Share

Bab 5. Kenalan Lama, Cinta Pertama

“Rara?” panggil pria tampan itu dengan alis tertaut, seakan tak menyangka akan melihat sosok Rara di sana.

Dengan wajah kebingungan, Rara memiringkan kepala. “Anda mengenal saya?” tanyanya dengan bahasa yang sangat sopan.

Raut wajah yang tadi dingin dan serius itu sedikit melembut. “Kamu tidak ingat?” balasnya, membuat Rara menggelengkan kepala. “Aku Arjuna.”

Sontak, Rara terbelalak. “Arjuna?!” ulangnya sembari memeriksa penampilan pria itu dari atas ke bawah, mencoba meyakinkan diri sendiri. “Kak Arjuna temannya Kak Satria?!”

Arjuna mengangguk, wajahnya datar. "Ya. Lama tidak bertemu."

Kedua sudut bibir Rara tertarik membentuk sebuah senyuman. "Lama tidak bertemu, Kak Juna."

Arjuna Maheswara, itu adalah nama lengkap pria di hadapan. Pria dingin yang merupakan sahabat Satria sejak SMA … sekaligus cinta pertama Rara yang tak pernah terungkapkan. 

Kalau bukan karena dulu pria itu bertunangan lebih dulu dengan wanita lain sebelum Rara berani mengutarakan perasaannya, mungkin Rara tidak akan pernah menikahi pria bajingan seperti Nizam. 

"Kenapa kamu di sini?" tanya Juna, membuat lamunan Rara buyar. "Bukannya kamu sudah menikah dan tinggal dengan suamimu?" 

Rara tersenyum canggung. "Ada beberapa hal yang terjadi dan sekarang aku tinggal di sini lagi." Pertanyaan tentang rumah tangganya masih sukses membuat mood Rara sedikit menurun.

Arjuna terdiam dan menatap Rara sesaat, pandangannya tampak melembut sekilas dan bibirnya terpisah untuk menanyakan sesuatu. Namun, suara seorang bocah laki-laki telah terlebih dahulu memotongnya.

"Tante kenal sama Papa?" tanya Daffa sambil menatap Rara dan Arjuna bergantian.

Rara terkejut. "Jadi, Papa yang tadi Daffa maksud–”

Daffa tersenyum semringah. “Iya, itu Papa Daffa!” Dia seakan sangat bangga dengan sosok sang ayah. “Ganteng ‘kan, Tante?!” tanyanya. “Tapi, jelas gantengan Daffa!”

Mendengar hal itu, Rara terkekeh, sedangkan pandangan Arjuna menjadi dingin saat menatap putranya. 

“Daffa, pulang,” titah Arjuna.

Perintah sang ayah membuat Daffa mempererat pelukannya pada sosok Rara. "Nggak mau! Papa udah langgar janji untuk temenin Daffa tidur!" Bocah kecil itu langsung melawan sembari memonyongkan bibirnya.

“Papa sudah pulang, sekarang Papa temani kamu tidur,” bujuk Arjuna lagi dengan usaha untuk tetap sabar.

Akan tetapi, anak kecil sensitif dengan suasana hati seseorang. Melihat sang ayah menarik napas dalam sebelum berbicara dengannya, Daffa tahu sang ayah marah dan sebenarnya akan melakukan kerjaan lain di rumah.

“Nggak mau! Nggak mau! Aku mau sama Tante Rara!” rengek Daffa heboh sembari melingkarkan kedua lengannya di leher Rara dan membelakangi sang ayah. 

Arjuna merasa malu pada Rara karena sikap Daffa. Hal itu pun membuat pria tersebut meninggikan suaranya, “Daffa! Turuti kata Papa!” bentaknya.

Sontak saja hal itu membuat Daffa tersentak dan menjadi semakin takut untuk pulang. Bocah itu semakin memeluk Rara dengan lebih erat, mencerminkan ketakutan dalam hatinya.

“Tante … Papa nggak sayang Daffa lagi ….” Daffa mulai merengek dan membenamkan wajahnya di leher Rara.

Melihat kelakuan Daffa, Arjuna menautkan kedua alisnya. Sungguh pemandangan yang tidak biasa baginya melihat sang putra bersikap manja dengan orang lain. 

Lalu, kenapa Daffa sekarang bersikap lemah di depan Rara?

Rara yang menyadari ketakutan Daffa langsung menepuk-nepuk punggung bocah itu guna menenangkannya. Dia pun menatap Arjuna.

