Share

Bab 6

Penulis: Dwi Asti A
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 08:10:22

Seorang wanita keluar dari mobil taksi dengan sangat terburu-buru, merapikan pakaiannya yang kala itu mengenakan blus warna abu-abu muda dengan bawahan rok jeans span warna biru muda sepanjang betis yang sesekali memperlihatkan betisnya pada bagian belahan rok. Rambut hitam sebahu dibiarkan tergerai tersapu angin di pagi hari itu.

Senyum ramahnya menyapa satpam tampan bertubuh atletis yang dia temui ketika melewati pintu masuk restoran. Dibalas senyum tak kalah manis pria bernama Arga penjaga restoran mewah itu.

“Pagi Bu Anna,” sapa Arga. Anna melempar senyum ramah dengan sapaan Arga.

Semenjak bekerja di restoran, penampilan Anna terlihat lebih muda. Meskipun dengan gaya dan pakaian yang sederhana dia tetap terlihat cantik. Dia juga tak pernah keberatan jika dirinya dipanggil ibu meskipun dia belum memiliki seorang anak. Baginya panggilan itu seperti sebuah kehormatan dan selalu mengingatkan dirinya yang sudah tidak muda lagi.

“Naura! Apa semua temanmu sudah hadir?” Tanya Anna mengecek para Waiters yang selalu datang terlambat.

“Aurel belum datang Bu,” jawab Naura yang tengah membersihkan meja tamu.

Anna cukup tahu saja dengan jawaban Naura, sementara langkahnya langsung menuju dapur memastikan semuanya hadir, bahan makanan lengkap, semua peralatan memasak berfungsi dengan baik dan hal lainnya yang dia dengar dari penjelasan Faris sebagai kepala pelayan dan pengawas. Tapi Anna tak sekedar mendengar, namun dia pun mengeceknya sendiri.

“Apa semua bahan makanan untuk acara ulang tahun nanti sore sudah dipersiapkan?”

“Sebagian Bu, dan sebagian masih dalam pengiriman kemari.”

“Pastikan sebelum pukul sebelas siang semuanya sudah lengkap. Jika ada keterlambatan sedikit saja maka akan merusak semuanya.”

“Baik Bu.”

“Danu apa kamu bekerja sendirian? Di mana Diana?” Melihat salah satu Chefnya bekerja sendiri Anna langsung mempertanyakannya. Tak ada hal kecil yang terlewat sedikit saja dari penglihatannya. Asisten Chef Danu belum terlihat hadir.

“Sepertinya hari ini dia tidak masuk,” jawab Danu.

“Dan kau tidak memberitahuku?”

Danu terdiam. Belum sempat dia menjawab, pandangan Anna beralih pada Faris yang masih berdiri di belakangnya. Meski belum sempat ditanya, Faris paham akan tatapan Anna.

“Saya baru mau mengeceknya Bu,” kata Faris dengan sedikit menundukkan pandangannya tak berani menatap Sang manajer.

“Segera, sekarang juga!” Tegas Anna.

Selain ketegasan sikapnya, Anna bukan wanita yang suka menunda-nunda pekerjaan. Dia cekatan, teliti dan rapi. Namun sisi ketegasannya tak pernah menunjukkan kemarahan maupun tutur kata yang kasar. Dia sangat disegani semua anak buahnya.

Anna bergegas meninggalkan dapur dengan perasaan agak sedikit kecewa menuju ruangannya. Menghempaskan tubuh di kursi kerjanya.

“Walaupun sudah bekerja bertahun-tahun, tetap saja mereka harus selalu diawasi. Lalu apa jadinya jika aku sudah tidak berada di sini. Mbak Mala bahkan sudah mempercayakan semua urusan restoran kepadaku.” Diikatnya rambut hitamnya seperti kuncir kuda. Mempermudah aktivitasnya. Lalu dia mulai sibuk dengan beberapa laporan dan laporan keuangan.

Beberapa jam sekali Anna meninggalkan ruangannya kembali untuk mengecek pekerjaan anak buahnya sekaligus untuk menghilangkan rasa kantuknya dengan membuat secangkir kopi.

“Biar saya yang buatkan Bu Anna,” kata Aditya, asisten Chef Bima dengan seulas senyum di wajahnya.

“Tapi kau sedang sibuk, aku bisa buat sendiri Ditya,” kata Anna.

