Maura terburu-buru masuk ke dalam bandara internasional Ngurah Rai Bali, untuk menemui orang tua dan saudaranya yang mau kembali ke Jakarta.
BUGH!"Aauuuw!" pekik Maura saat menabrak seseorang di depannya."Sorry ... Sorry Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya Pria itu.Maura terdiam, nafasnya rasanya tercekat saat mendengar suara bariton itu. Suara yang sangat dia kenal, yang selalu ingin dia enyahkan dari pikirannya.Dia mendongak dan terpaku, menatap wajah pria itu. "Ah, maafkan Saya, Tuan. Saya sedang buru-buru!"Maura langsung berjalan meninggalkan pria tampan itu, yang menatapnya dengan tatapan lekat.Namun, langkahnya terhenti saat lengannya dicekal pria yang ingin dia hindari itu."Maura! Kamu Maura Dyah Nawangwulan kan?!" tanya pria itu yang semakin menarik lengan Maura, hingga Maura mendekat pada pria itu.Maura masih diam, dan masih membelakangi Rayhan Satya Bagaskara. Dia tidak mau menatap ke arah Pria itu, yang sudah tujuh tahun dia berusaha lupakan dari pikirannya."Kamu ke mana saja? Aku bertahun-tahun mencari mu, kata orang tuamu kamu melanjutkan kuliah ke Paris. Aku mencari kamu di Paris, tetapi hasilnya nihil, Nawang," ujar Rayhan.Maura menutup matanya, dan mengembuskan nafasnya panjang, "maaf, Tuan Rayhan. Saya sedang buru-buru dan tidak punya waktu, untuk menjawab pertanyaan Anda. Tuan Rayhan Satya Bagaskara!" kata Maura penuh ketegasan.Maura menepis tangan Rayhan yang mencekal lengannya, lalu dia kembali berlari menuju ke lounge VIP bandara.Maura berlari sambil memegang dadanya, yang masih berdebar kencang setelah bertemu dengan Rayhan tadi. Apalagi pria itu masih memanggil dengan nama Nawang, panggilan sayang untuknya."Nawang!" seru Rayhan memanggil Maura, dengan panggilan yang sama seperti saat mereka bersama.Namun, Maura tetap berlari dan tidak menggubris panggilan Rayhan."Bos! Anda sedang melihat apa?" tanya Bayu, asisten Rayhan."Nawang ada di Bali, Bayu! Kamu cari info alamat dia di Bali," titah Rayhan pada asistennya."Oke, Bos! Mobil jemputan sudah datang, kita harus ke tempat meeting dengan klien," tutur Bayu."Ya. Ayo kita pergi menemui mereka," jawab Rayhan yang langsung berjalan menuju Lobi bandara dengan Bayu asistennya.***Maura langsung masuk ke dalam lounge VIP bandara. "Sorry, Maura baru selesai meeting, Mi, Pi," ucap Maura pada orang tuanya."Pesawat kami sudah mau berangkat, ya sudah kami masuk dahulu. Jangan lupa Minggu depan kamu pulang ke Jakarta, harus datang di pernikahan kakak kamu," peringat pria paruh baya, yang masih terlihat segar bugar dan tampan di usianya yang tak lagi muda."Iya, Papi. Maura pasti pulang, masa Bang Mada menikah Aku gak pulang," jawab Maura sambil memeluk tubuh papinya."Mami jangan nangis dong! Kan Maura jadi ikut mewek," sungut Maura."Kamu kapan mau menikah, Nak?" tanya Juliana mami Maura."Abang saja baru menikah, Maura belum bertemu jodohnya, Mami," jawab Maura sekenanya."Apa kamu belum bisa melupakan, Rayhan?" tanya Juliana.“Kita bahas masalah itu lain kali saja ya, Mi. Mami berangkat dulu ke Jakarta, nanti Maura nyusul sama Aline,” pinta Maura yang ingin mengalihkan pembicaraan ke arah Rayhan."Mami. Ayo kita masuk! Pesawat kita mau berangkat," ajak Abimana Setyadji.Maura memeluk tubuh orang tuanya, dan kakak juga adiknya. Dia menatap kepergian keluarganya, yang masuk ke dalam dan menghilang di balik dinding."Rayhan Satya Bagaskara, Gue harap kagak pernah bertemu Lo lagi, Ray," ucap Maura yang langsung keluar dari lounge VIP bandara itu.