Share

Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.
Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.
Author: Na_Vya

Tamu tak terduga~

"Hmm ... Babe." Desahan lolos dari mulut perempuan yang sudah tidak tahan lagi dengan terjangan dari segala puncak klimaksnya malam ini. Seluruh tubuhnya menegang lalu bergetar hebat saat hujaman semakin cepat. "Darwin ...."

"Ran ...." Sang lelaki pun tak lama menyusul dan mencapai puncak klimaksnya dengan rasa puas bukan main. "Kamu selalu hebat, Ran," pujinya seraya mengecup singkat bibir wanitanya yang masih terengah-engah.

"Kamu juga. Gak ada tandingannya pokoknya." Perempuan bernama Rania itu balas memuji sang kekasih yang merupakan adik iparnya sendiri. Dia mengusap dada bidang di hadapan dengan tatapan memuja.

Darwin adalah pria yang sangat sempurna. Dari segi fisik, rupa, hingga materi. Karenanya, Rania rela membuka lebar-lebar pahanya untuk suami adik tirinya sendiri. Dia pun tak perlu susah payah merayu pria satu ini sebab Darwin memang terkenal sebagai petualang yang handal.

"Masa?" Darwin bangkit, setelah melepas penyatuannya dengan Rania, kemudian terlentang di samping kakak tiri dari istrinya.

Rania mengganti posisi jadi menyamping lalu meletakkan kepalanya di atas dada Darwin. Telunjuknya bermain-main di sana sambil berkata, "Kamu gak percaya kalo kamu memang gak ada tandingannya?"

"Percaya," sahut Darwin lalu merengkuh tubuh Rania dengan lengannya. "Kalo gak percaya, mana mungkin aku lebih milih kamu daripada pulang cepet." Kecupan dia berikan di kening Rania.

Tangan Rania melingkar di perut Darwin yang keras dan padat. "Kamu memang gila! Harusnya kamu, tuh, sama Selena lagi dinner romantis di restoran mahal. Eh, ini malah asyik di sini sama aku." Rania terkekeh puas karena Darwin lebih mementingkan dirinya ketimbang istrinya. Jelas-jelas malam ini adalah hari jadi pernikahan lelaki itu.

Darwin mendengkus, ketika Rania menyindir soal Selena. "Enakan di sini sama kamu," cicitnya santai tanpa merasa bersalah sama sekali. Padahal, sebelum berangkat kerja pagi tadi, istrinya yang lugu dan polos itu sudah berkali-kali mewanti-wanti agar dia pulang cepat malam ini.

Namun, Rania memintanya untuk datang ke tempat ini. Darwin tentu tidak bisa menolak ajakan kakak iparnya yang sangat menggoda dan menggairahkan setiap kali mereka bercinta. Mengacuhkan permintaan Selena demi mereguk kepuasan bersama perempuan lain.

"Pasti dia lagi nungguin kamu." Rania tak berhenti menyinggung soal Selena.

"Biarin. Aku lagi males sama dia." Tatapan Darwin menerawang pada langit-langit kamar. "Gara-gara dia aku jadi harus nikah cepet," keluhnya, saat mengingat bagaimana Daddy-nya tiba-tiba memaksanya untuk menikahi seorang gadis.

"Kenapa gak kamu tolak aja waktu itu?"

Darwin mengerjap seraya menghela napas panjang. "Daddy ngancem bakal ngusir aku dari perusahaan kalo aku nolak nikah sama Selena."

"Aku juga bingung. Kenapa papaku malah jodohin dia sama kamu. Padahal aku yang paling tua. Bukannya seharusnya aku, ya, yang nikah duluan?" Bibir Rania mencebik kesal, hingga sekarang dia masih belum terima karena almarhum papanya malah menikahkan Selena lebih dulu.

Gerutuan Rania membuat Darwin seketika mengalihkan pandangannya. Dia sebenarnya juga berpikir sama. Kenapa dia dinikahkan dengan Selena bukannya dengan Rania yang jauh lebih seksi dan menggoda.

"Walaupun aku nikah sama adik kamu, tapi aku tetep milih kamu, Ran. Natasya itu jauh kalo dibandingin sama kamu. Dia itu terlalu monoton dan kaku. Gak kayak kamu. Liar dan ngangenin." Darwin berbisik serak di telinga Rania lalu menggigitnya kecil. Dia lantas memiringkan tubuhnya, sampai bisa menatap wajah Rania yang cantik sepuasnya.

"Gombal banget, sih!" Rania mencubit perut Darwin dan lelaki itu seketika mengaduh. "Pulang sana. Nanti kalo daddy-mu tau, bisa kacau semuanya." Rania mendorong dada Darwin yang hendak menempel di dadanya yang polos.

"Daddy gak akan tau. Dia 'kan lagi di Singapur. Pulangnya juga baru besok." Darwin menahan punggung Rania supaya tidak bergerak. "Gimana kalo satu ronde lagi? Aku masih kangen sama kamu." Bibir Darwin langsung memagut bibir Rania tanpa aba-aba, melumatnya rakus dan terburu-buru.

