Home / Urban / Mantan Jadi Suami / Bab. 8 Mulai Mencintai

Share

Bab. 8 Mulai Mencintai

Author: Yeyen
last update Last Updated: 2025-08-10 01:10:22

Pagi menyambang, Sera kembali mendatangi kampus. Sebenarnya urusan akademiknya sudah rampung, tapi rasa suntuk yang menghantuinya di rumah membuatnya memilih pergi. Setidaknya, bertemu Jelita bisa menghilangkan rasa sepinya.

Setelah menemani Jelita menyelesaikan keperluannya, mereka pun melipir ke sebuah kafe kecil yang tak jauh dari kampus. Tempatnya tenang, hangat, dan nyaman.

“Akhirnya minggu depan kita wisuda, Ser!” seru Jelita dengan semangat, hampir berteriak.

Sera hanya terkekeh, Jelita selalu bisa menghiburnya

“Kau tetap akan bekerja di perusahaan Papa, kan?” tanya Jelita, sambil menyeruput minumannya.

Sera menggeleng lemas. “Aku tidak dibolehkan bekerja...”

Jelita mengerutkan kening. “Jadi kau cuma akan jadi ibu rumah tangga? Sebenarnya tidak apa-apa sih, tidak ada yang salah dengan ibu rumah tangga"

"Apa lagi suamimu sudah kaya raya, kau hanya perlu melayaninya dengan baik". Sambung Jelita

“Eh..." Jelita memukul meja pelan,

"Kau belum cerita banyak tentang suamimu."

"Gimana sih dia? Sudah lebih dari sebulan kalian menikah,” desak Jelita penasaran, ia mengubah topik pembicaraan

Sera menarik napas dalam-dalam, lalu menghembusnya pelan. Ia tidak tahu harus memulainya dari mana.

Hampir tidak ada rahasia di antar Sera dan Jelita, mereka selalu berbagi cerita, meskipun demikian mereka tetap tahu batasan dalam bercerita

“Entahlah... aku sendiri masih bingung dengan sikapnya. Di satu sisi, dia bisa sangat manis. Aku sudah mulai menyukainya. Tapi di sisi lain, dia bisa terlihat cuek, bahkan tidak peduli.”

Jelita mengangguk pelan, ia penasaran dengan sosok Sebastian yang membuat Sera begitu cepat melupakan Aiden. Walaupun ia juga belum pernah melihat Aiden, Jelita hanya mendengar Aiden lewat cerita Sera.

“Kau harus kenalkan aku padanya suatu saat nanti.....Atau sekarang aja!” katanya tiba-tiba.

"Coba kau telefon dia dan ajak Sebastian ke sini. Kalau dia datang berarti dia juga menyukaimu.”

“Apa kau gila?” Sera memprotes cepat, wajahnya memerah. “Aku tidak mau menganggu pekerjaannya.”

“Justru kalau dia sayang, dia akan menyempatkan waktu. Ayolah...Anggap saja ini eksperimen cinta.” Jelita bersikeras sambil menaikkan kedua alisnya

Sera menatap layar ponselnya ragu. Tapi dalam hati, ia juga ingin tahu, apa Sebastian benar-benar mulai menyukainya? Atau... dia masih menyimpan Naomi, seperti yang pernah dikatakan Olivia?

Dengan ragu, ia menekan tombol panggil di ponselnya. Dering terdengar... satu kali... dua kali... tiga kali...

Jantung Sera berdegup kencang. Jemarinya gemetar. Hingga akhirnya, suara berat yang sangat ia kenal terdengar di ujung sana.

“Ya, sayang. Ada apa?”

Pipi Sera langsung merona. Suara itu dan panggilan itu meluluhkan benteng gugupnya. Untuk pertama kalinya Sebastian memanggilnya sayang.

Sementara Jelita yang ada di hadapannya menahan diri untuk tidak berteriak kegirangan, seperti dirinya yang baru saja dipanggil sayang.

“Hm... tidak, aku cuma lagi di kafe X. Kalau kamu tidak sibuk, bisakah kamu ke sini? Kalau tidak bisa juga tidak apa-apa,” ucap Sera ragu-ragu, takut kecewa.

Sebastian terdiam sejenak. Hening di seberang terasa seperti ribuan detik menunggu vonis.

“Baiklah, sayang. Aku akan datang. Kita makan siang bersama.”

Senyuman melengkung di wajah Sera. Rasa hangat menjalar di dadanya.

“Terima kasih, sayang...” balasnya pelan sebelum menutup telepon, pipinya semakin merah.

Jelita hampir melompat dari kursinya.

“Aaahh so sweet sekali kalian!" Serunya sambil memeluk wajahnya dengan kedua tangan diatas meja, seperti gadis temaja yang baru saja melihat adegan favoritnya di drama korea.

Sera hanya tersenyum malu, tapi dalam hatinya berbisik "Apa dia benar-benar mulai menyukaiku?"

.

.

Cukup lama Sera dan Jelita menunggu kedatangan Sebastian, Aroma kopi hangat dan denting gelas menjadi latar obrolan ringan mereka, diselingi tawa kecil yang terdengar samar di antara riuhnya pelanggan lain.

