Home / Romansa / Mantan Tunangan CEO / 2. Ketidaksengajaan Manis

Share

2. Ketidaksengajaan Manis

Author: Onyx Prince
last update Huling Na-update: 2021-07-04 13:57:41

Jordi memberikan reaksi pertama atas apa yang baru saja Nathalie ucapkan. Pria itu tertawa keras hampir terpingkal-pingkal.

“Hey, apa kau sedang hidup di zaman megalodon? Apakah sekarang privasi masih berlaku pada sebagian orang, terutama pada orang seperti Kai?” tanya pria itu sambil mengusap sudut matanya yang berair.

“Kau memanggil namanya seolah kau dekat dengannya." Pandangan Nathalie menelisik pada Jordi.

Seketika, pria itu terbatuk-batuk seraya melotot tajam. “Aku hanya tidak suka memanggil seseorang secara formal.”

Nathalie mengendikkan kedua bahunya tidak peduli.

“Jordi benar, tidak ada privasi bagi orang seperti dia. Kau akan mudah mendapat informasi,” timpal Ariska.

Sementara Nathalie hanya diam, mencerna apa yang diucapkan oleh kedua temannya. Memang benar, seharusnya ini akan berjalan dengan mudah. Ia seharusnya bisa menyelesaikannya dengan cepat.

Selain itu, ia sendiri tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran atasannya, kenapa mereka bisa-bisanya membiarkan dirinya meliput berita yang tidak masuk akal seperti ini. Cih, agak menyebalkan memang. Namun, ia menyukai pekerjaannya.

.

.

.

“Terima kasih,” ujar Nathalie pada sopir taksi yang baru saja mengantarkannya. Tak lupa ia memberikan beberapa lembar uang kepada pria setengah baya tersebut sebagai ongkos.

Ia memalingkan pandangannya ke arah di mana gedung pencakar langit Perusahaan Hyden menjulang. Nathalie mengambil napas dalam-dalam. Kemudian, kaki jenjangnya yang terbalut sneakers putih melangkah menuju gedung tersebut. Pada akhirnya, ia tetap harus melakukan pekerjaannya dengan baik. Terlepas dari semua hal yang tidak ia sukai.

Sampai pada pintu masuk dirinya dihadang oleh dua orang security berbadan tinggi besar. Wajahnya hampir mirip dengan security yang biasa ia lihat di drama-drama Korea. Tidak mengerikan dan membuat dirinya enggan mengalihkan pandangan. Diam-diam ia memuji perusahaan ini karena pintar dalam memilih pegawai.

“Nona, bisa tunjukkan kartu namamu?”

Bahkan suaranya pun terdengar indah. Berat khas pria sejati.

“Aku seorang wartawan, dan hari ini ada sesi wawancara dengan CEO perusahaan kalian.”

Nathalie memperlihatkan tanda pengenalnya yang menggantung di leher, akan lebih baik jika dua security ini tidak percaya dan mengusirnya dengan hormat.

“Oh ... Nona Nathalie, silakan masuk, CEO kami sudah menunggumu,” ujar salah satu dari mereka. Membuka akses jalan dan membiarkan Nathalie masuk lebih dalam.

Sesaat ia mengangkat salah satu alisnya.

Seorang CEO yang terkenal sibuk … menunggunya?

Tidak masuk akal. Nathalie membuang jauh pikiran aneh yang tiba-tiba menyeruak masuk. Ia mengangguk singkat pada kedua security itu dan melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda. Jemari indah lentik miliknya memencet tombol naik pada lift yang akan mengantarkan ke ruangan CEO. Resepsionis yang tadi ia temui mengatakan jika ia harus naik ke lantai paling atas untuk bertemu dengan atasan mereka.

Terbesit tanda tanya di dalam hatinya kala wawancara kali ini akan berlangsung di ruangan kerja CEO. Dirinya biasa melakukan wawancara di tempat terbuka yang telah disediakan, dengan beberapa orang dan kamera yang mengelilinginya. Mungkin, memang benar perihal rumor yang mengatakan jika CEO Perusahaan Hyden adalah orang yang tertutup dan tidak menyukai keramaian.

Untuk yang kesekian kalinya, Nathalie menghela napas pelan. Lantas berjalan keluar dari lift dan membenarkan tataan bajunya yang sedikit berubah. Sebelum kemudian mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu yang ada di hadapannya.

Tok! Tok! Tok!

