Home / Rumah Tangga / Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi / Bab 91: Siraman yang Elegan

Share

Bab 91: Siraman yang Elegan

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-08-06 07:36:50

Sebelum rapat benar-benar usai, denting notifikasi memecah konsentrasi. Layar ponsel Nadira menyala, menampilkan nama Tama.

Ia menggeser layar dan menjawab cepat, suaranya tetap pelan namun tegas.

“Aku lagi rapat. Nanti aja ya.”

Namun suara Tama langsung menyusul, nyaris mendesak.

“Tenang, jangan marah. Urusan bocah-bocah nggak tahu diri itu, biar aku yang urus. Kamu nggak usah repot!”

Sambungan terputus tanpa sempat dijawab. Nadira mematung sejenak, lalu mengernyit.

“Apa lagi ini?”

Seolah alam ikut bermain, ponsel Danu pun berdering. Ia membaca pesan dengan alis merapat, lalu melangkah pelan mendekati Nadira dan membisikkan sesuatu.

Ekspresinya berubah drastis, dari datar menjadi tegang seperti seseorang yang baru saja menerima berita buruk.

Nadira tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut meraih tabletnya. Beberapa ketukan cepat membawanya ke laman berita hiburan, dan di sana—di sana nama Nadira terpampang di daf

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 96: Api di Balik Wajah Tenang

    Mahesa duduk membisu di ujung sofa panjang berlapis kulit, tubuhnya tenggelam setengah dalam permukaan empuk berwarna gelap yang menyatu sempurna dengan kemeja hitam yang membalut tubuhnya.Ruangan itu redup, hanya diterangi cahaya kuning lembut dari lampu gantung klasik yang menggantung rendah di atas meja kopi.Aroma kayu manis dari diffuser di sudut ruangan samar tapi konsisten, seperti penanda tak kasatmata akan kuasa yang terpatri di dalam ruangan itu.Di seberangnya, Susilo berdiri tegang, dengan wajah yang berusaha keras tetap ramah, meski urat-urat lehernya menegang jelas.Di sisi lain, Bima masih menunduk, pipinya memerah oleh bekas tamparan yang baru saja mendarat dari tangan ayahnya sendiri.Suara tamparan tadi masih terasa bergaung, meskipun sudah berlalu beberapa menit. Ia tidak menangis, tapi matanya berkaca, dan jemari tangannya mengepal tanpa arah.Mahesa tak berkata apa-apa. Ia sekadar mengamati. Tatapannya tajam dan datar,

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 95: Luka yang Belum Sembuh

    Setelah saling melempar canda seperti biasa, suara Tama mendadak berubah nada. “Oh iya, Gilang tadi nelepon,” ucapnya, suaranya seolah menurunkan suhu percakapan.“Katanya syutingnya sebentar lagi kelar. Dia bakal pulang beberapa hari lagi. Kamu enggak perlu khawatir soal Wulandaru Starry Media. Dia yang akan handle semuanya.”Nadira menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, memejamkan mata sejenak. Rasanya seperti menghela napas yang sejak tadi tertahan.“Syukurlah kalau dia pulang,” ujarnya pelan, meski tetap berusaha terdengar tegar. “Tapi aku juga bisa kok ngurus Wulandaru. Tapi ya sudah lah, nanti aja aku omongin langsung sama dia.”Nada suaranya berubah, melembut, tapi juga menyiratkan kelelahan yang tak ia sembunyikan lagi. “Ada lagi yang mau kamu bilang, atau aku tutup teleponnya?”Ada jeda. Lalu Tama bicara lagi, lebih ragu kali ini. “Sebentar, satu hal lagi… Aku baru dapet kabar, dan enggak yakin harus bilang atau nggak…”Dahi

