Share

Bab 3

Author: Queen Tere
last update Last Updated: 2024-12-20 22:14:57

“Lala, kalau truk sampah datang, buang semua barang ini!” kata Evora pada Lala yang membantunya membawa barang ke luar.

“Baik, Nona.”

Evora melirik jam di tangannya. Lima belas menit lagi ia harus masuk kantor. Ia pun segera kembali ke dalam untuk bersiap.

Di ruang tamu, Meyla dan Lizi sibuk menata undangan. Mereka menghentikan Evora yang hendak pergi.

“Evora, ini gaunmu.” Lizi menyerahkan sebuah gaun untuk acara pertunangan nanti.

Evora menatap gaun itu dengan enggan, tapi ia teringat perkataan ayahnya tadi malam. 

‘Evora, jika kamu masih mau dianggap sebagai bagian keluarga Mordie, maka terima semua ini dan jangan protes!’

Jemarinya mengepal sebelum akhirnya mengambilnya.

Lalu ia berkata kepada Lala yang baru kembali dari luar. “Tolong taruh gaun ini di atas nakas.”

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Evora pun pergi.

•••

Sepulang dari kantor, Evora tidak langsung pulang. Ia masuk ke bar, tempat yang tak pernah terlintas dalam pikirannya sebelumnya.

“Aku ingin memesan sebotol wine.”

Usai memesan, Evora langsung menuju sudut yang sepi dan menunggu. Begitu botol wine datang, ia menatapnya lama, lalu menuangnya dengan tangan gemetar.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tidak ada yang mengingatnya. Semuanya sibuk mempersiapkan pertunangan Lizi.

Ponsel Evora bergetar di meja. Sebuah notifikasi muncul.

[Undangan Pertunangan: Lizi Mordie & Vernon Roys]

Jemarinya tanpa sadar menyentuh layar.

"Dengan penuh kebahagiaan, keluarga Mordie dan keluarga Roys mengundang Anda untuk merayakan pertunangan putri kami, Lizi Mordie, dengan putra keluarga Roys, Vernon Roys. Acara akan diselenggarakan pada 28 Maret.”

Komentar dan ucapan selamat membanjiri undangan itu.

Pandangannya menatap layar dengan kosong. Sebentar lagi, Vernon akan menjadi tunangan kakaknya.

Jemarinya bergerak cepat, menutup media sosialnya. Tak ingin melihat lebih banyak.

Dengan satu tarikan napas, ia meneguk wine di gelasnya hingga tandas. Rasa pahit wine menggores tenggorokannya, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kepahitan yang menyelimuti hatinya.

“Selamat ulang tahun, Evora,” gumamnya. Nyaris tenggelam di antara riuhnya suasana bar.

•••

Entah sudah berapa lama Evora berdiam diri seraya meminum wine. Botol wine-nya sudah hampir kosong. Kepalanya mulai terasa berat.

“Nona cantik, kenapa kau sendirian saja?” Seorang pria mendekat dan duduk di kursi sebelah Evora.

“Dia tega… aku membencinya,” gumam Evora, matanya berkaca. 

Jemari pria di sebelahnya mulai merayap ke pinggang. “Kau mabuk, Sayang. Aku bisa menemanimu malam ini.”

Evora menggeliat, mendorongnya dengan lemah. “Jangan sentuh aku….”

Pria itu terkekeh, tangannya mencengkram pergelangan Evora. "Aku tahu kau butuh seseorang malam ini."

“Lepaskan aku! Aku nggak mau kamu sentuh!!” Evora berusaha melepas rangkulan pria itu.

“Bagaimana kalau kita ke kamar saja?” Sorot mata pria itu seolah sudah tak sabar. Ia berusaha mengangkat Evora, menyeretnya menuju kamar di dalam bar.

“Kau mau membawaku ke mana? Aku nggak mau!” Evora memberontak dan mengira bahwa pria itu adalah Vernon.

“Berhenti! Jangan sentuh gadis itu!” Terdengar suara tegas dari Fasco yang entah sejak kapan berada di depan mereka. 

“Kamu siapanya? Nggak usah ikut campur.” Pria yang ingin membawa Evora berucap dengan nada menantang.

“Aku kekasihnya.”

“Oh, ya? Gadis ini baru saja patah hati, berarti itu karena kau, ya?!”

Fasco menggulung lengan kemejanya lalu berjalan mendekat. Ia masih berbaik hati ketika mencoba melepaskan rangkulan pria itu.

“Sudah kubilang jangan ikut campur!” 

Tinju pria itu melesat ke arah Fasco—namun dengan gesit, Fasco menangkisnya, lalu melayangkan pukulan telak ke rahangnya. Pria itu terhuyung, sebelum Fasco mencengkeram kerahnya dan membantingnya ke meja.

Orang-orang di bar mulai bersorak, sebagian menjauh untuk menghindari kekacauan.