***Sore harinya…Maura melajukan mobilnya meninggalkan perusahaannya, dan melaju menuju ke arah uluwatu.“Maura, Lo balik ke apartemen apa ke vila keluarga Lo?” tanya Caroline.“Mereka sudah balik Jakarta, jadi Gue balik tinggal di apartemen lagi,” jawab Maura, sambil melajukan mobil meninggalkan lobi perusahaannya.“Lo gak penasaran kabar mantan Lo itu, Maura?” tanya Caroline menggoda Maura.“Gak penting juga buat Gue, dan gak perlu tahu juga tentang kabar dia. Hidup Gue sudah damai sentosa di sini,” jawab Maura dengan datar."Lagipula Gue ketemu dia tadi di bandara," imbuhnya."What! Mantan Lo ada di sini?!" tanya Caroline yang tidak percaya, jika Rayhan bisa bertemu Maura di bandara.Maura mengangguk pasti. "Penampilan dia sudah banyak berubah, lebih dewasa dan lebih tampan tentunya," ucap Maura santai.“Baguslah! Gue dukung apa pun yang Lo putuskan, asal gak dekat sama tuh CEO Mahendrata,” tukas Caroline dengan tegas.“Lo suka sama Bagus?” tanya Maura yang langsung membuat Caroline tergelak.“Gue! Suka sama Dia? Oh, Come on Maura. Kayak kagak kenal Gue saja Lo!” omel Caroline."Terus alasan Lo gak suka sama dia apa?" tanya Maura yang masih fokus dengan jalan."Suatu hari nanti, Gue janji kasih tahu ke Lo. Apa alasan Gue gak suka Lo dekat sama dia, Maura."Maura membelokkan mobil menuju ke apartemen pribadinya, di mana apartemen adalah tempat ternyaman untuk menyendiri."Maura, pantes Lo betah di sini. Ada banyak cogan di apartemen ini," celetuk Caroline."Bukan itu yang bikin Gue betah, tapi view dari kamar kalau malam paling Gue suka. Rasanya duduk di tempat yang sangat tenang dan nyaman," jawab Maura."Bisa ja, Lo," sahut Caroline yang ikut turun dari mobil Maura."Gue mah betah tinggal di sini, mau pindah ke sini saja dah!" seloroh Caroline.Saat Maura melintasi gedung Gym, ada sepasang mata yang menatapnya penuh kerinduan. Wajah pria itu terlihat sumringah, dan bibirnya melengkung ke atas."Akhirnya kita akan sering bertemu di sini, Nawang. Dan mulai sekarang kamu tidak akan bisa menghindari Aku lagi," gumam Rayhan, dan terus menatap Maura dan Caroline. Yang berjalan masuk ke dalam lobi apartemen itu."Bos! Itu bukannya Maura dan Caroline bawel kan?" tanya Bayu, sang asisten."Iya, Bayu. Itu Maura dan Caroline, ternyata mereka tinggal di sini juga. Tidak salah kamu memilih apartemen ini," ujar Rayhan.Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kan memang Bos yang meminta saya, untuk mencari informasi di mana tempat tinggal Maura," jawab Bayu."Ckckck! Tidak usah diperjelas lagi, Bayu. Sudah, Ayo kita latihan lagi," ajak Rayhan yang kembali melakukan latihannya."Baik, Bos," jawab Bayu dengan patuh.***Maura berdiri di depan pintu lift, sambil menatap layar ponselnya dengan serius. "Maura, kita makan bakso di warung depan komplek perumahan ku dulu yuk," rengek Caroline.Maura menghela nafasnya panjang. "Kenapa gak dari tadi minta makan bakso di sana sih, Lin," gerutu Maura."Yuk, pengen banget. Sudah lama kita gak makan di situ kan," rengek Caroline."Ya, ayo dah. Kayak orang ngidam Lo," cibir Maura.Caroline hanya tersenyum lebar mendengar Omelan Maura.Maura dan Caroline berjalan keluar dari lobi apartment, lalu menuju ke area parkir, yang tepat berada di depan tempat gym.Maura langsung berjalan menuju ke kursi kemudi, sedangkan Caroline duduk di samping Maura.Rayhan yang melihat Maura kembali masuk ke mobilnya, dia langsung bergegas mengajak Bayu mengikuti mobil Maura."Bayu, Ayo kita ikutin mobil Maura!""Baik, Bos!" jawab Bayu yang langsung membereskan semua barangnya.Bersambung...