Beberapa kali Sera melirik ke arah pintu, memastikan kalau Sebastian benar-benar akan datang menemuinya.

Lalu tidak lama kemudian, sebuah mobil tampak berhenti di depan kafe. Sera sangat mengenali kendaraan itu bahkan sebelum pengemudinya turun. Senyumnya merekah, Sebastian benar-benar mengunjunginya.

Ia segera berdiri, melangkah keluar untuk menyambut suaminya dengan senyum yang paling manis menurutnya.

“Terima kasih sudah datang,” ucap Sera begitu Sebastian menghampirinya. Tanpa sadar tangannya sudah menggandeng lengan pria, seolah takut ia akan pergi lagi.

“Maaf ya... temanku mendadak datang. Tidak apa-apa kan kalau dia ikut makan bersama kita?”

Tatapannya penuh harap, namun tenang.

Sebastian mengangguk pelan, lalu tangannya terangkat, mengelus lembut pipi istrinya.

“Tidak apa-apa, sayang,” jawabnya pelan.

Sera tertegun sejenak, seperti tersentuh oleh kelembutan yang begitu sederhana, namun berarti besar baginya yang tSera. Sera tersenyum bahagia

Dari balik kaca kafe, Jelita menyaksikan semuanya. Tatapan Sebastiran, sentuhannya, cara ia menyebut Sera sayang membuat Jelita merasa ikut bahagia… meski tak bisa disangkal, ada sedikit rasa iri yang berbisik di hatinya. Bukan iri karena Sera memiliki Sebastian, tapi karena sahabatnya merasakan cinta yang perlahan menjadi nyata.

Sebastian masuk ke dalam kafe bersama Sera. Dengan senyum yang sopan, Sera memperkenalkan sahabatnya.

“Sebastian, ini Jelita, sahabatku sejak awal kuliah.”

Sebastian mengangguk dan menjabat tangan Jelita dengan ramah. “Terima kasih sudah menemani istri saya hari ini.”

Perkenalan sederhana itu cukup membuat hati Sera lega. Suaminya yang selama ini terasa cuek, kini bersedia hadir, bahkan memberi ruang bagi orang-orang yang penting dalam hidupnya.

Dan saat itu, Sera semakin yakin jika Sebastian adalah yang terbaik untuknya. Sera meyakini jika Sebastian merasakan perasaan yang sama dengannya yaitu membuka hati dan mulai mencintai.

Bersambung. . .

Jangan lupa tinggalkan jejak kawan

Terimakasih

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Jadi Suami   Bab.75 Wanita Jalang

    Sera sedang sibuk bekerja. Ia begitu fokus pada layar di depannya, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard. Ada banyak hal yang harus ia selesaikan sebelum hari pernikahannya tiba. Tanggal pernikahan semakin dekat, dan makin hari ia semakin takut tidak bisa membagi waktu dengan baik. Di satu sisi pekerjaannya menumpuk, di sisi lain ia harus memastikan segalanya berjalan sesuai keinginannya. Ia ingin hari itu sempurna. Sementara itu di lobby kantor, suasana memanas. Bella dan asistennya tampak berdebat dengan resepsionis. “Maaf, Bu. Saya tidak boleh mengizinkan siapa pun naik ke ruangan Pak Aiden,” ujar receptionist sopan. “Kau tidak tahu siapa aku? Aku tunangan Aiden!” Bella mengangkat dagunya angkuh, seolah-olah seluruh dunia harus tunduk kepadanya. “Maaf, Bu. Tapi Pak Aiden sedang tidak di tempat. Hanya sekretarisnya, Ibu Sera yang berada di kantor,” jawab receptionist tetap lembut. “Kalau begitu, aku akan bertemu sekretarisnya. Di mana ruangannya?” Bella masih saja berbica

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 74 Mantan

    Sore itu, Aiden tiba di rumah Sera bersama kedua orang tuanya. Ia sengaja tidak memberi kabar lebih dulu, ia tahu, sebentar lagi Sera pasti akan tiba di rumah. “Om, Tante… perkenalkan, ini orang tua saya,” ucap Aiden sopan. Papa dan Mama menyambut hangat calon besan mereka dengan senyum penuh keramahan. Mereka pun saling berkenalan, bertukar sapa, dan berbincang hangat. Daddy membuka percakapan dengan nada bersahabat. “Niat kami datang ke sini adalah untuk melamar putri Bapak. Kami bahagia mendengar kalau anak kami sudah menemukan wanita yang ia cintai.” Papa mengangguk pelan, lalu menarik napas sebelum berbicara. “Tapi mohon maaf, Pak, saya ingin bercerita sedikit tentang anak saya… dan kesalahan yang pernah saya lakukan. Saya hanya ingin semuanya jelas, agar tidak ada hal yang membebani mereka di kemudian hari.” Daddy dan Mommy saling berpandangan, lalu mengangguk penuh pengertian. Mereka menghargai ketulusan Papa yang ingin terbuka. Papa pun mulai menceritakan semuanya,

