Share

Bab 20: Malam yang Membara

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-04 12:56:28

Ia melangkah keluar dari mobil dengan anggun, seolah seluruh malam bersiap memberi panggung khusus untuknya.

Sepatu hak tinggi berwarna emas memantulkan kilauan lampu jalan yang lembut, mengikuti langkah kakinya yang jenjang.

Gaun merah tanpa lengan membalut tubuhnya dengan pas, menonjolkan siluet ramping yang membuat udara malam seolah ikut menahan napas.

Aroma parfum mawar samar tercium, bercampur dengan semilir angin yang membelai rambut panjangnya.

Di pintu masuk klub, dua penjaga berdiri terpaku, mata mereka membelalak tak berkedip. Salah satunya bahkan menelan ludah tanpa sadar, sementara bibirnya berbisik nyaris tak terdengar.

"Pacar baru Tama? Cantik sekali, gila," desisnya pada rekannya yang mengangguk setuju, masih terpukau.

Tama melirik Nadira dengan tatapan menilai, matanya bergerak lambat dari ujung rambut hingga ke ujung sepatu.

Senyum puas perlahan merekah di wajahnya. "Jauh lebih baik daripada tampilanmu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 68: Harga Sebuah Nama

    Mata Mahesa menangkap cahaya yang memantul dari sebuah benda kecil di atas panggung. Cahayanya menari-nari, menyilaukan namun memikat.Begitu mengikuti arah pantulan itu, tatapannya berhenti pada sosok perempuan yang duduk anggun di pojok ruangan.Nadira.Ia tampak seperti lukisan klasik yang tenang di tengah riuh pesta malam. Gaun malam berwarna zamrud membalut tubuh rampingnya, serasi dengan gelung rambutnya yang ditata rapi namun tetap menyisakan kesan lepas dan pribadi.Tapi bukan itu yang menarik perhatian Mahesa. Kalung yang tadi menghiasi leher Nadira telah berpindah tempat.Sekarang, ia tergolek manis di atas kain beludru hitam di meja lelang, seolah-olah tak pernah menjadi bagian dari dirinya.Lukas, yang berdiri di samping Mahesa, mencolek lengannya, lalu berbisik, “Eh, itu bukan kalung yang dipakai Nadira pas datang tadi? Dia lepas gitu aja? Disumbangin? Wah... gila, dia emang beda level.”Biasanya, acara lelang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 67: Siluet di Bawah Cahaya

    Suara sang pembawa acara mengalun lembut, seolah menyusup ke celah-celah gaun malam dan tuksedo yang memenuhi ballroom megah itu.Lampu gantung kristal berkilauan di langit-langit, memantulkan cahaya hangat ke dinding-dinding marmer krem yang terkesan mahal namun tidak mencolok.“Barang pertama adalah sepasang gelang zamrud, sumbangan dari Ibu Cinthia Raditya, dengan harga pembuka dua ratus juta rupiah!”Gema suara itu nyaris tenggelam oleh gemuruh bisik-bisik para tamu. Seorang pria dengan jas hitam mengangkat papan kecilnya, “Empat ratus juta!”Satu demi satu angka terus menanjak.“Enam ratus juta!”“Delapan ratus juta!”“Satu miliar!”Baru saja Nadira mengangkat papannya—pelan, nyaris anggun—sang pembawa acara langsung menutup sesi, suara penuh semangat.“Satu miliar sekali! Dua kali! Tiga kali! Selamat kepada Ibu Nadira Wulandaru!”

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 66: Kilatan Dingin

    Saat kerumunan mulai bubar dan lampu-lampu sorot berganti warna seperti nafas yang menyesuaikan tempo musik, Mahesa berdiri agak kaku di pinggir ballroom.Tatapannya terpaku pada pemandangan di seberang ruangan, tempat Tama dengan santainya merangkul pundak Nadira.Sentuhan itu bukan hanya sekadar gestur akrab, tapi menyimpan intensitas—sebuah keintiman yang tidak bisa diabaikan.Ada kilatan dingin dalam mata Mahesa, seperti angin malam yang menggigit tulang.Dengan suara rendah dan terkontrol, hampir seperti bisikan yang ditelan dentuman musik, ia bertanya pada Lukas yang berdiri di sampingnya sambil memegang gelas anggur setengah penuh.“Mereka ada hubungan darah?”Lukas terdiam sejenak. Matanya melirik ke arah yang sama, seolah sedang menimbang sesuatu yang rapuh dan rumit.“Susah dibilang,” jawabnya akhirnya. “Latar belakang Nadira tuh... gelap. Jarang dibahas. Tama juga bukan anak kandung Bu Ra