"Jangan tegur Daffa dengan begitu keras, Kak. Lagi pula Kakak yang lebih dulu ingkar janji, ‘kan?" Rara mencoba menengahi ayah dan anak itu. Mengingatkan Arjuna yang mungkin terlalu emosi saat itu.

Arjuna terdiam sesaat. "Aku sibuk, dan Daffa tahu itu." 

Rara menghela napas, ingat bahwa dari dulu memang Arjuna seperti ini. Selalu super sibuk dan seperti tak punya waktu untuk orang-orang di sekitarnya. Ditambah dengan sifat pria itu yang dingin, jelas putra kecil Arjuna akan menganggap sang ayah menelantarkannya.

"Daffa …,” panggil Rara dengan lembut, membuat bocah itu mengangkat wajahnya. Hidung mancung bocah itu memerah, dan kedua mata indahnya berkaca-kaca. “Daffa pulang dulu sama Papa ya," ucap wanita itu dengan lembut. "Papa pulang dari kerja sudah capek, sekarang langsung lari sampai sini untuk cari Daffa."

Daffa mendengarkan, tapi masih tetap diam sambil memeluk Rara. 

"Itu berarti Papa sayang banget loh sama Daffa, Nak,” tutur Rara dengan senyum lembut yang menenangkan. “Daffa juga harus coba mengerti Papa ya, Sayang. Pulang dulu ya sekarang."

Dengan saksama, Daffa memerhatikan ekspresi Rara. Setiap kalimat wanita itu seakan sedang dicernanya.

Sampai akhirnya, Daffa pun mengangguk perlahan sembari menjawab, “Iya, Tante ….”

Bocah kecil itu setuju turun dari gendongan Rara dan langsung jalan ke arah Arjuna. Dengan taat, dia menggandeng tangan sang ayah. 

“Maafin Daffa, Pa …,” gumam Daffa sembari menengadah untuk menatap sang ayah.

Melihat Daffa yang biasanya blingsatan berubah menjadi sangat penurut, Arjuna cukup tercengang. Namun, dia pun menganggukkan kepala dan berniat pergi sembari membawa putranya.

"Kami pulang dulu," ucap Arjuna ketika sudah menggenggam tangan Daffa yang hanya dibalas Rara dengan anggukan dan senyuman.

Namun, sebelum benar-benar pergi, Daffa menghentikan langkahnya dan berbalik untuk menatap Rara. "Tante, lain kali Daffa boleh ketemu sama Tante lagi, nggak?” tanya bocah itu dengan mata berbinar.

Mendengar hal itu, Rara pun tersenyum. “Tentu saja, Sayang.”

Balasan itu membuat Daffa tersenyum semringah dan melambaikan tangannya ke arah Rara dengan semangat. Dia pun berjalan pergi bersama sang ayah.

“Kamu sesenang itu bertemu Tante Rara?” tanya Arjuna saat mereka sudah cukup jauh dari taman.

Daffa menganggukkan kepala dengan semangat. “Ya!”

“Kamu suka Tante Rara?”

“Ya!”

“Hmm,” balas Arjuna pada akhirnya, merasa penasaran kenapa daya tarik Rara bagi putranya itu begitu kuat.

Tidak diduga-duga, Daffa bahkan mengumumkan, “Kalau bisa, Daffa mau Tante Rara jadi mama baru Daffa!”

Pelayan wanita yang tadi mengejar Daffa terbelalak mendengarkan ucapan tuan mudanya, merasa itu adalah usulan gila yang bisa membuat Arjuna marah. Namun, di luar dugaan, pelayan wanita itu mendapati sosok Arjuna terdiam sembari berpikir keras.

“Usulan menarik,” ujar Arjuna sebagai balasan terhadap usulan putranya.

Pelayan wanita itu pun ternganga. 

Sembarangan menentukan istri dan ibu baru, apa ayah dan anak ini … masih waras?!

Anggrek Bulan

Wahh, calon suami barukah? Gimana pendapat kalian terhadap Daffa dan Arjuna?

| 2
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Setuju thor jadikan Rara Ibu baru Daffa
goodnovel comment avatar
Ismah Nurmillah Hayati
hahaha, pesona Rara emang gak main-main. Buktinya Daffa mengusulkan Rara jadi mama barunya, dan papanya malah kayak yang setuju gitu. Dasar bapak sama anak yang aneh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status