“Enggak kok Bu, Lihat, Bima saja sedang duduk. Jam segini biasanya pengunjung agak berkurang,” jelasnya.

“Ok.”

Anna tak bisa menolak kebaikan anak buahnya, dia juga tidak bisa membuat mereka kecewa dengan menolak perhatian-perhatian kecil mereka.

Anna memilih duduk di meja karyawan di taman samping restoran. Di sana tempatnya nyaman untuk menyendiri. Hanya dua menit Aditya sudah datang membawakan secangkir kopi yang wanginya benar-benar mampu menghilangkan kantuk. Tak hanya kopi, Aditya juga membawakan camilan kue brownies yang legit. Anna tahu itu buatan Danu sementara kopi adalah buatan Aditya. Masing-masing Chef dan asistennya memiliki makanan favorit yang memiliki rasa khas.

“Terima kasih.”

“Sama-sama Bu,” ucap Aditya dengan logat Jawanya.

Biasanya saat sore hari Danu akan membuatkan Anna camilan lainnya puding susu yang selalu berganti varian rasanya. Dan malam hari Bima membuatkannya spageti. Jarang membuat Anna pergi keluar untuk mencari makan siang atau makan malam karena di tempat kerjanya anak buahnya selalu membuatkannya makanan spesial.

Ponsel Anna berdering. Dari Mala. Lewat video call itu Mala memperlihatkan dirinya yang tengah jalan-jalan bersama Wijaya di Paris.

“Besok kami sudah akan pulang Anna, bagaimana keadaan di restoran?” Tanya Mala.

“Alhamdulillah lancar Mbak.”

“Syukurlah kamu memang saudariku yang bisa diandalkan. Kalau nanti restoran sudah bertambah besar kami berniat untuk membuka cabang lainnya, dan kami ingin kamu yang mengurus salah satunya.”

“Aamiin...,” Sahut Anna.

“Oh ya kamu mau oleh-oleh apa, biar Mbak bawakan?” Tanya Mala lagi.

“Enggak usah repot-repot Mbak, kalian kembali dengan sehat dan selamat saja itu sudah cukup buatku.” Ucapan merendah Anna.

“Tidak bisa, aku pasti akan membawakan hadiah untukmu, untuk anak-anak juga, dan kau pasti akan menyukainya.”

“Iya baiklah terima kasih Mbak.”

Anna menutup teleponnya. Melihat kemesraan Mala dan Wijaya terkadang Anna merasa iri. Dia merasa hidupnya tak seberuntung mereka berdua. Memiliki pendamping yang baik hati dan setia. Tapi Anna selalu berusaha untuk bersyukur dengan keadaan dirinya yang kini berstatus janda. Sakit hati membuat Anna enggan untuk mencari pendamping hidup kembali. Terkadang dia juga berpikir siapa yang mau dengan dirinya yang seorang janda tak memiliki apa pun.

“Maaf Bu, ada tamu yang ingin bertemu dengan Ibu. Dia bilang akan membicarakan sesuatu bisnis.” Faris datang memberikan kabar itu.

“Di mana?”

“Di ruang tamu.”

“Baiklah aku ke sana sekarang.”

Langkahnya dihentikan oleh Danu.

“Habiskan dulu minuman dan makanannya, setelah ini Anda pasti tidak akan punya banyak waktu lagi untuk diri sendiri.”

“Aku buru-buru Danu, tamu itu pasti sudah menungguku.”

“Biarkan saja, tak sampai lima menit untuk menghabiskannya.”

Danu menyodorkan secangkir kopi dan camilan di tangan yang berbeda. Terpaksa Anna menghabiskannya sampai mulutnya belepotan. Kini Aditya yang datang memberikan tisu kepadanya.

Melihat hal itu Viona selaku penyambut tamu dan asisten Anna di restoran datang menghampiri.

“Sudah cukup perhatian kalian, atau Manajer kita ini akan kehilangan klien barunya,” sela Viona. Dia lalu mengantarkan Anna pada tamunya, mengiringi langkah Anna hingga wanita itu tiba di ruang tamu.