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 65: Manja yang Membakar

    "Tama!"Suara itu melengking manja, serak dibuat-buat, seperti ingin memancing simpati dengan nada tangis yang tak tulus.Seorang perempuan muda dengan gaun putih mahal yang kini ternoda merah anggur tergesa-gesa mendekat.Matanya dibuat berkaca-kaca, seolah-olah luka batinnya lebih perih dari noda di bajunya. Tapi langkahnya terhenti oleh tangan Tama yang terangkat dingin, penuh jarak."Jangan dekat-dekat. Kamu kotor."Kalimat itu meluncur datar, tapi tajam. Bagai cambuk halus yang mematahkan niat drama.Gaun putih yang dipakai perempuan itu kini tampak seperti hasil pertumpahan darah. Anggur merah yang tercecer mengenai kain sutra membuat corak memalukan, memudar ke merah keunguan.Tapi dia tetap memainkan peran, memamerkan wajah penuh duka seperti korban kejahatan kelas atas."Ini semua gara-gara dia!" tudingnya sambil menunjuk Nadira dengan suara tinggi. "Kami cuma ngobrol baik-baik, dia langsung siram anggur! Tama, Mbak Ci

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 64: Percik Anggur dan Nama yang Tersisa

    Cahaya kristal lampu gantung memantul di permukaan lantai marmer, menciptakan ilusi kilauan yang tak henti menari di sela langkah para tamu gala malam itu.Namun, atmosfer elegan yang semula terjaga mulai bergetar oleh kehebohan yang tak biasa. Seolah pesta mewah itu tiba-tiba retak di bagian tengahnya.Di tengah kerumunan yang menggila, sorotan mata terpaku pada satu titik. Nadira. Sosok yang selama ini hidup di balik tirai rumor dan bisik-bisik kalangan elite, kini menjadi pusat badai.Rambut hitamnya yang ditata rapi mulai menjuntai lepas, sebagian tertempel anggur merah yang mengotori bagian bahunya.Namun, matanya, tajam seperti belati yang baru diasah, menatap lurus pada perempuan di hadapannya.Perempuan itu menggigil, bukan karena udara ruangan, tapi karena keterkejutan. Gaunnya basah oleh anggur, rambutnya lengket, dan di sela dahi dan pelipisnya, sisa serpihan kaca masih berkilau samar.Tapi yang paling menggetarkan adalah ekspresi

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 63: Perempuan Berbaju Merah

    Di mata Mahesa, Nadira selama ini adalah sosok perempuan yang tak pernah bersuara lebih tinggi dari bisikan.Ia berjalan dengan langkah ringan, berbicara dengan nada pelan, dan menunduk setiap kali amarah suaminya meledak.Tapi malam ini, Nadira yang berdiri di hadapannya bukan perempuan itu lagi.Tatapannya tajam, matanya membara seperti bara yang sudah terlalu lama tertahan di dasar hati. Suaranya dingin, namun sarat ketegasan yang tak biasa."Mantan kekasih? Maksudmu Naura?" tanya Mahesa, dengan nada ragu yang menyelip dalam kerutan di dahinya.Tiga kata itu seperti batu besar yang menghantam dada Nadira. Ia mengerjap pelan, tapi tak menjawab. Di balik wajah yang datar, hatinya berdesir keras.Naura. Nama itu seolah tak pernah benar-benar hilang dari ruang antara mereka, meski waktu telah melumat hari-hari penuh luka.Bahkan setelah wanita itu membuat Mahesa jatuh terhina di altar pernikahan mereka, tetap saja Naura menjadi jejak y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status