Share

2. Ketidaksengajaan Manis

Jordi memberikan reaksi pertama atas apa yang baru saja Nathalie ucapkan. Pria itu tertawa keras hampir terpingkal-pingkal.

“Hey, apa kau sedang hidup di zaman megalodon? Apakah sekarang privasi masih berlaku pada sebagian orang, terutama pada orang seperti Kai?” tanya pria itu sambil mengusap sudut matanya yang berair.

“Kau memanggil namanya seolah kau dekat dengannya." Pandangan Nathalie menelisik pada Jordi.

Seketika, pria itu terbatuk-batuk seraya melotot tajam. “Aku hanya tidak suka memanggil seseorang secara formal.”

Nathalie mengendikkan kedua bahunya tidak peduli.

“Jordi benar, tidak ada privasi bagi orang seperti dia. Kau akan mudah mendapat informasi,” timpal Ariska.

Sementara Nathalie hanya diam, mencerna apa yang diucapkan oleh kedua temannya. Memang benar, seharusnya ini akan berjalan dengan mudah. Ia seharusnya bisa menyelesaikannya dengan cepat.

Selain itu, ia sendiri tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran atasannya, kenapa mereka bisa-bisanya membiarkan dirinya meliput berita yang tidak masuk akal seperti ini. Cih, agak menyebalkan memang. Namun, ia menyukai pekerjaannya.

.

.

.

“Terima kasih,” ujar Nathalie pada sopir taksi yang baru saja mengantarkannya. Tak lupa ia memberikan beberapa lembar uang kepada pria setengah baya tersebut sebagai ongkos.

Ia memalingkan pandangannya ke arah di mana gedung pencakar langit Perusahaan Hyden menjulang. Nathalie mengambil napas dalam-dalam. Kemudian, kaki jenjangnya yang terbalut sneakers putih melangkah menuju gedung tersebut. Pada akhirnya, ia tetap harus melakukan pekerjaannya dengan baik. Terlepas dari semua hal yang tidak ia sukai.

Sampai pada pintu masuk dirinya dihadang oleh dua orang security berbadan tinggi besar. Wajahnya hampir mirip dengan security yang biasa ia lihat di drama-drama Korea. Tidak mengerikan dan membuat dirinya enggan mengalihkan pandangan. Diam-diam ia memuji perusahaan ini karena pintar dalam memilih pegawai.

“Nona, bisa tunjukkan kartu namamu?”

Bahkan suaranya pun terdengar indah. Berat khas pria sejati.

“Aku seorang wartawan, dan hari ini ada sesi wawancara dengan CEO perusahaan kalian.”

Nathalie memperlihatkan tanda pengenalnya yang menggantung di leher, akan lebih baik jika dua security ini tidak percaya dan mengusirnya dengan hormat.

“Oh ... Nona Nathalie, silakan masuk, CEO kami sudah menunggumu,” ujar salah satu dari mereka. Membuka akses jalan dan membiarkan Nathalie masuk lebih dalam.

Sesaat ia mengangkat salah satu alisnya.

Seorang CEO yang terkenal sibuk … menunggunya?

Tidak masuk akal. Nathalie membuang jauh pikiran aneh yang tiba-tiba menyeruak masuk. Ia mengangguk singkat pada kedua security itu dan melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda. Jemari indah lentik miliknya memencet tombol naik pada lift yang akan mengantarkan ke ruangan CEO. Resepsionis yang tadi ia temui mengatakan jika ia harus naik ke lantai paling atas untuk bertemu dengan atasan mereka.

Terbesit tanda tanya di dalam hatinya kala wawancara kali ini akan berlangsung di ruangan kerja CEO. Dirinya biasa melakukan wawancara di tempat terbuka yang telah disediakan, dengan beberapa orang dan kamera yang mengelilinginya. Mungkin, memang benar perihal rumor yang mengatakan jika CEO Perusahaan Hyden adalah orang yang tertutup dan tidak menyukai keramaian.

Untuk yang kesekian kalinya, Nathalie menghela napas pelan. Lantas berjalan keluar dari lift dan membenarkan tataan bajunya yang sedikit berubah. Sebelum kemudian mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu yang ada di hadapannya.

Tok! Tok! Tok!

Sama sekali tidak ada sahutan dari dalam sana selama beberapa saat. Diangkat kembali tangannya dan berniat mengetuk pintu untuk yang kedua kali. Namun, belum sampai tangannya menyentuh pintu kayu berbahan mahal di depannya, terdengar suara dari dalam yang mempersilahkan dirinya untuk masuk.

Sesosok pria dengan kemeja putih terlihat sedang berdiri menghadap dinding kaca dengan kedua tangan terlipat. Melihat pemandangan kota pada ketinggian gedung ini.

“Permisi? Saya Nathalie dari NDN Press .…”

Ia tidak melanjutkan perkataannya lagi kala pria yang membelakangi dirinya perlahan mulai berbalik. Memperlihatkan betapa sempurna wajahnya yang sanggup membuat kaum hawa menjerit. Namun, hal itu sama sekali tidak berlaku bagi Nathalie. Wajahnya berubah datar seiring dengan senyuman tidak biasa yang diberikan oleh pria yang adalah CEO perusahaan ini.

“Thalia ....”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status