Rehan mengirimkan seorang sopir dan juga mobil untuk menjemput istrinya Olivia. Walaupun Olivia sebenarnya bisa mengendarai mobil sendiri dan pergi ke rumah sakit tempat di mana dirinya dan Oliver berada.Tapi waktu yang sudah cukup malam, dan kepadatan lalu lintas saat ini membuat Rehan khawatir jika harus membiarkan istrinya itu menyopir sendirian di tengah kepanikannya terhadap kondisi Oliver saat ini.Setelah menelepon seorang sopir untuk menjemput sang istri, Rehan kemudian kembali fokus pada kondisi Oliver. Balita itu sepertinya baik-baik saja saat ini dan cukup tenang.Bisa dilihat Jika dia masih sibuk bermain dengan mainan yang sempat diberikan oleh Rehan sebelumnya kepada Oliver untuk menenangkannya selama menjalani pemeriksaan.“Tuan Rehan, Mari ikut kami. Adik Oliver akan segera kami antar ke ruang perawatan.” Seorang perawat kemudian mendekati Rehan dan memberitahukan hal tersebut pada pria itu.Rehan hanya menganggukkan kepala dan mengikuti langkah kaki dari si perawat te
“Baiklah, kita sudah sampai di ruangan. Jika perlu apa-apa, Anda bisa menekan bel yang ada di samping ranjang pasien. Apa ada yang masih mau ditanyakan lagi Tuan?” tanya si perawat itu kemudian.“Oh tidak… tidak perlu. Terima kasih untuk semuanya. Nanti saya akan menekan bel jika memang butuh sesuatu. Sekali lagi terima kasih.” Setelah mengatakan hal tersebut, si perawat kemudian keluar dari ruang rawat inap Oliver dan meninggalkan Oliver berdua hanya dengan Rehan saja.Sementara itu, di rumahnya kini Olivia sibuk dengan berbagai keperluan yang akan dia bawa untuk ke rumah sakit.Terlebih keperluan dari putranya, Oliver. Dia memang sempat kesal dengan Rehan, sang suami yang dia anggap sangat ceroboh karena telah membiarkan anaknya sampai mendapatkan bahaya seperti ini. Namun demikian, setelah mendapatkan kabar bahwa anaknya baik – baik saja dan Rehan juga dengan sangat b bertanggung jawab langsung membawa Oliver untuk ke rumah sakit dan memastikan bahwa putra mereka bisa mendapatkan
Giandra yang masih kepikiran dengan kondisi dari Amora, kemudian berusaha untuk menghubungi gadis itu dan menanyakan seperti apa kabarnya saat ini.Tapi sayangnya, Amora sama sekali tidak menggubris telepon Giandra tersebut. Bahkan gadis itu mengabaikan pesan yang dikirimkan oleh Giandra kepada dirinya.Sudah berpuluh pesan yang dikirimkan oleh pria tersebut kepada Amora, tapi tidak ada satu pun yang dibaca ataupun direspons oleh gadis itu. Membuat Giandra jadi semakin khawatir dan terpikirkan dengan keadaan Amora Saat ini. Apalagi pertemuan antara Amora dengan Rehan yang terjadi secara tidak sengaja, bukanlah pertemuan yang baik. Rehan secara jelas mengatakan dan menunjukkan kebenciannya terhadap Amora. Dan Giandra yakin, sedikit banyak, Amora pasti kemarahan dan kekesalan setelah pertemuannya dengan Rehan hari ini."Kamu benar-benar membuat aku sama sekali tidak bisa hidup dengan tenang. Selalu saja aku terpikirkan dengan dirimu. Mengkhawatirkan kamu. Dan bahkan membayangkan kamu.
