Share

Hati yang Luka

Author: Queen Moon
last update Last Updated: 2022-08-04 04:01:56

Sementara itu Amora di dalam kamar mencoba mati-matian menahan air saat memasukkan pakaian-pakaian penting Rehan ke dalam tas.

Jangan menangis, batinnya berbisik.

Mengapa rumah tangganya harus berakhir seperti ini?

Apa belum cukup pengorbanannya menahan hinaan Ibu mertua dan ketidakpedulian Rehan, suaminya mulai terang-terangan menunjukkan perhatiannya sama Olivia pada orang lain.

Bibir Amora bergetar. Dia menggigit bibir bawahnya keras menahan dirinya agar tidak menangis terus melanjutkan pekerjaan memasukkan pakaian Rehan ke dalam tas.

Namun tak bisa dicegah air matanya mengalir di pipi jatuh di atas kemeja Rehan.

Dadanya sungguh sesak. Amora mencengkeram erat kemeja Rehan membiarkan air matanya mengalir.

Sakit di hatinya sungguh tak tertahankan.

Amora mencengkeram erat dadanya di mana sumber rasa sakitnya.

Tok, tok, tok.

Amora tersentak dan dengan cepat menghapus air matanya.

“Siapa?” tanyanya. Suaranya serak.

Pintu kamar terbuka dan sosok wanita cantik muncul sambil tersenyum manis.

“Aku tadinya berpikir kenapa kamu lama kemasi baju Rehan, ternyata lagi nangis.”

Wajah Amora berubah.

“Rahmi, aku nggak suruh kamu masuk. Beraninya kamu masuk ke kamarku!”

“Ops, sorry Bu,” ujarnya dengan ekspresi pura-pura hormat.

“Aku nggak sabar karena nunggu kamu lama kemasi baju Rehan. Tolong cepat kemasi bajunya, Rehan sedang nunggu di rumah sakit.”

Amora mengatupkan bibirnya dengan ekspresi dingin.

“Rehan? Begitu cara kamu panggil suami aku dan juga bosmu? Sangat nggak sopan! Kamu itu bawahannya bukan temannya!”

Rahmi mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kesal ditegur Amora.

“Maaf Bu. Aku kebiasaan. Lagi pula Rehan juga nggak keberatan kok aku panggil dia dengan namanya karena aku dan Rehan kenalan lama. Rehan nggak wajibkan aku panggil dia dengan sebutan Pak atau pun Tuan,” ujarnya melirik Amora dengan senyum provokatif.

“Jika kamu keberatan dengan panggilanku pada Rehan, kamu bisa protes sama Rehan.”

Amora mengepalkan tangannya mencoba sabar.

“Rahmi, kamu pikir aku nggak tau kamu suka sama suami aku?” desisnya dingin.

Dia sudah lama tahu bahwa sekretaris Rehan menyukai suaminya. Rahmi juga merupakan teman kuliah Rehan, karena itu hubungannya dengan Rehan bukan hanya sekedar bos dan karyawan.

Tetapi Rahmi selalu menghasut perselisihan rumah tangganya dengan Rehan dan mengeluhkan Amora yang selalu menelepon ke kantor pada, dia bahkan selalu mencegah Amora setiap kali dia berkunjung ke kantor Rehan pada awal pernikahan mereka yang membuat Amora tak pernah menyukai wanita itu.

Rahmi mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum congkak. Tidak ada ekspresi hormat atau sopan pada istri bos di wajahnya.

“Iya, kenapa kalau aku suka sama Rehan?” Dia berjalan mendekati Amora sambil menyilangkan tangannya berhenti di depannya.

“Daripada aku, kamu sebagai istrinya sama sekali nggak dipedulikan.” Dia melirik Amora dari atas ke bawah dengan ekspresi kasihan dan ejekan.

“Aku sangat kasihan sama kamu. Rehan nggak pulang sampai berhari-hari dan tinggal di rumah sakit demi Olivia. Sebagai wanita yang suka pada orang yang sama, di antara kita berdua, siapa yang paling sakit hati?”

Amora tidak menjawab.

Senyum di wajah Rahmi mengembang.