Maura merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan keberanian. Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan dari orang-orang terdekatnya, dia merasa yakin bahwa dia bisa menghadapinya."Pi, please deh. Untuk masalah yang satu itu, biarkan Maura memilih sendiri calon suaminya," pinta Maura dengan suara lembut, mencoba meyakinkan ayahnya."Aku tahu kalian hanya ingin yang terbaik untukku, tapi aku juga perlu mengikuti hatiku sendiri."Abimana, ayah Maura, hanya bisa mengembuskan nafasnya kasar. Dia merasa khawatir akan masa depan putrinya, dan ingin melindunginya dari kesalahan yang mungkin terjadi."Ada yang sudah pasti, kamu mau mencari yang seperti apa lagi?" tanya Abimana dengan nada khawatir.Dia tidak ingin Maura terluka lagi seperti yang pernah terjadi sebelumnya.Maura menatap ayahnya dengan penuh pengertian. "Pi, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi aku juga perlu belajar dari pengalaman dan membuat keputusan sendiri. Aku tidak ingin hidupku dikend
"Bukan hak kamu, untuk melarang Saya dekat dengan siapa saja!" sentak Maura dengan nada kesal, wajahnya memancarkan kemarahan yang sulit disembunyikan.Rayhan, yang merasa tersinggung dengan sikap Maura, tidak bisa menahan diri untuk ikut campur dalam hidupnya."Alright! Tapi jangan menyesal kalau kamu jadi korban selanjutnya, dan saat itu terjadi kamu akan tahu kalau semua yang Aku katakan padamu itu adalah yang sebenarnya!" seru Rayhan dengan nada tinggi, mencoba menunjukkan ketegasannya. Tatapan matanya penuh dengan kekesalan dan kekecewaan.Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke Uluwatu, dia akan mengantar Maura setelah itu baru kembali ke apartemen.Mobil itu meluncur dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak asap hitam di belakangnya.Maura, yang duduk di sampingnya, hanya bisa menggenggam erat pegangan pintu mobil, mencoba menahan ketakutannya.Dia tahu betul bahwa Rayhan sedang marah, karena itulah yang selalu terjadi setiap kali mereka bertengkar.Kenan
"Maura! Kamu ternyata ada di sini, dan kenapa kamu bisa sama dia?" tanya Caroline yang baru datang, dan langsung duduk di samping Maura."Tadi gak sengaja ketemu di depan restoran, dia bilang mau traktir gelato di sini. Siapa yang bisa nolak," jawab Maura dengan santai."Modus saja tuh!" cibir Caroline ceplas-ceplos.Maura langsung tersenyum meringis, saat mendengar perkataan Caroline pada Bagus. "Hei, jadi orang jangan miss julid napa," tegur Maura pelan."Gue kan bicara apa adanya, kalau dia gak modus gak mungkin alasan traktir gelato di sini," jawab Caroline yang mulai kesal."Bagaimana kencan sama Cakra tadi?" tanya Bagus menggoda Caroline."Biasa saja, satu hal lagi. Kami tidak ada hubungan apa-apa selain profesional kerja, itu juga kami makan siang bersama masalah proyek desain interior hotel Anda," ujar Caroline menegaskan pada Bagus."Tapi Cakra bilang kalau menyukai Anda loh, sepertinya dia harus lebih aktif mendekati Anda," ujar Bagus."Sorry to say. Saya tidak berminat!" to
