"Mas, hari ini aku berangkat kerja ya?" ijin Adelia."Terserah kamu sayang, tapi kondisimu sudah lebih baik kan," balas Arga."Entahlah, Mas. Aku bosan di rumah kasihan juga Kartika kalau kubiarkan apa-apa nengerjakan sendiri," kata Adelia."Baiklah, tidak apa-apa kau berangkat. Tapi kalau merasa tidak enk badan kamu telepon sopir biar ada yang mengantarmu pulang," lanjut Arga."Kok supir? Mas sudah enggak sayang sama aku lagi?" tanya Adelia manja."Bukan begitu sayang, Mas nanti ada rapat penting. Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak sayang," jawab Arga lembut. Dalam hati Arga heran mengapa Adelia berubah menjadi manja tidak seperti biasanya."Ya, sudah. Tapi nanti kalau aku tidak menghubungi supir. Sorenya, pulangnya sama kamu ya, Mas," kata Adelia merajuk."Iyaa," kecup Arga.Setelah keduanya bersiap-siap, mereka menuju ke ruang makan. Sarapan sudah di siapkan sejak pagi tadi. Adelia mengamati tiap makanan, sepertinya ia berpikir makanan mana yang mau di makannya."Emm, sayang p
"Mas kenapa kok tadi sikapnya begitu sih sama Roni?" tanya Adelia sambil menikmati asinan yang di buatkan Bu Marni. Begitu juga dengan Arga. Lelaki tampan itu ikut menyantap hasil kreasi mertuanya."Tidak apa-apa, karena kulihat dia tertarik padamu," jawab Arga tegas."Masa sih, wong dia tahu aku sudah menikah denganmu, Mas. Apalagi sebentar lagi kita punya bayi," kata Adelia."Begitulah sayang, kau tidak bisa mencegah perasaan yang datang kepadamu. Karena perasaan cinta itu datang dengan sendirinya, tidak bisa menentukan siapa yang di cintai atau tidak. Hanya saja, kita perlu melihat situasi. Apakah orang tersebut masih sendiri? Sudah sendiri? Atau justru milik orang lain," terang Arga."Sejak kapan, Mas jatuh cinta padaku?" Adelia malahan balik bertanya."Untuk apa kau tanyakan itu sayang?""Ya, pingin tahu saja. Boleh... kan?" ucap Adelia."Boleh."Arga mulai membayangkan bagaimana awalnya ia bisa jatuh cinta pada Adelia yang nota bene saat itu adalah istri orang. Andai saja, Adria
"Di minum teh hangatnya, Mas," kata Adelia sembari meletakkan secangkir teh panas di ikuti Bu Marni yang datang membawa cemilan pisang goreng."Maaf, Nak Arga adanya hanya makanan sederhana," kata Bu Marni."Sederhana, tapi kalau yang membuat ibu semuanya terasa enak," puji Arga.Arga mengambil satu pisang gorengnya di lapisi tisu, karena masih agak panas. Ia meniupnya sampai agak dingin baru memakannya. Pandangan Arga kembali pada foto gadis berkepang yang terpajang tak jauh dari tempatnya duduk.Bu Marni tak sadar mengamati gerak-gerik menantunya. Ia mencoba menebak arah pandang kemana Arga melihat."Bu, itu foto siapa?" tanya Arga kemudian. Ia sudah terlanjur penasaran dengan foto yang di pandangnya sedari tadi."Oh, itu... itu fotonya Adelia waktu kecil," tukas Bu Marni.Adelia jadi tersipu malu karena suaminya terus memandangi foto dirinya. "Mas pasti pingin ledekin aku ya, bilang culun gitu," tuduh Adelia."Bukan... cuman aku merasa kok pernah lihat foto itu tapi dimana," kata A
"Duh, kenapa kau panas sekali? Padahal papa mau berangkat kerja sayang," kata Adrian. Ia menempelkan punggung telapak tangannya di dahi anaknya. Adrian terpaksa meminta ijin hari ini untuk tidak masuk kerja, ia juga tidak tenang jika menitipkan bayinya di tempat penitipan anak dalam kondisi kurang sehat. Mereka pasti akan meminta Adrian untuk membawa pulang saja. "Tenang sayang, papa akan membawamu ke rumah sakit untuk di periksa," ucap Adrian. Ia menggendong bayinya dan tidak lupa untuk menyelimutinya. Dot yang berisikan susu formula juga di bawa untuk jaga-jaga. Adrian berjalan keluar halaman, ada tetangga yang lewat tak sengaja melihat Adrian. Ibu-ibu itu mendekat ke arah Adrian. "Mau di bawa kemana bayinya?" tanya wanita itu. "Oh, ini adeknya lagi panas bu. Jadi, mau saya periksakan ke rumah sakut terdekat," jawab Adrian. Wanita itu menatap kasihan pada Adrian. "Memang, kemana istrinya? Kok sendirian saja?" tanyanya. "Istri saya sudah lama meninggal setelah melahirkan putri
"Maaf, Pak. Rumah ini terpaksa kami sita untuk membayar ganti rugi bunga uang yang di pinjam Bu Salsa dulu," kata seorang pria berjenggot tebal di kanan kirinya berdiri dua orang lelaki kekar yang di duga adalah bodyguardnya."Di sita?""Tidak, almarhumah istriku tidak pernah cerita apapun! Kalian jangan mencoba menipuku!" teriak Adrian."Maaf, ini buktinya. Ada tanda tangan di atas materai yang menyatakan Bu Salsa pinjam sekian, selama ini kami sudah menunggu itikad baiknya tapi dia tidak ada kabar dan tidak ada niat untuk membayar. Jadi, sesuai perjanjian awal kalau tidak sanggup membayar maka kami akan menyita rumah ini," jelas lelaki itu.Badan Adrian gemetaran, ia membaca satu persatu semua pernyataan perjanjian yang telah di sepakati istrinya. Di sana juga ada foto kopi surat kepemilikan rumah yang telah di gadaikannya."Pak... tolong beri saya waktu, saya akan membayar semuanya. Saya akan berusaha agar rumah ini tidak terjual," kata Adrian memohon."Maaf... tempo yang kami beri
Adelia dengan lahap makan mangga yang sudah di kupas oleh Surti. Potongan-potongan kecil itu masuk ke dalam mulutnya. Arga sampai menyipitkan matanya membayangkan betapa asamnya rasa mangga muda itu. Ia juga heran mengapa Adelia justru kelihatan semakin segar bugar sesudah makan beberapa potong mangga mudanya."Saya permisi keluar dulu, Tuan.""Kalau perlu bantuan bisa panggil saya lagi," pamit Surti."Iya," jawab Arga. Surti keluar dengan menutup kembali pintu kamar Adelia."Sepertinya, kamu sangat senang sekali makan mangga," kata Adrian."Kamu mau, nih." Adelia menusukkan satu potong mangga dengan garpu di arahkan pada Arga."Ti ... tidak, aku tidak bisa membayangkan betapa asam rasanya," tolak Arga."Ya sudah, aku habiskan saja," kata Adelia. Ia menarik kembali suapannya lalu di arahkan ke mulutnya sendiri."Emm, sepertinya aku sudah baikan. Mas boleh kok berangkat ke kantor, nanti banyak pekerjaan yang terbengkalai loh," ucap Adelia sambil tidak berhenti mengunyah mangganya."Ben