“Kamu pasti sudah tahu bahwa Olivia sudah sadar. Coba tebak apa yang dilakukan Rehan selanjutnya?” Mata Rahmi berkilat penuh ejekan.

Dia mencondongkan tubuhnya ke depan berbisik di samping telinga Amora.

“Nggak lama lagi dia akan membuangmu,” desisnya.

“Liam sudah meninggal, Olivia berstatus janda. Yang paling bahagia di sini adalah Rehan.”

Amora mengepalkan tangannya dengan ekspresi tegar.

Rahmi menarik kepalanya dan menatap Amora dengan ekspresi pura-pura prihatin.

“Biar kuberitahu, Rehan sudah lama suka sama Olivia. Karena Liam, dia nggak bisa dapetin Olivia. Sekarang Liam sudah pergi, Rehan akan mengambil kesempatan dapatkan hati Olivia. Coba tebak, berapa lama lagi kamu akan jadi istrinya?” Dia menghela napas sambil melirik perut Amora.

“Dia nggak butuh kamu maupun anak di perutmu, apalagi seorang anak perempuan. Di hatinya cuma ada Olivia.” Dia melirik Amora, puas melihat wajahnya berubah pucat dan terpukul.

Dia memasang wajah pura-pura kasihan.

“Aku cuma sekadar suka sama Rehan. Tapi bagaimana dengan kamu, istrinya? Kamu nggak seperti Olivia yang punya keluarga kaya, kamu sebaliknya yatim piatu nggak punya siapa-siapa tempat untuk bergantung selain pada Rehan. Jika Rehan sampai ceraikan kamu demi Olivia, siapa yang bisa tanggung hidup kamu dan anakmu? Dengan anak perempuan yang kamu kandung, keluarga Dwipangga nggak mau nerima anak itu, apalagi Rehan.”

Amora tidak menjawab dan mengalihkan pandangannya dari Rahmi.

“Apa pun masalah aku, bukan urusan kamu. Silakan keluar dari kamarku,” katanya menunjuk pintu kamarnya.

Rahmi mencibir sinis dalam hati pada ketegaran yang diperlihatkan Amora. Dia mengambil tas pakaian di atas tempat tidur dan melirik Amora untuk terakhir kalinya.

“Olivia nggak sebaik yang kamu duga atau menganggap kamu sebagai temannya. Jika tidak, begitu bangun dari koma, bukannya suruh Rehan pulang pada istrinya, Olivia justru menahan suami kamu di sisinya untuk merawatnya. Dia menggunakan alasan depresi agar Rehan lebih kasihan sama dia.”

“Pikirkan sendiri, apa kamu masih percaya Olivia nggak bakal ambil suami kamu?”

Setelah mengatakan itu dia meninggalkan Amora di kamarnya dengan membawa tas berisi pakaian ganti Rehan.

Amora merosot duduk di pinggir tempat tidur.

Setiap kata-kata Rahmi terngiang-ngiang dalam kepalanya.

Dia ingin mempercayai Olivia. Tak peduli bagaimana Rehan menyukai Olivia, orang yang cintai temannya adalah Liam.

Dia mencengkeram dadanya yang sesak erat sambil menarik napas dalam-dalam mendongak ke atas menahan air mata yang tergenang di matanya.

 ‘Olivia nggak sebaik yang kamu duga atau menganggap kamu sebagai temannya. Jika tidak, begitu bangun dari koma, Olivia justru menahan suami kamu di sisinya untuk merawatnya bukannya suruh Rehan pulang pada istrinya. Dia menggunakan alasan depresi agar Rehan lebih kasihan sama dia.’

Kata-kata Rahmi dengan jahat terngiang-ngiang dalam kepalanya.

‘Pikirkan sendiri, apa kamu masih percaya Olivia nggak bakal ambil suami kamu’.

“Akh!”

Perutnya tiba-tiba sakit.

Amora memegang perutnya panik. Tangannya gemetar mengambil ponsel di atas meja. Dengan wajah pucat dia menekan nomor Rehan.

Dia menunggu selama beberapa saat panggilannya tidak terjawab. Dia memanggil nomor Rehan sekali lagi sambil menggigit bibir bawahnya.

“Ada apa?”

Amora gembira Rehan menjawab panggilannya.

