Share

3. Isolasi

last update Last Updated: 2023-02-02 18:49:30

"Kamu yang bawa ini, Ka? Berarti kemarin kamu mampir ke warung baso Nuri? Anak Mama gercep juga," tanya Bu Widya saat mereka tengah sarapan berdua. Ya, hanya berdua saja karena Tika gak boleh sarapan bersama mereka karena aroma busuk Tika sangat pekat.

"Iya, Ma, mampir lihat Nuri. Kayaknya udah bisa nerima keadaan dan mungkin karena saya juga yang memberikan perhatian sebagai mantan. Dika yakin sekali, sebentar lagi Nuri akan kembali pada Dika." Bu Widya tertawa cekikikan mendengar ucapan putra sulungnya yang sangat konyol. Dika belum pernah se-alay ini sebelumnya. Untuk itu Bu Widya merasa lucu.

"Kenapa Mama ketawa? Orang saya jujur," tanya Dika heran.

"Mama geli lihat kamu ngomong gitu. Bukan kamu banget kayaknya. Apa kamu kesambet Tika?" Bu Widya menyantap baso Nuri yang rasanya masih tetap enak, meskipun buatan kemarin dan menurutnya tidak ada baso enak yang pernah ia makan seperti enaknya baso buatan mantan menantunya itu.

"Nih, Ma, ngomong-ngomong soal Tika, katanya hari ini Tika katanya mau ke dokter untuk mengobati baunya," ujar Dika memberitahu. Sekilas Bu Widya menoleh ke kamar yang ditempati menantunya itu.

"Terus, apa hubungannya dengan Mama?" tanya Bu Widya sambil menekan hidungnya.

"Mama mau gak nemenin Tika? Tanya yang jelas gitu ke dokter kenapa bau sekali badan si Tika? Minta obat paten sekalian, Ma."

"Ogah, Mama bisa mati kebauan kalau berdekatan dengan Tika. Pokoknya gak maulah!" Bu Widya menolak tegas. Wanita itu bergidik ngeri karena semakin hari, aroma tubuh menantu Jadi-jadianya itu semakin bau saja.

"Harusnya istri kamu itu diisolasi mandiri di rumah sakit. Di wisma atlet juga bisa kayaknya. Dari pada begini, semua menderita karena baunya. Ck, kamu ini entah bikin dosa apa Dika, istri pertama minta cerai karena kamu galak dan gak cinta. Sekarang udah nikah lagi, istri kamu malah bau bangkai. Astaghfirullah, aduh ... baso Nuri jadi bikin Mama eneg karena sambil bayangin aromanya Tika." Dika hanya menghela napas berat mendengar omelan mamanya.

Sebagai suami dan lelaki, ia pun sudah tidak tahan dengan aroma tubuh Tika, tetapi ia belum ingin menalak Tika. Ia ingin wanita itu sendiri yang pergi darinya karena marah dan menyerah.

"Dika, denger gak?!" Suara Bu Wodya meninggi.

"Eh, i-iya, Ma. Nanti akan saya tanyakan tempat isolasi yang pas untuk Tika. Tapi biar Tika ke rumah sakit dulu saja." Bu Widya mencebik.

"Terserah kamu saja, pokoknya Mama gak mau istri kamu itu ada di rumah Mama! Dan jangan pulang juga ke rumah kamu, nanti dia keenakan!" Dika mengangguk paham.

Tanpa berpamitan pada Tika, Dika pun langsung berangkat ke kantornya yang ada di kebun binatang dengan sepeda motor. Meskipun ia memiliki kendaraan roda empat, tetapi Dika lebih nyaman ke sana-kemari dengan kendaraan roda dua matic itu.

Sesampainya di kantor, ia bertanya pada teman-temannya tentang tempat isolasi yang ada di Jakarta Selatan. Tidak banyak yang tahu. Diantara mereka mengarahkannya untuk pergi ke wisma atlet.