Sama sekali tidak ada sahutan dari dalam sana selama beberapa saat. Diangkat kembali tangannya dan berniat mengetuk pintu untuk yang kedua kali. Namun, belum sampai tangannya menyentuh pintu kayu berbahan mahal di depannya, terdengar suara dari dalam yang mempersilahkan dirinya untuk masuk.

Sesosok pria dengan kemeja putih terlihat sedang berdiri menghadap dinding kaca dengan kedua tangan terlipat. Melihat pemandangan kota pada ketinggian gedung ini.

“Permisi? Saya Nathalie dari NDN Press .…”

Ia tidak melanjutkan perkataannya lagi kala pria yang membelakangi dirinya perlahan mulai berbalik. Memperlihatkan betapa sempurna wajahnya yang sanggup membuat kaum hawa menjerit. Namun, hal itu sama sekali tidak berlaku bagi Nathalie. Wajahnya berubah datar seiring dengan senyuman tidak biasa yang diberikan oleh pria yang adalah CEO perusahaan ini.

“Thalia ....”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mantan Tunangan CEO   166. Keluarga Kecil

    Nathalie menutup dan meletakkan majalah fashion yang ada di tangannya saat melihat Kai telah pulang. Ia tersenyum tipis, lantas berjalan mendekati suaminya tersebut dan kemudian membantu Kai melepas jas yang dipakainya. "Kau pulang cepat," ujar Nathalie sembari menggenggam jas milik Kai."Aku hanya khawatir seseorang terlalu merindukanku di rumah." Pria itu menyeringai tipis. Dan Nathalie hanya bisa memutar bola matanya pelan. Membuat Kai terkekeh samar dan kemudian mengecup dahi wanita itu sedikit lama. "Kau terlihat cantik," puji pria itu dan kembali menciumi semua sisi wajah dari Nathalie."Jangan kau pikir bisa mengalihkan perhatian." Nathalie mendorong pria itu pelan. "Kau tidak makan siang, kan?" Sedangkan Kai hanya tersenyum sampai kedua matanya menyipit. Ia pikir, dirinya perlu untuk memotong gaji Hans bulan depan. Entah sejak kapan sekretaris yang paling ia percaya itu kemudian berkhianat dan berada di pihak Nathalie. Bahkan, sekarang Hans secara terang-terangan berani me

  • Mantan Tunangan CEO   165. Anggota Baru

    Sudah beberapa minggu sejak Nathalie dan Kai menghabiskan bulan madu mereka di Venice. Sekarang, mereka berdua telah kembali ke Indonesia dan menjalani aktivitas seperti biasanya. Namun, sedikit berbeda bagi Nathalie. Sejak Kai meminta dirinya untuk berhenti bekerja, ia menjadi suka merasa bosan di rumah. Meski Meii telah kembali ke sini, bahkan masih belum bisa menghilangkan rasa bosannya.Kadangkala, ia membantu Meii untuk sekadar menyiapkan makanan atau membersihkan rumah ini. Meski harus sedikit memaksa agar Meii memperbolehkannya. Dan pada akhirnya, Nathalie tetap menyibukkan diri dengan menulis artikel. Mungkin memang tak seberapa, namun ia tak bisa menghilangkan kebiasaan menulisnya itu dengan mudah. Sembari menunggu Kai pulang, ia kadang juga mengunjungi Irine atau sekadar pergi ke Supermarket bersama Meii untuk belanja bersama. Ia tidak ingin hanya berada di rumah saja dan menunggu waktu berganti sampai bertemu dengan Kai kembali. "Nyonya, biar saya yang mengaduk adonan in

  • Mantan Tunangan CEO   164. Tertangkap Basah

    Tak terasa sudah lima hari Nathalie berada di Vanesia. Beberapa tempat indah yang ada di kota ini sudah hampir ia datangi bersama dengan Kai. Mulai dari Piazza San Marco yang adalah sebuah lapangan umum namun sering dikunjungi banyak oang. Sampai ke Gallerie Dell’Accademia untuk melihat-lihat lukisan yang ada dalam galeri seni paling bergengsi di kota ini. Hari ini, Nathalie dan Kai berjalan menyusuri Pasar Rialto yang menyediakan beberapa makanan tradisional dan barang-barang sederhana khas Italia. Tak sedikit pula Nathalie mencoba membeli apa yang menarik perhatiannya di sini. Sesekali ia membiarkan Kai mencicipi beberapa jajanan sederhana yang kadang membuat dahi Kai terlipat samar. "Kalian orang Asia, ya?" tanya seorang nenek dengan menggunakan bahasa Italia. Nathalie benar-benar tidak mengerti selain menunggu Kai menjelaskan padanya."Ya. Indonesia." Kai menjawab sembari mengambil sebuah gantungan kunci dari kayu ukir berbentuk Gondola. Tersenyum tipis dan memperlihatkan apa ya

