Share

Bab 4 Penguntit

Di luar restoran...

Maura segera masuk ke dalam mobil, disusul Caroline yang duduk di sampingnya. Mobil mulai berjalan meninggalkan depan restoran, dan melaju menuju ke arah GWK.

"Lo, Kenapa?" tanya Caroline yang melihat wajah datar Maura.

"Kagak kenapa-napa," jawab Maura dengan singkat.

"Lo, marah sama siapa? Si buaya buntung itu apa Gue?" cecar Caroline.

"Gak ada alasan buat marah ke Lo," jawab Maura yang masih fokus dengan jalanan.

"By the way, ini kita mau ke mana?" tanya Caroline yang baru sadar mereka ke arah GWK.

"Mau ketemu klien sebentar di restoran dengan GWK," jawab Maura santai.

"Bener nih kita mau ke sana? Kan ada acara meet and greet band Noah, Maura! Lo serius mau ajak ke sana?!" cecar Caroline yang sangat bahagia.

Maura tersenyum lebar melihat ekspresi bahagia sahabatnya itu, dan sedikit melupakan rasa kesalnya pada Rayhan.

Mobil Maura terus melaju dengan kecepatan sedang ke arah Uluwatu, dan menuju ke restoran tempat dia bertemu dengan Bagus.

Wajah Caroline tampak bahagia, dan senyum lebar pun tersungging di bibirnya. 

"Gue bahagia banget pokoknya, nanti mau minta foto sama si Aa," ujar Caroline.

"Gak usah lebay dah! Biasa aja keles," cibir Maura.

"Masa bodo, Ah! Yang penting nanti ketemu sama personil Noah," sahut Caroline.

"Terserah Lo dah!" jawab Maura.

Maura mulai melambatkan laju mobilnya, dan berbelok memasuki halaman restoran. Maura dan Caroline langsung turun, dan masuk ke dalam restoran.

Maura menghubungi Bagus, untuk menanyakan di mana dia saat ini. "Halo, saya masuk ke restoran. Anda di mana?" tanya Maura.

"Saya di outdoor, langsung ke sini saja," pinta Bagus.

"Baiklah, saya ke sana sekarang," jawab Maura.

"Yuk, ke bagian outdoor," ajaknya pada Caroline.

Mereka berjalan menuju ke area outdoor, Maura tersenyum saat melihat Bagus melambaikan tangannya.

Wajah Caroline seketika berubah datar, saat melihat orang yang mau Mereka temui adalah Bagus.

"Maura! Klien yang Lo bilang tadi, si Bagus?" tanya Caroline.

"Iya, dia minta bertemu untuk bahas pekerjaan," jawab Maura santai.

Caroline hanya memasang wajah datar, saat berada di depan meja Bagus.

"Hai, ayo silakan duduk," pinta Bagus sambil tersenyum pada Maura.

Maura duduk di depan Bagus, disusul Caroline yang duduk di samping Maura. "Bukankah jadwal meeting kita besok? Kenapa harus malam ini juga di luar jam kerja?" tanya Caroline dengan datar, wajahnya sudah tampak masam.

"Besok saya harus ke luar kota, jadi saya majukan saja meeting kita, Nona Caroline," jawab Bagus dengan santai.

"Apa ini bukan akal-akalan Anda saja, Tuan Bagus?" tanya Caroline.

"Tidak ada maksud lain, kecuali membahas pekerjaan kita, Nona Caroline," sanggah Bagus.

Di ruangan sebelah, terdengar sorak sorai, saat personil Noah datang. 

Caroline tampak gelisah, dia ingin sekali ke ruangan sebelah. Tetapi gara-gara Bagus sialan itu, dia gagal bertemu personil band kesukaan dia.

Maura yang melihat kegelisahan sahabatnya, dia menepuk pundak Caroline. "Lo pergi ke sebelah saja tidak apa-apa, biar Gue yang meeting dengan Tuan Bagus," ujar Maura.

"Cakra! Antar Nona Caroline bertemu personil Noah," titah Bagus pada asistennya.

"Mari saya antar bertemu mereka, Nona Caroline," ajak Cakra.

"Benar nih, Lo gak apa-apa Gue tinggal?" tanya Caroline memastikan lagi.

"Iya, Lo ke sana saja," jawab Maura.

"Oke deh. Gue ke sana dulu," sahut Caroline, yang langsung berjalan bersama Cakra, meninggalkan Maura berdua dengan Bagus.