Tak lama, dua security datang. Ketika mereka melihat Fasco, mereka terkejut. Fasco menendang pria itu sampai tersungkur lalu memberi kode kepada dua security itu untuk membawanya keluar.

Setelah situasi kondusif, Fasco menatap Evora yang tak berdaya dengan kepala berbaring di atas meja. “Aku benci kau, Vernon!” Mulut Evora tak berhenti mengucapkan kata-kata itu.

Tatapan Fasco meredup. Ia mendekati Evora dan memeriksanya. Rupanya Evora benar-benar sudah mabuk.

Ia pun menelepon seseorang. “Siapkan mobil sekarang juga!”

Fasco menghela napas. Dia bahkan nggak kenal siapa gadis ini. Tapi entah kenapa, dia nggak bisa pergi begitu saja.

Setelah memastikan gadis ini aman, tak ada alasan baginya untuk tinggal lebih lama. Ia bukan tipe pria yang mencampuri urusan orang lain, apalagi seorang wanita asing yang mabuk di bar.

Tapi rintihan Evora membuatnya tak tega. Bagaimana kalau ada pria-pria lain yang akan memanfaatkan kesempatan ini?

Ia menatap gadis itu sekali lagi.

Akhirnya, ia memutuskan untuk menolongnya. 

Ia pun menggendong Evora ala bridal style dan membawanya keluar dari bar.

Tiba-tiba, tubuh Evora bergerak. Tangannya terangkat, mengalung erat ke leher Fasco. “Jangan tinggalkan aku….”

Fasco terdiam sejenak, merasakan napas gadis itu yang hangat di bahunya. Ia pun memilih tidak melepaskannya.

Di luar bar, asisten Fasco menatap bosnya dengan bingung. Sejak kapan bosnya senang membawa wanita dari bar seperti ini?

“Kita kembali ke apartemen!” titah Fasco tak terbantahkan. 

“Baik, Tuan.”

Fasco mendudukkan Evora di kursi belakang. Ia hendak melepaskan genggaman Evora, tapi jemari gadis itu semakin mengerat.

“Jangan pergi….” Suaranya kecil, nyaris seperti bisikan. Tapi cukup untuk membuat Fasco terdiam, sebelum akhirnya masuk dan duduk di sampingnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 46

    Kelas telah selesai. Semua mahasiswa sudah keluar kelas, menyisakan Evora yang sedang membereskan tasnya. Evora pun membawa tasnya dan hendak keluar dari kelas.Namun, saat langkahnya belum sampai di pintu, terdengar suara maskulin yang memanggil namanya, “Evora.”Gadis itu berbalik, dan seketika bertatapan dengan Marson. Jantung Evora berdebar, rasa was-was mulai melingkupinya.“Ada yang ingin saya bicarakan denganmu,” ucap Marson, suaranya tenang. Ia membenarkan letak kacamatanya, bibirnya membentuk senyum tipis, lalu berjalan menghampiri Evora.Mendadak Evora merasakan canggung. Ia seakan ingin berlari keluar dari kelas ini. Namun, kakinya terpaku di tempat hingga Marson akhirnya berhenti di depannya.“A-Ada apa, Tu-Tuan Marson?” tanya Evora dengan gugup. Matanya sedikit menghindari tatapan Marson.Marson mengulurkan tangan, senyum di wajahnya belum pudar. “Maaf,” ucapnya.Evora terkejut. Alisnya sedikit terangkat. “Ma-maaf untuk?”“Maaf sudah membuatmu tidak nyaman dengan perjodoh

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 45

    Di depan gedung Perusahaan Mordie, para wartawan berjejer dengan mic dan kamera mereka. Ada tali sebagai batas antara mereka dengan Lizi. Wanita itu memakai gaun putih di bawah lutut dan selendang tipis. Ia ditunjuk untuk menghadapi para wartawan atas berita kematian Carla. Dengan suara lirih, Lizi berkata, “Nenek saya berpulang karena penyakit yang dideritanya. Beliau telah berjuang melawan penyakit stroke-nya selama bertahun-tahun. Saya tahu Nenek adalah orang yang kuat, tapi Tuhan lebih sayang kepadanya.”Di apartemen Grace, Evora menonton siaran langsung itu di layar laptop seraya menyuapkan potongan kue ke mulutnya. Wajahnya sangat datar, namun sorot matanya menyimpan kekosongan dan sedikit rasa muak.“Dia pintar bersandiwara,” ucap Grace yang ikut menonton, decakan kesal terdengar dari bibirnya.“Selama ini, kami sekeluarga telah merawat Nenek sebaik mungkin karena jasa-jasanya kepada keluarga dan perusahaan sejak dulu. Berita ini tentunya membuat saya dan keluarga saya terpuku