Keramahan dan pelayanan restoran membuat banyak orang tertarik untuk bekerja sama dan membuat acara di tempat itu. Apa lagi Anna terkenal dengan kecerdasan dan keramahannya yang menjadi nilai lebih untuk bisa menarik konsumen. Setiap tamu yang ingin mengadakan acara selalu berhasil dia dapatkan tanpa mengalami kegagalan. Sikapnya yang rendah hati pun membuat semua orang menyukainya.

••

Sore hari kesibukan terlihat di restoran, sebuah acara ulang tahun. Dari persiapan dekorasi yang telah dimulai sejak pagi di halaman restoran dan persiapan acara dan makanan untuk para tamu. Anna memastikan semuanya berjalan baik dengan mengecek kembali satu persatu.

Anna tak pernah meragukan masakan Chefnya, namun terkadang sesuatu yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Dia tidak mau mengecewakan customernya yang bisa saja memberikan nilai negatif tentang restoran.

Acara pesta ulang tahun berlangsung hingga menjelang Magrib. Anna masih sibuk di ruangannya menunggu hingga pukul sembilan malam. Sementara semua karyawan tengah merapikan kembali ruangan usai acara pesta.

“Makan malam sudah siap untuk Ibu Manajer yang paling cantik.” Bima datang membawakan makan malam. Dia salah satu anak buahnya yang bermulut manis tanpa malu selalu memberikan pujian untuk Anna. Dan Anna selalu dibuat malu dengan pujian itu.

“Dari mana kamu tahu kalau malam ini aku ingin mi rebus pedas spesial?” Tanya Anna penasaran sembari menghirup aroma makanan yang seketika membangunkan rasa laparnya.

“Dari raut wajah Bu Anna,” jawab Bima masih dengan senyum manisnya.

Anna menoleh ke arah Bima berharap penjelasan maksud ucapannya.

“Wajah lelah Ibu memberitahukanku apa yang harus aku buat untuk bisa membuat wajah Ibu kembali segar. Meskipun hanya sebuah mi tapi aku yakin ekspresi ibu akan berubah setelah menikmatinya.”

“Oh ya? Tapi tanpa memakan mi ini pun sepertinya aku sudah merasa segar.”

“Jangan Bu, Ibu harus mencicipinya sampai habis.”

“Mana ada mencicipi sampai habis.”

“Coba saja.”

Bima masih berdiri di tempat itu memperhatikan Anna menikmati mi rebus buatannya. Ada sesuatu yang membuat Bima suka saat manajernya itu makan dengan lahapnya. Bibir merah dan wajah merona karena pedas dan kepanasan sungguh sangat menarik.

“Maaf Bu, saya permisi dulu.” Bima mengalihkan pikirannya yang ngelantur ketika memperhatikan Anna dengan pamit keluar. Namun langkahnya terhenti dengan kehadiran seseorang yang sudah berdiri di ambang pintu menatapnya tak suka.

Eldwin menghampiri Anna yang masih duduk dengan santainya menikmati makan malam buatan Bima. Walaupun kehadiran Eldwin sudah membuat nafsu makannya menjadi hilang. Anna masih merasa sayang jika makanan yang dibuat anak buahnya dengan tulus itu sampai dibuang.

“Mama begitu percaya denganmu tapi kau berbuat sesuka hati di restorannya. Jika mereka sampai tahu sudah pasti dirimu akan dipecat,” kata Eldwin

“Atas dasar apa mereka memecatku Eldwin. Mereka lebih paham tentang kelakuanmu yang kekanak-kanakan dan tak pernah mau peduli dengan restoran ini.”

“Apa karena kau lebih dewasa jadi menganggapku seperti anak-anak. Aku sudah dua puluh satu tahun Anna.” Eldwin berjalan dan berdiri di belakang Anna lalu memegang kedua bahu Anna dengan memberikan sedikit cengkeraman.

Anna meringis menahan rasa tak nyaman di kedua bahunya.

“Kedewasaan bukan dilihat dari usia. Tapi cara berpikir dan bersikapnya Eldwin. Dan tolong pergilah jangan membuat masalah di sini. Tidak enak dilihat para karyawan.”

“Kau berani mengusirku?” Eldwin berbicara sangat dekat di telinga Anna. “Kalau begitu sebelum aku pergi ajarkan bagaimana dewasa yang sebenarnya?”

Anna tersentak mendengar perkataan Eldwin.

“Apa maksudmu?”

“Kau tahu maksudku.”

Eldwin memutar kursi yang diduduki Anna hingga wanita itu menghadap ke arahnya.