Bagaimana Giandra bisa tahu? Karena ada perawat yang memberitahukan kepadanya bahwa sang keponakan sudah dimasukkan ke dalam ruang perawatan sesuai dengan instruksi darinya.Yang menyebalkan adalah, ketika perawat tersebut mengatakan jika Oliver adalah keponakan dari Giandra.Sementara Giandra sendiri merasa bahwa Rehan saja sudah bukan menjadi adiknya. Apalagi Oliver, yang bukan sama sekali darah daging dari Rehan.Melainkan anak dari Olivia, yang sedang hamil ketika dia dinikahi oleh Rehan saat itu.Tapi sepertinya Olivia tidak mengenali dirinya. Hal itu terlihat dari ekspresi wajah wanita tersebut, yang terlihat biasa saja saat berpapasan dengan Giandra. Wajar sebenarnya, karena memang mereka belum pernah bertemu secara langsung satu kali pun. Giandra sendiri hanya sempat mendengar soal rumor yang mengatakan bahwa Olivia telah hamil lebih dulu sebelum menikah dengan Rehan.Oh sial, sekali lagi langkah Giandra harus tertahan, karena berurusan dengan keluarga Dwipangga. Padahal dia
Dia bahkan tidak peduli lagi, jika sampai besok pagi dia harus terlambat masuk ke rumah sakit dan mendapat omelan dari dokter Giandra.Di tempat lainnya, Giandra sudah memacu mobilnya untuk menuju ke apartemen milik Amora. Sepanjang perjalanan menuju apartemen gadis itu, dokter muda tersebut harus terus mencoba untuk menghubungi Amora. Yang terus-menerus juga tidak berhasil.Semua telepon yang masuk ke dalam ponsel Gadis itu, hanya dijawab oleh operator. Dan pesan yang dikirimkan oleh Giandra juga tidak dibalas satu pun Sampai detik ini. Rasanya Giandra sangat frustrasi melihat Apa yang dilakukan oleh Amora.Begitu sampai ke gedung apartemen milik Amora, Diandra sudah tidak membawa waktu lagi.Dia langsung naik ke lantai tempat apartemen Amora berada dan menekan bel pintunya berulang kali. Sayangnya, sama sekali tidak ada respons dari Amora yang dia temukan. Rumah itu seolah kosong dan tak berpenghuni. Kemudian Giandra kembali mencoba untuk menghubungi Amora melalui ponselnya. Yang
Terlihat ada beberapa orang yang menjaga pintu di bagian depan bar tersebut, untuk memeriksa identitas para tamu yang datang dan memasuki bar tersebut. Untuk memastikan saja, dokter muda itu kemudian mendekati petugas yang menjaga pintu masuk bar itu, untuk kemudian menunjukkan foto dari Amora dan menanyakan apakah gadis itu memang ada di dalam Bar tersebut atau tidak.Hal ini dirasakan Giandra jauh lebih efektif, dibandingkan harus dirinya sendiri yang langsung masuk ke dalam bar dan mencari keberadaan seorang Amora. Ukuran dan luas dari bar itu yang cukup besar. Menjadi alasan kenapa Giandra akhirnya memutuskan hal tersebut. Dan benar saja, ketika dia akhirnya bertanya kepada petugas tersebut. Rupanya si petugas mengenali gadis yang ada di dalam foto yang ditunjukkan oleh Giandra.Dia bisa ingat hal itu, karena gadis tersebut memiliki penampilan yang sangat berbeda dari pengunjung bar lainnya."Permisi. Maaf aku mengganggu waktu kalian bekerja tapi kalau aku boleh minta bantuan, a
Di dalam bar itu rupanya sangat ramai dan penuh sesak oleh pengunjung dari berbagai profesi, kalangan, dan juga umur. Bahkan dari berbagai negara pun ada sepertinya. Terkenalnya bar tersebut dan letaknya yang memang berada di tengah pusat kota, membuat bar tersebut lebih mudah dijangkau oleh banyak pengunjung dari berbagai tempat.Terutama jika mereka adalah turis asing yang memang tidak terlalu mengerti jalan-jalan di Singapura seperti biasanya. Yang mana mereka akan lebih cenderung untuk mencari sebuah lokasi bar yang terdekat dengan hotel tempat mereka menginap.Tak butuh waktu lama juga sebenarnya, untuk Giandra bisa menemukan sosok Amora di tengah kebisingan dan lampu yang begitu kelap-kelip di dalam bar tersebut.Suara dentuman musik yang begitu keras dan terdengar sangat memekakkan telinga, membuat Giandra rasanya ingin sekali segera pergi dari lokasi ini dengan membawa Amora kembali ke apartemennya.Dia pun mendekati Amora yang masih terlihat minum-minum dan sudah cukup mabuk
Rehan lupa kalau dia harusnya tidak menceritakan bagian itu kepada sang istri.Harusnya dia bilang saja bahwa dirinyalah yang sudah mencoba menyelamatkan Oliver dari kecelakaan tersebut. Kenapa tadi tidak terpikirkan ya, ide itu di kepalanya? Sekarang jadi dia harus bingung dan memutar otak lagi untuk berbohong kepada Olivia dan menutupi keberadaan Amora yang merupakan orang sebenarnya yang telah menyelamatkan nyawa Oliver dari kecelakaan."Orang itu sudah aku berikan imbalan. Kebetulan kondisinya jauh lebih baik daripada kondisi Oliver. Dan dia langsung pergi setelah dia menyelamatkan Oliver. Jadi aku tidak sempat untuk mengenalkannya padamu. Tapi aku sudah berucap Terima kasih padanya kok." Rehan memberikan alasan yang dia buat sendiri."Kamu yakin? Kalau dia memang menyelamatkan anak kita, Seharusnya kamu tidak hanya memberikan dia uang. Tapi juga memberikan dia imbalan yang lebih. Karena nyawa itu harganya jauh lebih berharga dari apa pun. Apalagi kalau dia sampai bisa menyelamat