“Re ... Rehan tolong .... perutku sangat sakit,” rintihnya.

“Aku takut ... anak kita—“

“Jika kamu sakit suruh Bibi bawa kamu ke rumah sakit. Aku sibuk!”

Panggilan berakhir.

Amora memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya. Perutnya sangat sakit, pada saat yang sama di sakit hatinya semakin membengkak.

“Bibi! Tolong!” Dia berteriak memanggil pembantu rumah.

Wajah Amora pucat. Di dengan rasa sakitnya, matanya yang buram oleh air mata memandang potret pernikahannya dengan Rehan di dinding kamar.

Air mata mengalir di pipinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kamu pantas dihina krn g bisa keluar dari jiwa miskin dan rebdah dirimu. jgn terlalu menagungkan cinta mu krn kamu dinikahi dg sebab teroaksa.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Kakak Iparku, Suamiku   Ghazam

    “Sayang? Udah bangun?"Amora yang baru saja akan membuka matanya dari tidur, sedikit terkejut dengan suara suaminya. Terdengar sangat serak dan dekat. Tatkala ia menoleh, senyum tampan suaminya menyambut dirinya.Giandra tertawa kecil. Laki-laki dewasa yang baru saja kembali dari kantin itu sedang menggendong sang buah hati. Tampaknya juga bayi lucu yang menurun dari ibunya sedang ikut tertidur juga. Terlihat dari mata kecil yang tertutup rapat. Dan bibir yang maju ."Kamu haus nggak?" tanya Giandra sembari berjalan ke arah box bayi dan menempatkan kembali putranya di sana. Kemudian berbalik dan duduk di sisi kanan ranjang rumah sakit istrinya. Rambut lepek di atas dahi ia usap lembut."Sedikit," jawab Amora dengan senyum manis. Senyumnya semakin sumringah ketika Giandra dengan cepat mengambilkan minum untuknya."Mau duduk dulu?" tawar Giandra yang di balas anggukan lemah dari Amora. Setelah mendudukkan diri, barulah Amora meminum air yang disodorkan oleh Giandra."Kamu mau pulang sek

  • Mantan Kakak Iparku, Suamiku   Trik Murahan

    Giandra benar-benar menjadi ayah dan suami siaga saat ini. Bahkan istrinya saja sampai bosan melihat wajahnya dan berulang kali meminta agar dokter tersebut pergi.“Ini jam istirahat, lebih baik kamu makan siang,” bujuk Amora yang khawatir dengan kesehatan suaminya.“Aku ingin bersama anak kita dulu,” jawabnya.Laki-laki itu menggendong sang buah hati dan memainkan pipi Ghazam yang masih merah. Ia benar-benar dibuat gemas dengan bayi mungil tersebut.Saat tengah menggendong tiba-tiba bayi itu menangis dan membuat Giandra panik bukan main. Amora yang reaksi suaminya lantas tertawa pelan.“Ghazam, lapar, ya?” tanya Giandra seraya menyerahkan bayi tersebut ke Amora.“Makan siang, lalu ke sini kalau sudah tidak ada pasien lagi,” ujar Amora dan dengan terpaksa akhirnya Giandra setuju. Sebelum makan siang Giandra menyempatkan diri mencium kening istrinya terlebih dahulu, lalu pergi.Giandra tampak seperti orang sinting saat ini karena suasana hatinya benar-benar baik. Ia menyapa beberapa pe

  • Mantan Kakak Iparku, Suamiku   Kelahiran sang Buah Hati

    Setelah perceraian Rehan dan Olivia, Giandra dan Amora akhirnya memutuskan meninggalkan keluarga Dwipangga. Awalnya keluarga Dwipangga tidak setuju dan dia bertengkar hebat dengan Sofia. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Giandra. Dia membawa Amora kembali ke Singapura meninggalkan semuanya di Indonesia.Beberapa bulan kemudian.Amora menahan keluh saat kakinya mulai sakit. Ia tetap kelihatan kuat walau kakinya pegal luar biasa, lagi pula ini adalah salahnya yang ingin berbelanja di saat umur kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Giandra yang sepertinya paham dengan keadaan istrinya tersebut.“Tidak apa-apa, Giandra,” jawabnya dengan tersenyum manis.Laki-laki tampan tersebut menghela nafas berat, ia berjalan cepat hingga membuat Amora terkejut karena wanita itu tidak dapat mengikutinya, tapi tidak lama Giandra kembali dengan membawa kursi plastik.“Duduk dulu,” kata Giandra dan Amora menurut. Laki-laki tersebut berjongkok di de

