Beranda / Rumah Tangga / Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi / Bab 132: Jangan Menolak Tawaran Baik

Share

Bab 132: Jangan Menolak Tawaran Baik

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-10 08:46:43

Mata Tina membelalak, membeku dalam sekejap. Cahaya di ruangan itu redup, hanya temaram lampu meja yang memantul samar di dinding krem dan tirai beludru.

Namun tatapan Nadira, yang dingin seperti logam membekukan udara, mampu menghapus kehangatan apapun yang tersisa.

Tina merasa seolah tubuhnya diselimuti kabut es, dan untuk pertama kalinya, rasa takut menyelubunginya sampai ke sumsum.

Suara Nadira memecah keheningan, jernih dan setajam ujung belati yang diseret perlahan di permukaan kaca.

Tak keras, tapi menikam. Di telinga Tina, nada itu terdengar seperti gelegar petir yang menyambar tanpa aba-aba, menghantam ulu hatinya.

Ia bergidik, bukan hanya karena takut, tapi karena nalurinya tahu—Nadira bukan sedang menggertak.

“Kamu nggak bisa pukul aku...” Tina nyaris berbisik, suaranya parau dan putus asa.

Dengan gerakan panik, ia menggeleng keras. Rambutnya tercabut dari akar saat Nadira menariknya tanpa ampun.

Tubuh Tina terpelant

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 143: Putri yang Terlupakan

    Tawa Aidan meluncur ringan, tapi di telinga Tina, bunyinya lebih mirip cemooh yang melukai. Ia menepuk kepala Tina seperti seseorang membelai anak anjing yang tak tahu diri.“Kamu masih kecil. Hanya anak-anak yang percaya dongeng. Di dunia orang dewasa, pangeran hanya menikah dengan putri.”Nada suaranya ringan, seperti sedang menyampaikan kebenaran yang tak bisa dibantah. Kemudian tanpa menoleh lagi, ia berjalan ke arah Nadira yang tengah tertawa, sosoknya menjulang di bawah cahaya matahari yang menelusup melalui jendela kaca besar ruang tamu.Senyuman Nadira begitu terang, seolah menegaskan bahwa ia memang ditakdirkan untuk berada di sana, di samping Aidan.Tina hanya bisa menatap dari jauh, tubuhnya seolah membatu. Di dadanya, sesuatu mencengkeram erat, tak terlihat tapi menyakitkan.Ia menelan ludah yang rasanya pahit, dan dalam hati bertanya lirih, Kalau begitu, kenapa aku nggak bisa jadi Nadira saja? Jadi putri itu…Ia tahu ap

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 142: Gaun Cinderella

    Tamparan dari Nadira semalam masih terasa membekas di pipi Tina, bukan lagi sebagai nyeri fisik, tapi jadi bara yang menjalar ke dalam, menyusup ke pori-pori emosinya.Kini, kemarahan yang menggelegak itu mengalir ke telapak tangannya sendiri, menghantam wajah perempuan muda di hadapannya.Tubuh perempuan itu terhuyung, kepalanya terpantul ke sisi ranjang, rambutnya yang hitam panjang terburai kacau.Perempuan itu meringis sebentar, lalu merangkak ke pelukan Aidan dengan gaya manja yang dibuat-buat, memelintir nada suaranya hingga terdengar seperti erangan patah hati.“Aidan, tolong aku...”Wajahnya tampak muda, mungkin baru dua puluh atau dua puluh satu. Kulitnya pucat seputih susu yang baru dituangkan dari botol dingin, kontras dengan bekas tamparan Tina yang mencolok, merah membara seperti dicap besi panas.Aidan, yang sedari tadi menikmati kehangatan tubuh perempuan itu, tak tinggal diam. Matanya menyipit, rahangnya mengeras.Ia m

