Share

Bab 2 Pemilik Apartemen

Rayhan menenteng tas ranselnya, lalu berjalan menuju ke mobilnya. "Sini Aku saja yang mengemudi mobil," pinta Rayhan.

Bayu pun keluar dari mobil dan berlari kecil memutari mobil dan masuk ke kursi samping Rayhan.

Rayhan segera melajukan mobilnya mengejar mobil Maura, yang melaju di depannya menuju ke arah warung Bakso yang sangat terkenal di daerah situ.

Rayhan ikut melambatkan laju mobil, lalu memarkir mobilnya tak jauh dari mobil Maura.

Maura dan Caroline sudah berjalan masuk ke dalam warung bakso, yang terlihat ramai pengunjung.

"Duduk situ, Maura. Tuh kosong," tunjuk Caroline.

"Yuk," sahut Maura.

Maura dan Caroline duduk di bangku panjang yang kosong, mereka pun langsung memesan bakso dan es jeruk.

Tak lama Rayhan dan Bayu ikut masuk, lalu melihat ke meja Maura yang kasih kosong. "Emang kalau jodoh ada saja jalannya," gumam Rayhan.

"Bos bicara sama siapa?" tanya Bayu.

"Sama hantu," sahut Rayhan.

Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mana ada hantu terang begini," gumam Bayu pelan. Lalu dia berjalan menuju ke kasir dan memesan pesanan untuk mereka berdua.

"Hai, boleh duduk di sini kan? Hanya di sini yang kosong," sapa Rayhan yang sudah duduk di depan Maura.

Maura mendengus kesal. "Sudah duduk juga, kenapa masih tanya!" sahut Maura dengan judes.

Rayhan tersenyum tipis mendengar jawaban Maura.

"Kamu masih sama judesnya, persis seperti pertama kita bertemu dulu saat di kantin sekolah," ujar Rayhan.

Tak lama pesanan Maura dan Caroline pun datang, juga Bayu yang datang setelah memesan bakso di kasir.

"Saya sudah pesan dan sebentar lagi diantar," tutur Bayu, saat duduk di samping Rayhan.

Maura mengerucutkan bibirnya karena Rayhan terus melihat ke arahnya. Dia memasukkan banyak sambal ke mangkuknya.

"Jangan banyak-banyak sambal nya, Nawang. Nanti perut kamu sakit," peringat Rayhan.

"Please deh! Bisa gak jangan ganggu dulu," omel Maura.

Rayhan langsung mengangkat kedua tangannya ke atas. "Silahkan makan kalau begitu," jawabnya.

Maura melengos dan langsung menikmati baksonya. "Mantap rasanya tetap sama seperti biasa, Aline" ujarnya pada Caroline.

Rayhan menatap wajah Maura lekat, lalu dia mencondongkan tubuhnya ke arah depan. 

"Nawang, kita nikah yuk," ajak Rayhan dengan santainya.

UHUK! UHUK!

Maura langsung meneguk es jeruknya, lalu menatap horor ke arah Rayhan. "Kamu sudah gila apa!" hardik Maura yang sewot.

Rayhan mengangkat bahunya, lalu tersenyum simpul pada Maura yang masih menatapnya tajam.

"Kita kan bisa nikah dulu, pacarannya setelah sah," kata Rayhan yang kembali membuat Maura mendelik kesal.

Brak!

Maura menggebrak meja dan menatap kesal Rayhan. "Dengarkan Saya, Tuan Rayhan Satya Bagaskara. Tolong jangan ganggu hidup Saya lagi, di antara kita sudah tidak ada yang perlu dibahas. Semua sudah masa lalu, jadi jangan ganggu hidup Saya lagi!" tegas Maura.

Caroline yang sejak tadi diam dan mendengarkan perdebatan keduanya langsung menimpali.

"Kalian berdua diam lah! Gak sadar apa, kalau kalian jadi perhatian semua pengunjung," tegur Caroline.

"Dia tuh yang mulai," sungut Maura.

"Sudah cuekin saja, ayo makan bakso kita terus pulang," pinta Caroline.

Maura kembali menikmati makanannya dan mengabaikan keberadaan Rayhan, yang terus-menerus tersenyum padanya.

Setelah bakso di mangkok nya habis, Maura dan Caroline segera beranjak meninggalkan mejanya. 

Maura berjalan menuju ke kasir mau membayar makanannya. "Mau bayar meja pojok situ, Bli Yan," ujar Maura.

"Sudah lunas Mbak Maura, tadi dibayar sama mas yang baju biru itu!" jawab pemilik warung bakso.

Maura menoleh ke arah Rayhan, lalu kembali menatap pemilik warung bakso. "Matur suksema, Bli Yan," ujarnya yang langsung pergi meninggalkan warung bakso.