"Jadi konsep desain kemarin, apa ada revisi, Tuan Bagus?" tanya Maura.

"Tidak ada, Saya suka desain interior hotel baru Saya. Tampak lebih elegan, dan berkelas," jawab Bagus.

"Baguslah, kalau ada yang perlu direvisi. Nanti Saya revisi," ujar Maura.

"Maura! Kita bertemu lagi di sini." Suara itu membuat wajah Maura langsung berubah kesal.

Maura menoleh ke arah Rayhan, yang sudah berdiri di sampingnya. "Apa Anda menguntit Saya, Tuan Rayhan?!" tanya Maura dengan kesal.

Rayhan menundukkan tubuhnya, dan wajah mereka sangat dekat.

Maura harus menjauhkan tubuhnya, hingga bersandar pada pagar pembatas mejanya. "Jauhkan wajah Anda dari Saya, Tuan Rayhan!" sentak Maura.

"Kalau Saya membuntuti kamu, di mana letak salahnya Maura. Bukankah tadi sudah Saya bilang, kamu harus siap saya teror dan buntuti sampai kamu mau bicara berdua dengan Saya," ucap Rayhan lirih, bahkan seperti bisik-bisik di telinga Maura.

Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, Tuan Rayhan yang terhormat. Jadi silakan enyah dari hadapan Saya, karena Saya sedang meeting dengan klien!" usir Maura dengan sarkas.

"Ini bukan jam kerja, Maura. Klien seperti apakah Anda Tuan Bagus, yang memaksakan kehendak meeting di saat jam rehat!" cibir Rayhan, dan tersenyum mengejek Bagus.

Wajah Bagus terlihat menahan amarahnya, setelah mendengar perkataan sarkas Rayhan yang juga rival bisnisnya.

"Saya rasa itu bukan urusan Anda, Tuan Rayhan! Saya minta pergilah dari sini, karena kami mau melanjutkan meeting kami dulu!" usir Bagus, dengan senyum seringai di bibirnya.

"Baiklah! Saya pergi dari meja ini, dan duduk di meja depan Anda," jawab Rayhan, yang langsung duduk di meja samping meja Maura dan Bagus.

"Dasar orang gila," umpat Maura lirih.

"Terimakasih pujiannya, Maura. Kok kamu tahu! Kalau Saya jadi gila, setelah kamu meninggalkan saya!" sahut Rayhan.

"Gak lucu deh!" seru Maura yang kesal.

"Wajah kamu yang lucu, saat marah seperti itu," ujar Rayhan, yang membuat Maura memutar bola matanya jengah.

"Tuan Bagus, kita lanjutkan saja meeting nya. Abaikan pengacau itu, anggap saja hantu," pinta Maura dengan sarkas.

Rayhan terkekeh mendengar perkataan Maura, entah kenapa wajah kesal Maura sangat menggemaskan baginya.

"Wajah kamu jadi sangat menggemaskan, kalau sedang marah begitu. Jadi pengen mencubit pipimu yang chubby itu deh!" goda Rayhan, yang terus mengganggu konsentrasi meeting Maura.

Maura memejamkan matanya, dan menahan rasa kesal. Karena Rayhan terus saja, mengganggu meeting dia dengan Bagus.

Rayhan semakin tersenyum lebar, saat melihat wajah Maura yang tambah kesal. 

"Maura kalau kesal tidak usah ditahan, lepaskan saja nanti jadi bisul loh," ujat Rayhan yang terus menggoda Maura.

Maura langsung menoleh dan menatap tajam, yang setajam silet ke arah Rayhan. 

"Diam lah, Ray! Jangan menggangguku yang sedang meeting dengan klien!" sentak Maura, yang sudah tidak bisa menahan lagi rasa kesalnya.

"Kamu manis sekali kalau memanggilku dengan panggilan itu, Maura. Jadi teringat masa lalu kita deh," ujar Rayhan, yang sukses membuat mulut Maura menganga. Dan tidak percaya ada orang, yang punya rasa pede yang tinggi sekali.

"Bisa diem gak sih Lo, Rayhan Satya Bagaskara!" sentak Maura, yang sudah memuncak amarahnya.

"Bisa kok, Maura. Sayangku," jawab Rayhan sambil mengedipkan matanya pada Maura.

Maura hanya bisa mengumpat dalam hati, melihat sikap Rayhan yang tidak tahu malu.

"Whatever!" sentak Maura.

"Apa Anda mau kalau kita pindah ke tempat lain saja, Nona Maura?" tanya Bagus.

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status