian berdua saja bagaimana mengaturnya. Tapi El, jika sempat kau usahakan mampir jemput Anna.” Ma