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 94: Bayangan Tanpa Jejak

    Menjelang malam yang mulai meluruhkan cahaya, langit Jakarta menggelap perlahan, menyisakan jejak keemasan di ujung horizon.Di tengah gegap gempita media sosial yang penuh amarah sejak siang, akhirnya Wijaya Media mengeluarkan pernyataan resmi.Tulisannya dingin, kaku, dan tajam, seperti pisau yang baru saja ditarik dari lemari es:"Karena komentar jahat dan diskusi merusak yang dipicu oleh sejumlah artis, termasuk Mia, mereka dianggap melanggar kontrak dan langsung diberhentikan tanpa kesempatan pembaruan."Kalimat itu membungkam banyak mulut yang tadinya lantang. Dalam waktu singkat, Mia dan beberapa artis lain yang sebelumnya menyerang dengan agresif mendadak membungkus diri dalam keheningan.Semua unggahan mereka lenyap seolah tak pernah ada. Di akun masing-masing, mereka menuliskan permintaan maaf yang terdengar setengah berbisik, nadanya penuh penyesalan, seakan takut melukai udara yang tenang.Kontras itu mencolok. Siang tad

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 93: Diam Sebelum Badai

    Sinar matahari siang masih menyusup malas lewat celah tirai kantor pusat Wulandaru Group ketika Mahesa melangkah masuk ke ruang rapat utama.Jasnya belum sempat dilepas, dasinya masih terikat rapi, dan aroma kopi pahit yang menempel di napasnya menandakan pagi yang tak sempat selesai.Ia bahkan melewatkan makan siang, sebuah kebiasaan yang makin sering terjadi sejak konflik antarperusahaan mulai menghangat.Beberapa petinggi perusahaan sudah duduk di sekeliling meja bundar, menunggu. Ketegangan terasa tipis di udara, seperti benang halus yang siap putus.Saat Mahesa duduk, tak ada pembukaan basa-basi, hanya suara ketikan laptop dan debar jantung yang seolah bisa terdengar.Rafael masuk membawa kotak makan siang, namun wajahnya menunjukkan bahwa bukan itu tujuan utama kedatangannya.Kotak itu hanya sekadar titipan basa-basi.“Pak Mahesa,” ucap Rafael sembari meletakkan kotak makan di atas meja kaca, “istri Anda diserang habis-habisan d

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 92: Mulut Kotor

    "Ada yang bisa jelasin, siapa sih Nadira dari keluarga Wulandaru ini? Bukannya Ketua Wulandaru Group, Pak Rafka Wulandaru, cuma punya satu anak perempuan, Tina Wulandaru? Dan dia jelas bukan yang ini."Suara-suara tajam dari netizen bermunculan seperti kabut pagi yang menyelimuti layar gawai. Mereka menulis tanpa ragu, penuh semangat, seolah sedang memburu sesuatu yang berdarah.“Kebetulan banget, gue pernah ketemu Tina di pesta. Orangnya sopan, manis. Beda banget sama cewek di video ini.”“Coba lihat daftar donatur! Si Nadira ini nggak nyumbang sepeser pun. Ngapain dateng ke gala amal fashion? Cuma mau pamer dan ngerendahin orang lain, ya?”“Kita harus cari tahu siapa dia sebenarnya, dan paksa dia minta maaf!”Setuju.Langit digital mendung, dipenuhi komentar pedas dan emoji marah. Nama Nadira Wulandaru menghiasi kolom trending, ditemani hujan tagar dan cercaan yang semakin mengalir deras.Namun di dalam ruangan yang remang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 91: Siraman yang Elegan

    Sebelum rapat benar-benar usai, denting notifikasi memecah konsentrasi. Layar ponsel Nadira menyala, menampilkan nama Tama.Ia menggeser layar dan menjawab cepat, suaranya tetap pelan namun tegas.“Aku lagi rapat. Nanti aja ya.”Namun suara Tama langsung menyusul, nyaris mendesak.“Tenang, jangan marah. Urusan bocah-bocah nggak tahu diri itu, biar aku yang urus. Kamu nggak usah repot!”Sambungan terputus tanpa sempat dijawab. Nadira mematung sejenak, lalu mengernyit.“Apa lagi ini?”Seolah alam ikut bermain, ponsel Danu pun berdering. Ia membaca pesan dengan alis merapat, lalu melangkah pelan mendekati Nadira dan membisikkan sesuatu.Ekspresinya berubah drastis, dari datar menjadi tegang seperti seseorang yang baru saja menerima berita buruk.Nadira tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut meraih tabletnya. Beberapa ketukan cepat membawanya ke laman berita hiburan, dan di sana—di sana nama Nadira terpampang di daf

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status