Dan pada akhirnya, Rania pun pasrah saat Darwin menawarkan kenikmatan itu lagi. Dia sendiri telah terlanjur jatuh hati pada sosok tampan ini. Tak peduli bila yang dilakukannya adalah hal yang sangat menyakitkan bagi sang adik.

Di satu sisi seseorang yang menunggu dengan setia justru sampai ketiduran di meja makan. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi sosok suami yang dia tunggu-tunggu kepulangannya tak kunjung datang.

Selena terperanjat saat ponselnya berdering. "Astaga, aku ketiduran." Terhenyak sesaat, lalu melirik jam dinding. "Jam sepuluh?" Fokusnya kembali pada ponsel yang terus berdering. "Mami?"

Tahu yang menelepon adalah ibu mertua, Selena lekas menjawabnya. "Halo, Mom?"

"Darwin ada di rumah, gak? Kok, hapenya mami telepon gak aktif." Suara mami terdengar cemas dari seberang sana.

"Mas Darwin belum pulang, Mom." Tak khayal Selena pun ikut merasa cemas karena ternyata ponsel sang suami tidak aktif.

"Ya udah. Mungkin hapenya lowbat. Teleponnya udah dulu. Daa ...."

"Daa, Mom." Selena menghela kecewa, dia pikir ibu mertuanya menelepon untuk mengucapkan selamat, ternyata hanya menanyakan keberadaan anak laki-lakinya.

Meletakkan ponsel di meja, lalu menatap nanar menu makan malam yang sengaja dia masak sendiri. Masakan lezat itu pasti sudah dingin, pikirnya. Jangan lupa, ada kue tart sederhana pula yang bertengger manis di sana, dengan lilin angka satu yang menancap di atasnya. Berharap, dia bisa meniupnya bersama dengan Darwin.

"Kuenya ..." Sepasang manik Selena seketika memanas, karena butuh perjuangan untuk membuat kue tersebut.

Sudah seringkali Darwin mengecewakannya seperti ini. Tak lebih dari satu kali pula, suaminya itu bahkan jarang pulang ke rumah. Kehadirannya di rumah ini seakan-akan tidak diinginkan. Selena mengira jika lambat laun dia bisa memiliki hati suaminya.

Namun nyatanya, Darwin tak pernah menganggapnya sebagai istri. "Aku padahal tadi udah bilang sama dia buat minta pulang cepet. Tapi mana? Dia belum pulang sampe sekarang." Air mata kembali luruh di pipi mulus Selena. "Pernikahan macam apa ini? Aku seolah tidak dihargai sebagai istri."

Menikah muda juga bukan keinginan Selena. Apalagi hidup selamanya bersama pria yang baru dikenalnya. Dia bahkan sampai rela menghentikan pendidikannya demi mewujudkan baktinya pada sang ayah yang telah tiada. Sejak menikah, Selena juga sudah berusaha untuk menerima kenyataan tersebut. Dia terus belajar menjadi istri yang baik dan berusaha menyenangkan hati Darwin.

"Apa mungkin aku masih kurang menarik di matanya? Astaga …." Kedua telapak tangan Selena mengusap wajah yang basah karena air mata. Rasa-rasanya semenjak menikah dia malah jadi sering menangis. Kebebasannya seolah terenggut paksa.

Suara pintu terbuka membuat Selena sontak terperanjat. "Itu kayaknya Mas Darwin."

Selena lekas meraih tisu untuk menghapus jejak basah di wajah, kemudian meneliti riasan yang tidak terlalu berantakan di layar ponsel. "Gak keliatan kalo abis nangis 'kan?" Dia memiringkan wajahnya ke kanan dan kiri. Takut apabila riasannya luntur dan Darwin pasti akan marah.

Suara langkah sepatu semakin terdengar mendekat. Selena pun bergegas beranjak dari duduknya, kemudian merapikan rambut serta dress dengan bahu terbuka dan berbelahan dada sangat rendah—menonjolkan isinya yang putih mulus dan berisi. Warna maroon begitu kontras dengan warna kulit Natasya.

Belum sempat Selena selesai merapikan diri, sosok yang baru saja masuk, yang dia pikir suaminya sudah berdiri di hadapannya dan kini tengah termangu menatapnya. Pria tinggi tegap masih mengenakan stelan rapi yang dia panggil dengan sebutan 'Daddy'.

Manik safirnya tak berkedip, memandang perempuan muda yang selama setahun ini menjadi menantu dadakannya. Dev Atalarich nama pria itu.

Kepala Selena yang menunduk membuatnya tidak tahu, bahkan tidak sadar bila saat ini dia tengah diperhatikan. Merasa sudah cukup memastikan penampilan, Selena lantas mengangkat pandangan.

Detik itu juga bola matanya membeliak ketika melihat sosok yang ternyata bukan suaminya.

"Daddy?"

Dev terhenyak mendengar suara lembut menantunya. Dia sontak berdeham sambil mengalihkan pandangannya. Bibirnya tersenyum kikuk.

_

bersambung ☘️

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yani Arumni
aku hadir kak yang di tunggu-tunggu akhirnya muncul jga...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status