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 73 Setuju

    Aiden akhirnya tiba di kota kelahirannya. Ia pulang dengan satu tujuan, yaitu memberi kabar kepada kedua orang tuanya bahwa ia akan menikah. Dalam hati, ia berharap kabar ini membawa kebahagiaan bagi mereka. “Morning, Dad... morning, Mom,” sapanya hangat. “Aiden…” seperti biasa, Mommy langsung menyambutnya dengan pelukan penuh rindu, mencium pipinya seperti anak kecil yang baru kembali dari perjalanan jauh. “Selalu saja pulang tanpa memberi kabar,” Mommy menepuk dada putranya lembut. Aiden terkekeh, lalu kembali memeluk Mommy lama-lama, sebelum merangkul Daddy yang sudah menatapnya dengan senyum tenang. “Apa kabar, Nak?” tanya Daddy. “Aku sangat baik, Dad. Dan... aku membawa kabar gembira,” ucap Aiden sambil tersenyum melihat dua orang yang paling ia sayangi. Mommy mulai menyiapkan sarapan untuk kedua lelaki kesayangannya. “Berita apa, sayang?” tanyanya sambil menuangkan kopi. “Aku ingin menikah, Mom. Dad.” Mommy langsung menatapnya antusias. “Benarkah? Dengan siapa?

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 72 Di Lamar

    “Aku akan bicara pada Mama dan Papa,” ucap Aiden begitu mereka tiba di rumah. Sera hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Beberapa saat kemudian, Aiden melangkah masuk ke ruang tamu rumah Sera. “Maaf, Om, Tante... ada yang ingin saya bicarakan,” ujarnya sopan. Papa dan Mama Sera menatap Aiden penuh tanya. “Maaf kalau Aiden lancang, Om,” lanjutnya sambil menarik napas panjang. Aiden menggenggam kedua tangannya sendiri, mencoba menenangkan degup jantungnya yang tidak beraturan. “Saya... ingin menikahi Sera, Om, Tante.” Ucapan itu menggantung di udara. Papa dan Mama saling berpandangan, terdiam cukup lama. Mama akhirnya bersuara pelan, “Apa tidak sebaiknya menunggu sampai ingatannya pulih? Tante takut kalau nanti, saat Sera sudah benar-benar ingat, dia tidak bisa menerima semuanya.” Sera segera menyela, tak ingin Aiden disalahpahami. “Aiden sudah menceritakan semuanya, Ma. Aku sudah tahu kalau aku seorang janda... dan Leo adalah anakku. Meskipun aku belum mengingat semuanya, se

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 71 Restu Leo

    Sera tiba-tiba menangis, membuat Aiden panik. “Aku seperti merindukan seseorang, Aiden…” suaranya lirih, bergetar. Aiden tak tahu harus berbuat apa selain memeluknya erat, mencoba menenangkan isak tangis itu. “Apa dia menyakitiku? Kenapa hatiku sakit sekali?” Sera terisak di dada Aiden. “Tidak, sayang… dia tidak pernah menyakitimu,” ucap Aiden lembut. Sera menunduk, matanya menatap papan nama di makam di hadapannya. Sejak tadi pikirannya dipenuhi ribuan potongan kenangan yang tak bisa ia tangkap utuh. “Leonard Maximus… apa dia anak kita?” tanyanya pelan, menatap Aiden dengan mata sembab. Aiden menggeleng pelan. “Dia anakmu… tapi bukan denganku.” “Maksudmu… apa aku sudah menikah?” Sera spontan menjauh dari pelukan Aiden, menghapus air matanya dengan punggung tangan. “Lebih tepatnya, kau sudah janda, sayang,” ujar Aiden lembut. Sera terdiam, menatap kosong ke arah nisan kecil itu. “Aku akan menceritakan semuanya nanti, kalau kau sudah siap,” lanjut Aiden, ia mengusap permukaa

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 70 Tulus

    Dua hari telah berlalu, dan hari ini adalah hari pernikahan Sebastian dan Naomy. Mereka mengucap janji suci di rumah orang tua Sebastian, disaksikan hanya oleh keluarga inti. Sebastian tampak sangat bahagia. Wajahnya bersinar penuh semangat saat memperkenalkan Naomy kepada keluarga besarnya, sangat berbeda dengan Sera dulu yang selalu terlihat tenang, bahkan sedikit cuek. Malam harinya, Papa dan Mama Sebastian meminta pasangan itu untuk bermalam di rumah. Namun Naomy menolak halus, terutama ketika Sebastian mengajaknya ke kamar lamanya. “Aku tidak mau tidur di kamarmu yang dulu... yang pernah kau tempati bersama Sera,” ucap Naomy dengan bibir yang sedikit manyun. Bayangan masa lalu suaminya dengan wanita lain membuat dadanya sesak. Sebastian tersenyum lembut, merengkuh istrinya dalam pelukan. “Ini malam bahagia kita, sayang. Jangan mengingat siapa pun selain aku. Dia sudah lama aku buang jauh-jauh.” Naomy menghela napas dan mengangguk. Pelan, ia membalas pelukan itu. “Akhirnya ki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status