"Siapa yang kena HIV, Pak Dika?" tanya Elis, staf pendataan satwa yang kebetulan ikutan gabung rumpi di mejanya. Ada empat orang di sana dan Elis satu-satujya staf wanita.

"HIV?" Dika menatap Elis dengan bingung.

"Itu nyari tempat isolasi bukan untuk pasien HIV?" tanya Elis yang juga ikutan bingung. Dika tertawa, kemudian ia menggeleng.

"Untuk pasien bau, ha ha ha.... " staf yang lain akhirnya ikut tertawa. Dika memperhatikan satu per satu wajah segar staf-nya. Ada sepuluh orang di ruangan itu dan tidak ada satu pun yang tahu bahwa ia sudah bercerai dari Nuri. Ia masih merahasiakannya. Apalagi Tika baru ia nikahi secara siri saja, sehingga jika ia berbohong, tidak terlalu kentara.

"Siapa yang bau?" tanya Pak Asep.

"Sodara saya, Pak. Dia bau banget, udah ke dokter, udah mandi air mawar kayak batu nisan, tetap aja masih bau," jawab Dika diiringi gelak tawa orang-orang di sekitarnya.

"Bawa ke orang pintar coba. Siapa tahu sodara Pak Dika diguna-guna orang supaya bau," jawab Pak Asep memberikan ide. Siapa yang mau mengguna-guna Tika? Apa manfaat dan juga keuntungannya? Tika gak cantik, orang kampung, hanya tamatan SD pula.

"Hanya orang gila kali yang mau mengguna-guna sodara saya itu," jawab Dika tak percaya.

Pembicaraan seru tentang pasien bau terus saja berlangsung, padahal mereka semua sudah membuka laptop masing-masing. Dika pun sampai tidak mendengar panggilan dari Tika. Wanita itu hendak pergi ke dokter, tetapi tidak bisa karena ojek online tidak ada yang mau membawanya ke dokter.

Baru sampai di depan pagar rumah mertuanya saja, tiga ojek online yang ia pesan bergantian, langsung mual dan muntah. Ketiganya pergi begitu saja, saat mencium aroma busuk.

Bukan itu saja, para tetangga kanan kiri rumah mertuanya juga pada pindah karena tidak tahan dengan bau busuk yang berasal dari rumah Bu Widya.

Kring! Kring!

Kali ini telepon kantornya berdering. Dika yang tengah fokus menatap laptop, memanjangkan tangannya untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo."

"Halo, Dika, assalamualaikum."

"Eh, Mama, wa'alaykumussalam. Ada apa, Ma?"

"Ka, istri kamu tambah bau, Ka. Mama udah gak tahan. Pak RT juga barusan komplain, karena bau busuk dari rumah kita. Mama akhirnya pesan truk kontainer untuk menganggut Tika ke luar dari rumah Mama. Biar dibawa ke kapal aja. Siapa tahu dengan kena angin laut, bau badan Tika bisa hilang."

"A-pa? Truk kontainer? Itu kan mahal, Ma."

"Ya, Mama tinggal potong dari jatah warisan kamu saja. Udah ya, pokoknya truk itu sebentar lagi sampai dan Tika biar langsung diangkut saja."

"Mama gak packing dulu? Nanti sopir truk muntah loh. Maksudnya apa Tika tahu kalau Mama sewa truk untuk membawanya pergi ke laut?"

"Mama gunakan cara halus biar Tika mau. Kamu tenang saja. Udah Mama pesan go-s3nd untuk kirim bubble wrap. Tika dibungkus itu saja biar sopir truk ga kebauan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Arifrahman
emang barang online buk , hehehe....di kasih kapur barus sekalian Bu Widiya bubble wrapnya...
goodnovel comment avatar
Roszilah Talib
Aduh Bu Widya kayak barang online aja..bubble wrap segala..hahahaha
goodnovel comment avatar
Yunita Anisyah
bubble wrap nya yg banyak, biar gak ke cium baunya. Kl perlu tambahin kamper...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan, Balikan Yuk!    50. Dua Satu Minus