“Sekarang katakan apa yang harus aku lakukan supaya aku terlihat dewasa di matamu?” Tatapan mata Eldwin yang tajam membuat Anna panas dingin dan salah tingkah.

Meskipun Eldwin masih sangat muda dilihat dari usianya, tapi tubuh tinggi dan atletisnya tak menunjukkan usianya. Dia tetap saja lebih besar dari Anna.

“Kau tak perlu melakukan apa pun.” Didorongnya tubuh Eldwin menjauh. Anna beranjak bangun “Jika merasa dirimu sudah dewasa maka tunjukkan kepedulianmu dengan usaha orang tuamu ini. Jangan sukanya keluyuran dan hura-hura.”

Eldwin kembali menarik lengan Anna mendekat kearahnya. Tatapannya tajam penuh amarah tak suka mendengar ucapan Anna.

“Baru menjadi kepercayaan orang tuaku kau sudah berani berbicara seperti ini dan mengaturku. Memang siapa dirimu? Kau ini cuma bawahan jadi jangan ngelunjak.”

Didorongnya tubuh Anna kembali ke kursi

“Sekarang buatkan aku makanan! Aku lapar!” Perintah Eldwin.

Anna merapikan pakaiannya dan berlalu tanpa mengatakan apa pun.

“Aku ingin kau yang membawanya kemari bukan pelayan atau kokimu itu,” ucapan Eldwin mengingatkan, menghentikan langkah Anna beberapa saat setelah itu menghilang dibalik pintu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 10

    Berjalan menyusuri koridor. Melewati ruang operasi di bagian IGD namun perawat terus saja berjalan melewati ruangan itu. Anna ingin bertanya namun dia mengurungkannya dengan hati masih diliputi tanda tanya ke mana dirinya akan di bawa dan di mana ruang Wijaya dirawat.Lamunan Anna membuat Anna tak sadar mereka telah sampai di sebuah ruangan. Perawat meminta Anna untuk masuk ke dalam ruangan itu. Anna tak sempat membaca tulisan di atas pintu hingga tidak tahu itu ruangan apa. Dia ingin bertanya namun perawat telah keburu meninggalkannya.Anna melangkahkan kakinya di ruangan yang dingin dan sepi. Tapi dia melihat beberapa petugas rumah sakit di dalam ruangan mengerumuni seorang pasien. Melihat kehadirannya mereka serempak menoleh dan memberikan jalan pada Anna.“Apa Anda keluarga Pak Wijaya?” salah satu pria itu bertanya.“Sebenarnya saya hanya sahabat dari pasien kecelakaan, karena keluarganya belum tiba di sini.”“Tak apa, setidaknya nanti Anda bisa memberit

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 9

    Begitu tiba di restoran Anna tak banyak berbicara, tanpa menyapa anak buahnya, ataupun mengecek semua persiapan hari itu di restoran seperti biasanya. Dia langsung masuk ruangan membuat semua yang melihat kehadirannya menatapnya penuh tanda tanya.“Dia itu kenapa menjadi pendiam seperti itu tidak biasanya?” tanya Intan, salah satu Waiters“Mungkin sedang datang bulan,” jawab Riska, Waiters lainnya.“Atau gara-gara sikap Pak Eldwin kemarin? Ada yang melihat kemarin dia dibawa paksa ikut dengan Pak Eldwin. “ Intan mencoba mengira-ngira.“Memang di bawa ke mana? Bu Anna kan sudah punya kontrakan sendiri?”“Seandainya di bawa ke rumah, saat ini Bu Mala dan suaminya sedang liburan ke luar negeri. Mereka baru kembali besok. Kalau tinggal di rumah itu artinya_,”“Laki-laki dan perempuan tinggal dalam satu rumah, tidak mungkin tidak terjadi sesuatu kan?”“Maksudmu?”“Pagi-pagi sudah menggosip, siapa yang kalia