"Sini gue yang bawa mobil," pinta Caroline.

Maura memberikan kunci mobilnya pada Caroline, lalu dia masuk ke dalam mobilnya. Maura mendengus kesal, kenapa harus bertemu lagi dengan pria itu.

"Kita balik apartemen, apa mau pergi ke pantai dulu?" tanya Caroline.

"Balik apartemen saja, gue mau mandi dulu," jawab Maura yang masih badmood.

"Oke, siap Bu CEO," sahut Caroline.

Caroline melajukan mobil Maura dengan kecepatan sedang, menuju ke kawasan apartemen Maura.

Sepanjang perjalanan Maura hanya diam sambil menatap ke luar jendela, tidak ada obrolan di dalam mobil dan membuat Caroline jengah juga.

"Jangan bilang kalau, Lo. Masih berharap sama tuh buaya buntung!" ledek Caroline.

"Berharap sih, gak. Mungkin sebaiknya Gue selesaikan masa lalu kami, agar bisa sama-sama plong gitu. Gue kan sejak kejadian itu langsung pergi ninggalin dia ke Bali. Dan memblokir semua medsos dan nomor dia, juga mengganti nomor Gue kan!" tutur Maura.

"Terserah Lo dah! Tetapi menurut gue nih, daripada Lo sama Bagus. Gue lebih suka, kalau Lo balikan sama tuh buaya buntung!" ujar Caroline.

"Apaan sih, Lo! Kenapa sekarang berubah Lo dukung dia coba," sungut Maura.

"Terserah, Lo dah! Yang penting Gue sudah kasih peringatan buat Lo," sungut Caroline.

Maura hanya menggelengkan kepalanya, melihat sikap sahabatnya itu pada Bagus. Jika Caroline antipati pada seseorang, berarti orang itu pernah punya masalah dengan Caroline.

Maura melajukan mobilnya meninggalkan area gedung apartemen, dan melaju dengan kecepatan sedang menuju ke arah kuta.

Caroline fokus dengan ponselnya, dan terlihat serius melihat ponsel IOS terbarunya itu.

"Rombongan band Noah menginap di hotel dekat GWK, coba kita bisa ikutan acara meet and greet mereka di sana," ucap Caroline.

"Gak usah aneh-aneh deh, kita sedang menuju Legian. Untuk bertemu pemilik apartemen, yang mau kamu beli," tegur Maura.

"Iya, Maura. Bawel banget sih," sahut Caroline.

Maura menjulurkan lidahnya meledek Caroline, dan mereka pun langsung tertawa bersama.

"Maura, kira-kira pemilik apartemen masih muda apa sudah tua ya?" tanya Caroline.

"Memangnya kenapa kalau masih muda?" Maura balik bertanya.

"Ya, boleh lah Gue pepet," sahut Caroline.

"Kalau tua, Lo mau jadi sugar Baby nya?" tanya Maura menggoda Caroline.

"Kagak ah, mending cari duda!" tolak Caroline.

"Ada-ada aja, Lo! Susah nyari duda yang masih muda, kebanyakan sudah bapak-bapak," sahut Maura.

Setelah perjalanan dua puluh menit, mobil Maura mulai melambat dan Parkir di depan restoran Makan Place. Di mana tempat bertemu pemilik apartemen, yang akan Caroline tempati.

Maura dan Caroline turun dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam restoran, yang mulai ramai pengunjung yang dominan bule.

Seorang pelayan mendekati Maura dan Caroline. "Selamat datang, Nona. Apa sudah reservasi atau belum?" tanya sang pelayan dengan ramah.

"Saya Maura dan ini Caroline, kami disuruh datang ke sini sama Tuan--" Ucapan Maura terhenti saat pelayan menyelanya.

"Oh, Nona Maura. Anda sudah ditunggu di lantai dua, mari saya antar!" ajak sang pelayan.

Maura dan Caroline saling pandang, lalu mereka mengikuti langkah sang pelayan naik ke lantai dua.

Maura berjalan di belakang sang pelayan, dan tidak melihat dengan jelas dua pria yang duduk membelakanginya.

"Tuan, Nona Maura sudah datang," ujar pelayan itu pada dua pria di depan Maura.

"Silakan duduk, Nona!" pinta sang pelayan.

"Matur suksema," ucap Maura.

Maura dan Caroline hendak duduk di depan dua pria itu, tetapi seketika tubuhnya menegang. Dan sangat terkejut, melihat siapa yang ada di depannya.

"Kamu! Jadi kamu pemilik apartemen itu?!" tanya Maura dengan tegas.

"Rayhan!" seru Caroline yang juga terkejut ada mantan kekasih sahabatnya.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status