    "Mas ada apa?" tanya Nuri yang menghampiri suaminya di balkon kamar. Pria itu baru saja menerima telepon dan wajahnya menjadi murung. Nuri memeluk tubuh suaminya. Angin malam membuat udara sangat sejuk, sehingga berpelukam adalah hal yang paling tepat dilakukan saat ini. "Mas, ada apa?" tanya Nuri lagi saat suaminya tak juga bersuara menjawab pertanyaannya. "Harimau Sumatera kena virus di lidahnya. Jadi gak mau makan. Diam saja. Padahal sudah ada dokter hewan khusus menangani harimau itu. Harimau itu satwa langka, jika ia mati, makan perlahan spesiesnya bisa punah. Harimau Sumatera ada dua di kebun binatang. Satu jantan dan satu betina, baru saja mau dikawinkan, penjantan sakit. Saya harap Leora bisa sembuh.""Namanya Leora?" tanya Nuri. Dika mengangguk. Wajah suaminya dan gaya bicara suaminya berubah amat sangat serius. Ia menjadi sosok yang berbeda jika sudah bicara tentang passion dan kegemarannya."Maaf ya, suasana bulan madu kita jadi seperti ini," kata Dika tidak semangat. "G

  • Mantan, Balikan Yuk!    49. Pengantin Baru

    Perut pengantin keroncongan. Tidur delapan belas jam membuat lambung keduanya berteriak tidak tahan lapar. Masih dengan piyama saja, Nuri pergi turun ke bawah untuk makan, sedangkan Dika masih dengan beskap, hanya bagian atas diganti dengan kaos biasa.Semua diambil oleh sepasang pengantin itu. Ada jus, buah potong, es krim, makan berat, aneka kue, dan desert lainnya. Nuri sengaja memakai totte bag yang berisi kotak bekal. Jika tidak habis, bisa ia bawa ke kamar."Sayang, udah jam sebelas. Ayo, cepat makannya! Kita belum mandi dan bersiap untuk pergi ke Taman Safari. Ada mobil dari kantor nanti yang jemput. Kalau jam dua belas kita belum check out, kita bisa kena tegur petugas hotel. Mobil kantor jemput jam setengah dua belas," kata Dika mengingatkan Nuri yang masih asik menikmati es krim."Ck, Mas, kita jadi terburu-buru gini. Ampun deh! Kagak mirip pisan sama honeymoon. Ya sudah, ayo, kita naik deh!""Mandinya berdua aja ya, biar cepat," bisik Dika lagi sambil membantu istrinya mema

  • Mantan, Balikan Yuk!    48. Bukan Magrib, tapi Zuhur

    "Sudah, jangan menangis, Angel. Ini sudah takdir," ucap Daniel menenangkan istrinya yang masih saja sesegukan. Ia baru kembali dari menguburkan jenazah bayinya yang ia kubur di halaman rumah. Luna pun meneteskan air mata karena sedih. Ada rasa kehilangan dan kecewa karena ia tidak punya adik, padahal ia sangat inginkan adik dari papanya. Ia ingin rumahnya ramai dengan tawa dan canda anak kecil. Namun, semua mimpinya terpaksa ia kubur."Ini salah Papa. Papa gak peka sebagai suami," suara serak Luna membuat Daniel dan Angel menoleh serentak."Apa yang kamu katakan, Nak?" tanya Daniel dengan wajah sedih. "Luna bilang, Papa gak aware sama Tante Angel. Papa selingkuh dari Bunda Nuri, tapi dengan Tante Angel pun Papa gak sepenuhnya peduli padahal jelas Tante Angel lagi hamil anak Papa; adik Luna. Tante udah ngeflek seminggu lalu, tapi Papa cuek dan gak pentingin bayi Papa. Papa kalau seperti ini terus, gak akan ada wanita yang tahan hidup dengan Papa. Luna kecewa sama Papa! Luna jadi takut