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 8

    Dengan perasaan masih enggan, Anna tetap pergi untuk mengganti pakaiannya. Dia pergi ke dapur dengan pakaian yang kebesaran terpaksa harus menggulungnya sana sini. Eldwin hanya bisa menertawakannya diam-diam dan duduk menunggu Anna selesai membuatkannya makanan.“Mengapa aku tidak melihat Bi Rum semenjak tadi, ini masih sore tidak mungkin sudah tidur kan?” tanya Anna saat mereka menikmati makanan.“Mendadak dia izin pulang, besok dia baru kembali,” jawab Eldwin dengan santainya.“Tapi kau bilang dia ada di rumah. Kau membohongiku lagi El?”“Kalau aku jujur kau mana mungkin menolak untuk ikut denganku.”Anna memandang Eldwin dengan pandangan geram, merasa Eldwin telah menjebak dirinya. Tapi apa boleh buat dia sudah berada di rumah itu dan berpikir mungkin Eldwin memang hanya butuh teman dan takut sendirian.“Jadi jujur saja kalau kau sebenarnya takut sendirian di rumah kan?” Anna tiba-tiba terbesit untuk menggoda Eldwin dan berharap pemuda itu mengakui k

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 7

    Dengan perasaan kesal Anna pergi ke dapur. Tapi dia berusaha menyembunyikan perasaannya itu di hadapan anak buahnya. Mereka akan memandang dirinya dengan tatapan kasihan. “Buatkan makan malam untuk Pak Elwind, Danu!” Perintahnya pada Danu karena hanya Danu yang masih berada di tempat itu. “Apa yang harus saya buat Bu Anna?” Tanya Danu. “Apa saja asalkan tidak terlalu pedas,” kata Anna. Danu mengangguk paham, dia meminta Anna untuk pergi meninggalkan dapur karena dia sendiri yang akan mengantarkan makanan itu pada Eldwin. Tapi Anna menolak, dia sendiri yang akan membawa makanan itu nanti. Danu bergegas menyiapkannya, karena dia tidak ingin membuat Anna menunggu terlalu lama. Walaupun berusaha ditutup-tutupi, Danu paham kedatangan Eldwin di restoran sepertinya tidak akan membawa kenyamanan terutama untuk Anna. Sikap pemuda itu saat tiba di restoran saja sudah terlihat arogan dan angkuh, sudah pasti a

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 6

    Seorang wanita keluar dari mobil taksi dengan sangat terburu-buru, merapikan pakaiannya yang kala itu mengenakan blus warna abu-abu muda dengan bawahan rok jeans span warna biru muda sepanjang betis yang sesekali memperlihatkan betisnya pada bagian belahan rok. Rambut hitam sebahu dibiarkan tergerai tersapu angin di pagi hari itu. Senyum ramahnya menyapa satpam tampan bertubuh atletis yang dia temui ketika melewati pintu masuk restoran. Dibalas senyum tak kalah manis pria bernama Arga penjaga restoran mewah itu. “Pagi Bu Anna,” sapa Arga. Anna melempar senyum ramah dengan sapaan Arga. Semenjak bekerja di restoran, penampilan Anna terlihat lebih muda. Meskipun dengan gaya dan pakaian yang sederhana dia tetap terlihat cantik. Dia juga tak pernah keberatan jika dirinya dipanggil ibu meskipun dia belum memiliki seorang anak. Baginya panggilan itu seperti sebuah kehormatan dan selalu mengingatkan dirinya yang sudah tidak muda lagi. “Naura!

  • Manajer Cantik Milik Bos Dingin   Bab 5

    Esok harinya semua orang mengantar Anna menuju rumah kontrakannya yang berjarak sekitar sepuluh menit perjalanan menggunakan mobil. Bi Rum dan Wijaya membantunya membawa barang-barang milik Anna yang seketika berubah menjadi banyak.“El kau bantu Anna merapikan barang-barang miliknya di rumah ini, dan mulai besok kau harus datang ke mari saat berangkat kuliah untuk mengantar Anna ke restoran terlebih dahulu.” Perintah Wijaya.“Untuk membantunya di sini aku bisa, tapi setiap hari antar jemput dia aku mana sempat, aku juga sibuk,” tolak Eldwin secara tidak langsung. “Tapi restoran dan kampusmu satu arah, jangan cari alasan untuk menolak apa yang papa suruh.”“Tapi...”“Aku tidak apa-apa berangkatnya dengan naik taksi atau angkutan. Tidak perlu merepotkan Eldwin lagi,” sela Anna menengahi keributan itu.“Baiklah terserah kalian berdua saja bagaimana mengaturnya. Tapi El, jika sempat kau usahakan mampir jemput Anna.” Ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status