  • Mantan Kakak Iparku, Suamiku   Kebenaran Randika

    Akhirnya proses perceraian Olivia dengan Rehan berjalan lancar. Tampaknya tidak ada yang merasa sedih atau berat hati jika keduanya berpisah. Sofia malah tampak senang. Jelas saja, karena wanita itu memang sudah lama ingin agar Rehan bercerai dengan Olivia. Sisanya tidak ada yang berkomentar sama sekali.Sementara Oliver yang masih tidak paham kalau kedua orang tuanya sudah bercerai juga santai-santai saja ketika melihat Olivia pergi meninggalkan mansion sambil menyeret dua buah koper. Sepertinya faktor terbiasa ditinggal pergi oleh Olivia membuat anak itu berpikir kalau ibunya pergi dalam rangka melakukan liburan, bukan karena telah berpisah dengan ayah sambungnya.Setelah menanda tangani surat perceraian itu, Rehan tidak pulang semalaman dan baru pulang esok harinya setelah menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan di bar. Ia mabuk bukan karena sedih akan bercerai dengan Olivia, tentu ia juga akan dengan senang hati menceraikan wanita itu jika saja tak ada Oliver yang membuat pria itu

  • Mantan Kakak Iparku, Suamiku   Kecurigaan Olivia

    Olivia masih yakin kalau suaminya itu sedang bersama dengan Anna. Tentu pemikiran ini muncul karena dia merasa Rehan sedang membalas dendam karena dirinya yang tidak pulang beberapa hari guna menghabiskan waktu bersama Randika, dan tentu saja pria itu tidak akan sudi jika hanya berdiam diri di rumah saja dan menunggu kepulangannya. Jadi, memang lebih masuk akal jika Rehan menghabiskan waktunya di luar bersama dengan wanita lain, dan tentu wanita itu adalah Anna. Memang siapa lagi wanita yang saat ini sedang dekat dengan Rehan?Lagi pula, sejak kepulangannya, tidak hanya Rehan yang tak tampak, Anna juga tidak datang ke mansion ini. Sesuatu yang patut dicurigai oleh Olivia.Ketika sarapan tadi pagi pun yang hadir di meja makan hanya Olivia dan kedua mertuanya. Amora dan Giandra absen hadir di meja makan karena alasan kesehatan Amora yang sedang tidak bagus. Wanita itu kembali mengalami mual yang hebat dan membuat Giandra jadi mengambil cuti guna merawat istrinya yang tengah hamil muda i

  • Mantan Kakak Iparku, Suamiku   Konflik Anna dan Olivia

    Setelah menunggu semalaman sampai pagi tiba, Olivia tidak juga mendapati Rehan berada di mansion ini. Ia curiga kalau pria itu sengaja tidak pulang untuk menghindarinya. Atau bisa saja pria itu memang pergi untuk bersenang-senang dengan wanita lain.“Apa dia menghabiskan waktu dengan dokter itu dan saking senangnya dia sampai tidak berniat pulang lagi? Atau jangan-jangan mereka sudah merencanakan pernikahan?” tanya Olivia kepada diri sendiri.Wajar jika Olivia berpikir begitu, karena malam ketika Anna berpamitan kepada keluarga Dwipangga ini Olivia tidak berada di rumah, wanita itu begitu sibuk menghabiskan waktunya di tempat tinggal Randika. Berada di rumah dengan kehadiran Anna sesekali ke rumah itu, terlebih saat Giandra masih sakit dan cuti bekerja membuat Olivia jadi gerah.Dia beralasan ingin menjenguk Giandra, tapi tujuannya tentu saja untuk mencuri-curi waktu bersama Rehan dan mengambil hati wanita tua itu yang ingin sekali menjadikannya menantu, batin Olivia jika teringat bag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status