  • Mantan, Balikan Yuk!    47. Rumah Sakit

    "Kenapa Angel?" Daniel terbangun saat merasakan istri yang tidak di sebelahnya terus saja bergerak gelisah. "Perut saya gak enak, Mas." Angel melangkah masuk ke kamar mandi. Daniel berbalik sambil memeluk guling, melanjutkan mimpinya yang sempat terhenti karena perut istri yang mulas.Suara pintu kamar mandi terbuka. Daniel dapat mendengarnya, begitu juga suara langkah sang Istri yang tidak lama kemudian terdengar suara laci lemari dibuka. Daniel menoleh ke belakang."Kenapa?" tanya Daniel."Flek, Mas." Angel memakai celana dalam yang bersih. "Mas, antar saya ke dokter yuk! Saya takut kenapa-napa. Ini flek, kemarin enggak, kemarin lusa flek. Sehari flek sehari nggak. Saya jadi penasaran kenapa.""Mungkin karena kamu lelah aja. Udah tidur aja. Nanti juga berhenti fleknya. Ini hari kamis kan, kalau Sabtu masih flek, kita ke dokter. Aku ngantuk banget." Daniel kembali memejamkan matanya, sedangkan Angel masih gelisah. Ia memang ikut berbaring, tetapi ia tidak juga bisa memejamkan mata

  • Mantan, Balikan Yuk!    46. Tika dan Kakaknya

    "Bang, ngebut ya," kata Nuri berpesan pada sopir ojek online. "Siap, Bu, tapi Ibu jangan kaget kalau saya ngebut ya," balas pengemudi ojek itu yang mungkin usainya sekitar empat puluh tahunan. "Nggak kok, kita emang harus cepat, soalnya ada pelakor di rumah saya. Kalau bisa cepat, maka saya akan kasih dua ratus ribu buat Abang, gimana?" "Wah, mau ada perang dunia kayaknya nih. Okelah, Bu, pegangan ya. Pasti saya bisa cepat, Bu." Motor pun melesat cepat, sehingga hampir saja Nuri jatuh terjengkang, jika ia tidak memegang jaket pengemudi itu. Pria itu membuktikan ucapannya. Hanya sepuluh menit saja ia di jalan dengan tampilan akhir amat berantakan. Wajahnya lengket dan mulutnya tidak bisa mengatup karena banyaknya masuk angin ke dalam mulutnya. Biasanya jika naik ojek online ,maka ia akan membutuhkan waktu setengah jam lebih lima menit, tetapi bersama ojek online ajaib ini rasanya baru naik sudah sampai."Makasih banyak atas bantuannya, Bang. Saya jadi sampai tepat waktu." Nuri memb

  • Mantan, Balikan Yuk!    45. Tamu Tidak Diundang

    Tiga Bulan BerlaluNuri menguap lebar di depan kertas sketsa yang sejak pagi ia corat-coret, tetapi tidak menemukan kecocokan pada design gaun pesta tersebut. Sudah sejak lama Bu Celine memintanya menggambar menggunakan tablet atau laptop, tetapi karena ia tidak mahir dengan dua alat itu, ia hanya menggunakan pensil khusus dan juga kertas gambar untuk membuat design.Bosnya baik, begitu juga dengan teman-teman di kantor pusat dan juga team butik yang sering ia jumpai. Mereka dapat menerimanya dengan baik, selama tiga bulan ia bekerja. Satu buah sketsa dihargai lima belas juta dan jika berhasil dilirik oleh rumah model, maka akan diberikan bonus. Untuk gaji pokok Nuri mendapatkan upah delapan juta dan jika ia saat berhasil membuat design menarik pasaran, maka uang lima belas juta itu ikut masuk ke rekeningnya. Hoam! Sekali lagi Nuri menguap. Ini sudah jam sebelas malam. Matanya mengantuk, tubuhnya sudah penat, tetapi idenya seperti tidak tuntas. Oleh karena itu, Nuri memutuskan ke da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status