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 141: Panggilan Aidan

    "Makan aja roti kamu," kata Nadira, suaranya datar tapi tajam, disertai tatapan yang menyapu Veronika seperti angin dingin di pagi hari.Veronika mengerutkan alis, mencoba menangkap nada sinis yang tersembunyi di balik kata-kata itu. “Kak Nadira tahu dari mana sih?” tanyanya, dengan suara pelan tapi penasaran, seolah pertanyaannya bisa memantik sesuatu yang lebih besar dari sekadar jawaban biasa.Nadira mendengus kecil, bibirnya melengkung ke arah senyum remeh. “Yah, biasa aja. Kalau cewek habis dimarahin, pasti pengen curhat ke... kekasihnya.”Tara, yang duduk menyamping di sofa dengan roti panggang masih utuh di tangannya, terkekeh. “Nadira!”Nadira menanggapi dengan senyum kecut, wajahnya nyaris tak berubah. Tapi matanya berbicara lebih banyak dari bibirnya.Sorotnya tajam, menusuk, seolah menyimpan sesuatu yang lebih pahit daripada selai jeruk yang baru saja ia oleskan ke rotinya.“Masalahnya, orang yang dia andalkan itu bukan pria yang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 140: Lubang Anjing

    Pagi itu, aroma kaldu sisa malam kemarin masih samar-samar tercium di udara, bercampur dengan bau khas rumah yang baru saja bangun tidur.Dapur terbuka menghadap taman belakang yang mulai disinari matahari, memantulkan cahaya hangat ke meja makan kayu jati yang mengilap.Nadira dan Tara duduk berhadapan, masih dalam balutan piyama tipis, mata mereka setengah sipit tapi tak menunjukkan gejala hangover sedikit pun.Senja berdiri tak jauh dari mereka, menyapu remah roti dengan gerakan tenang."Aku bener-bener nggak nyangka soup hangover-mu bisa manjur banget," ucap Nadira sambil setengah melompat dari kursinya, lalu memeluk Senja erat.Tubuhnya yang dingin bersandar lembut ke pundak perempuan itu, kemudian ia mengecup pipinya dengan tulus.Tara mengangkat satu alis, menyeringai geli. Ia mendekat, tampak ingin melakukan hal yang sama. Tapi Nadira dengan cepat mendorong tubuh Tara menjauh, matanya melebar seolah baru menangkap kejahatan besar.

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 139: Masukkan Dia ke Karung

    Suasana ruang tamu kecil itu remang, hanya diterangi cahaya hangat dari lampu meja yang temaram di sudut ruangan.Bau alkohol, tawa kecil yang sempat mampir, dan sisa rasa pahit dari kenangan yang menggumpal di udara, menyelimuti mereka berdua.Tara duduk menyandar di sofa dengan kepala sedikit menunduk, bahunya yang lebar tampak melemah, seperti ada beban lama yang baru saja dijatuhkan ke dadanya.Saat suara Nadira terdengar, lemah namun sarat kasih, menyentuh sisi hatinya yang lama membeku, sesuatu dalam dirinya pecah.Ekspresi keras dan dingin yang biasa membungkus wajahnya retak, lalu hancur seluruhnya. Pria dewasa itu menangis, pelan tapi nyata, seperti bocah yang kehilangan arah pulang.“Nadira… Aku kangen Mama banget,” ucapnya, suara serak dan gemetar seperti gitar tua yang dipetik pelan.Tanpa banyak kata, Nadira memeluknya. Tubuh Tara gemetar dalam pelukannya, dan Nadira tahu… luka mereka bersisian, hanya s

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 138: Sepatu dan Dendam

    Tatapan Tara mengeras, gelap seperti langit sebelum badai. "Kalau aku nggak selesaikan urusan ini dengan Mahesa, dengan siapa lagi?"Suaranya berat, nyaris bergema di antara suara denting kaca dan bisik-bisik angin malam dari balkon apartemen.Cahaya lampu temaram membias di dinding, memantulkan siluet wajah Nadira yang letih namun tetap memesona.Ia menggeleng perlahan, senyum getirnya menyeruak di antara helaan napas dan kenangan yang masih belum sembuh.Tangannya yang gemetar halus meraih gelas anggur di meja bundar, menyesapnya seolah mencoba mengenyahkan rasa pahit di lidah dan di hati.Setelah menelan, ia menjulurkan lidahnya sebentar, seperti mengejek dirinya sendiri."Hubungan aku sama Mahesa tuh udah kayak utang macet," gumamnya lirih, namun cukup untuk membuat Tara terdiam.“Aku bahkan udah nggak tahu harus ngelunasin gimana. Kalau dia udah nggak cinta, ngapain juga capek-capek ngebahas soal balas dendam?”Tara menyip

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status