  • Mantan Tunangan CEO   163. Di Atas Rialto Bridge

    "Kai! Lihat sini!" Nathalie memanggil pria yang berjalan satu langkah lebih awal darinya itu sembari terkekeh pelan. Sementara Kai kini terlihat enggan untuk memalingkan wajahnya pada Nathalie yang tengah memegang ponsel dan menghidupkan kamera."Hey! Apakah kau sedang menyia-nyiakan wajah tampan mu itu? Kau harus banyak mengambil gambar untuk dijadikan kenangan."Wanita itu menarik tangan Kai dengan sedikit tenaga dan mau tak mau pria itu beralih menatapnya. Dan-Cekrek!Satu foto wajah pria itu Nathalie dapatkan. Akhirnya ia mendapat potret Kai dari depan. Nathalie juga tidak mengerti. Meskipun Kai selalu percaya diri menyombongkan kelebihan yang ia miliki- termasuk wajahnya yang tampan. Namun, ada kalanya juga Kai merasa malu. Tepat hari ini, adalah hari ke dua mereka berada di Vanesia. Dan saat ini, mereka berdua tengah berjalan bersama di atas Jembatan Rialto. Dengan pemandangan kota Vanesia yang indah. Nathalie mengatakan kota ini unik karena memang sesuai dengan apa yang kin

  • Mantan Tunangan CEO   162. "Kau mau melakukannya?"

    "Thalia ...." Kai memanggil nama wanita yang berbaring di pangkuannya itu dengan lembut. Tangan kanannya tak berhenti mengusap surai panjang wanita itu dengan pelan. Dan Nathalie yang sedang mengamati kuku-kuku miliknya yang belum sempat ia potong itu menjawab dengan gumaman pelan."Hm?" "Ada tempat yang kau inginkan untuk berbulan madu?" Nathalie juga bingung. Ia pikir Kai sudah memutuskan akan memilih untuk pergi ke mana. Hampir sebagian tempat di dunia ini pernah ia kunjungi bersama dengan pria itu. "Apa kau ada usul? Aku juga bingung." Wanita itu terkekeh pelan. Merubah posisi miring menjadi terlentang agar bisa menatap Kai dari bawah.Pria itu tersenyum tipis. Menunduk padanya. "Venice?"Alis Nathalie mengerut tipis. "Italia?" Kepala Kai teranguk. Nathalie pikir, ia juga belum pernah ke tempat tersebut. Hanya pernah melihat dalam ponselnya bagaimana keindahan kota unik itu."Boleh juga." Mungkin kali ini akan terasa berbeda karena Nathalie akan pergi bersama Kai dengan s

  • Mantan Tunangan CEO   161. Pengganggu bagi Kai

    Nathalie memandang bunga-bunga yang bermekaran di taman yang ada pada rumah Kai. Ah, Nathalie pikir ia sudah bisa memanggilnya sebagai rumah kita. Rumah di mana dirinya dan Kai tinggal dengan status yang resmi menjadi suami istri. Wanita itu tersenyum tipis. Lantas kembali menyiram bunga dengan berbagai warna dan bentuk tersebut dengan ceria. Hari ini adalah tepat hari ke tiga setelah Nathalie dan Kai melangsungkan pernikahan. Pengantin baru yang harusnya sedang memandu kasih dan pergi bulan madu seperti yang biasa dilakukan, namun tidak dengan Nathalie. Karena pekerjaan Kai yang tak bisa ditinggalkan, waktu berbulan madu mereka menjadi tertunda. Meski Nathalie sedikit kecewa. Namun, ia tak menyesalinya. Wajar saja hal ini terjadi. Karena pekerjaan Kai bukanlah pekerjaan yang sembarangan harus ditinggalkan. Dan Nathalie memilih untuk menunggu sebentar lagi sampai pria itu benar-benar menyelesaikan semuanya. Tiba-tiba saja Nathalie merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Kedu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status