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 44

    “Nenek!” Tubuh Evora luruh di samping jenazah neneknya yang ada di atas brankar rumah sakit. Tangannya bergetar saat membuka kain putih yang menutupi wajah neneknya.“Kenapa Nenek tinggalin aku secepat ini?” Air mata Evora mengalir dengan deras, membasahi wajah neneknya yang sudah kaku. Hatinya teriris ketika melihat wajah pucat neneknya yang sudah tak bernyawa.Di belakangnya, Fasco menatap itu dalam diam. “Evora….” Grace yang berada di sampingnya langsung merengkuh tubuh Evora. “Kuatkan dirimu, aku tahu ini nggak mudah,” ucapnya pelan.Tiba-tiba, terdengar beberapa langkah kaki masuk ke dalam ruangan. Roldie dan Meyla berdiri di ambang pintu, menatap Evora yang masih tersedu di sisi brankar. Wajah Meyla datar, tanpa ekspresi kesedihan yang kentara.Meyla lalu berucap kepada suster yang ada di sana, “Suster, tolong segera siapkan segalanya untuk pemakaman mertua saya. Kami ingin Mama dimakamkan hari ini juga.”“Ibu!” Evora yang mendengarnya lantas menoleh ke belakang. “Apa Ibu nggak

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 43

    Evora berjalan di karpet merah dengan cepat, menghindari para wartawan. Di kedua sisi karpet sudah ada petugas yang berjaga, namun gerombolan wartawan itu tetap menyodorkan mic ke arah Evora seraya melontarkan berbagai pertanyaan yang beruntun.“Nona Evora, kenapa Anda tertarik mengawali karier sebagai model?”“Apa Nona Evora ingin mengikuti jejak kakak Anda yaitu Nona Lizi?”“Nona Evora, bagaimana tanggapan Anda tentang rumor-rumor yang beredar tentang kedekatan Anda dengan seorang pria?”Evora merasa kewalahan, kepalanya pusing oleh kilatan kamera dan suara riuh pertanyaan. Ia berusaha menembus kerumunan, namun langkahnya terhenti. Tiba-tiba, sebuah tangan kokoh menggenggam jemarinya. Ketika Evora menoleh, rupanya itu Fasco. Belum sempat Evora berkata apa-apa, Fasco menggandengnya, menariknya cepat melewati karpet merah hingga mereka tiba di aula hotel.Di dalam, para tamu berkumpul dengan para relasinya masing-masing. Evora mendadak merasa gugup. Namun, entah mengapa ia merasa tena

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 42

    “Lebih geser ke kanan sedikit!” Photographer mengarahkan Evora yang tengah menjalani photoshoot dengan seorang model laki-laki. “Oke, sudah pas.”“Sekarang, coba berpose saling berhadapan! Tangan kalian berdua memegang satu produk.”Dengan profesional, Evora lantas menghadap model laki-laki di sampingnya. Tangannya dan tangan model itu menggenggam sebuah produk yang sama.Setelah beberapa shoot, akhirnya sesi photoshoot selesai. Evora segera berganti pakaian dan hendak meninggalkan tempat photoshoot. Pram sudah menunggunya di villa, jadi Evora tidak ingin membuatnya menunggu lebih lama.“Tunggu, Evora!” Seorang manajer agensi model menghampiri Evora dengan senyum lebar. “Ini untuk kerja kerasmu.” Ia memberikan sebuah amplop tebal. “Di dalamnya ada cek senilai dua ratus juta sebagai bayaran awal. Untuk royalti dari majalahnya, itu akan menyusul setelah publikasi, tentu saja kalau produknya laku keras.”Evora menerimanya dengan senyum bahagia. “Terima kasih banyak, Pak!”Setelah itu, Ev

  • Mantan Kekasihku Adalah Tunangan Kakakku    Bab 41

    Setelah ke toko perhiasan, Evora pergi ke toko jam. Ia selalu ingat bahwa ayahnya sangat suka mengoleksi jam apapun jenisnya, terutama jam yang memiliki nilai tinggi atau antik. Maka dari itu, Evora ingin membelikan sebuah jam mahal dari brand kelas dunia untuk ayahnya.“Untuk jam berlapis emas murni dan dihiasi beberapa permata asli, telah dibuat sejak satu dekade lalu. Harganya lima ratus juta rupiah.”Evora kembali mengeluarkan kartu debitnya. Sebuah jam tangan mewah nan antik sudah ada di tangannya. Setelah selesai membeli hadiah, ia dan Grace pergi ke apartemen Grace.“Gila, kamu menghabiskan banyak uang hari ini!” seru Grace ketika mereka sudah sampai di apartemen.“Lumayan, tapi aku cukup senang,” sahut Evora.“Kalau begitu, malam ini kita karaoke sampai pagi!” Grace tertawa bersama Evora. Mereka lalu memasuki unit apartemen Grace. Di ruang tamu, Fasco sedang membaca buku di sofa. Pria itu mengalihkan pandangannya sekilas lalu lanjut membaca buku.“Letakkan bukumu, Fasco. Apa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status