Maura berjalan cepat keluar dari warung bakso langganannya itu, dan menuju mobilnya yang terparkir di depan warung bakso."Sialan! Mengganggu saja orang lagi mau makan bakso, benar-benar seperti jelangkung dia!" umpat Maura yang kesal.Matanya menatap tajam Rayhan yang tersenyum padanya, dan menikmati bakso di mejanya.Maura langsung menjalankan mobilnya meninggalkan warung bakso, dia harus mencari tempat makan lain. Karena baru makan dua sendok bakso, itu jelangkung datang mengganggunya.Mobil Maura melaju ke daerah Legian, dia mau makan ke restoran langganannya. Setelah sampai di Legian dia melambatkan laju mobil dan memarkir mobilnya.Namun, saat berada di di depan restoran. Mata Maura langsung terpaku, melihat ke arah restoran yang mau dia datangi. Dia melihat ada Caroline, yang sedang makan bersama Cakra asisten Bagus."Gelo! Itu anak satu udah dekat aja sama asisten Bagus, tapi kenapa dia gak suka sama Bagus. Hemm ... kayaknya Aku harus cari tahu," Monolog Maura yang langsung ber
"Kamu pasti Aku dapatkan lagi, Nawang."Bayu yang mengikuti Rayhan sejak keluar dari kamarnya, dia langsung menekan tombol lantai bawah."Ini bawa ke laundry," pinta Rayhan sambil menyerahkan paper bag ke Bayu."Baik, Bos. Oh, iya. Kita ada meeting dengan perusahaan Mahendrata Group pukul sepuluh nanti," tutur Bayu."Okay," jawab Rayhan yang tampak malas."Kok lesu amat, Bos?" tanya Bayu yang penasaran."Semalaman Saya tersiksa gara-gara Maura, kalau saja bukan dia yang ada di ranjang ku. Sudah pasti Saya tidak main Solo di kamar mandi," keluh Rayhan.Pfft!Bayu menahan tawanya saat mendengar perkataan bosnya. "Tumben, Bos bisa tahan," cibir Bayu, yang tahu black record bosnya dalam hal Wanita."Diam lah! Saya tidak mungkin meniduri Maura, saat dia tidak sadar. Lagipula Saya ingin melakukannya dengan Maura, setelah kami menikah, Bayu," ujar Rayhan.Bayu langsung menoleh ke Rayhan, dia tidak percaya bosnya itu masih terobsesi pada mantan kekasihnya."Anda masih tidak bisa melupakan No
Akhirnya Rayhan harus menuntaskan hasratnya, dengan permainan tangan dan sambil membayangkan tubuh Maura, yang sangat menggodanya untuk dia sentuh tadi.Namun, Rayhan berjanji tidak akan mencumbu Maura di saat Maura tidak sadar seperti sekarang.Dia akan melakukannya, jika keduanya suka sama suka. Dan itu nanti setelah mereka resmi menikah, walau dia tidak tahu apa Maura masih perawan atau tidak itu tidak jadi masalah baginya.Baginya, Maura Wanita istimewa dan dia sudah janji pada orang tuanya, akan menjadikan Maura sebagai menantu mereka satu-satunya.Tubuh Rayhan mulai bergetar kedinginan, karena suhu air yang semakin dingin. Tangannya langsung menutup kran air, dan mengambil handuk untuk menutupi pinggangnya.Dia berjalan keluar dari kamar mandi, dan kembali masuk ke dalam kamarnya.Tok! Tok!Rayhan melihat ke arah pintu, lalu dia berjalan menuju pintu kamar suite pribadinya.Ada Bayu yang sudah berdiri di depan pintu kamar suite Rayhan. "Ini pakaian Nona Maura, Bos. Kebetulan tadi