Share

Mantan Tunangan CEO
Mantan Tunangan CEO
Author: Onyx Prince

1. Datang Kembali

Salah satu bandara di suatu tempat di Jakarta terlihat sangat ramai. Tidak seperti biasanya, kali ini tempat tersebut bagaikan lautan wartawan yang haus akan informasi. Membentuk kerumunan bagai kawanan semut dan menunggu seseorang keluar dari pesawat yang baru saja mendarat.

Seketika, pusat perhatian semua orang teralihkan pada seorang pria yang turun menggandeng lengan wanita berambut pirang di sampingnya. Tubuh tinggi tegap itu berjalan dengan tenang, tidak peduli meski ia tahu banyak orang yang menunggunya saat ini. Kedua mata tajamnya yang tersembunyi di balik kacamata hitam mengedar di antara banyaknya wartawan yang datang. Dan kemudian mendengkus rendah.

“Kai .…”                 

                

Wanita di sebelahnya berbisik.

“Kau sudah biasa menghadiri acara besar, tidak perlu malu berada di hadapan wartawan kecil seperti ini.”

Pria yang dipanggil Kai itu mengeratkan genggaman tangannya pada wanita tersebut. Mengisyaratkan agar tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi.

Bagaikan rudal, dirinya dibombardir dengan berbagai pertanyaan yang hampir sama oleh setiap wartawan. Dan dengan sigap orang-orang yang bertugas mengawalnya itu bertindak. Membuat pembatas dengan badan besar mereka agar tidak ada wartawan yang kelewatan.

.

.

.

Brakk!

Nathalie membanting kasar buku note bersampul biru gelap di tangannya ke arah meja kerja. Membuat dua temannya yang sedang menatap layar plasma terperanjat nyaris mengumpat. Mereka mengalihkan pandangan ke arah Nathalie yang baru saja datang dengan deru napas tak beraturan, raut kesal tercetak jelas menghiasi wajah cantik wanita itu.

“Ada masalah hidup apa kau?”

Ariska, teman satu profesinya itu mengangkat wajah. Mengernyitkan dahinya tipis saat melihat Nathalie mulai mengurut pelipisnya pelan. Ariska pikir, separuh dari beban hidup teman anehnya itu terdapat di kepalanya.

“Kali ini sulit?” tanya Jordi, pria blasteran Amerika-Indonesia berambut pirang dengan beberapa helai kehitaman yang duduk di sebelah Ariska. Pria dengan manik biru sapphire itu menoleh pada Ariska kala Nathalie tidak menjawab pertanyaannya. Ia dan Ariska berpandangan dalam beberapa saat, lalu keduanya menggeleng.

Lain halnya dengan Nathalie, ia menghela napas panjang, lalu menyahut botol mineral yang berdiri di sebelahnya dengan gerakan kilat. Meneguk isi di dalamnya seperti orang kesetanan. Belum selesai, ia kembali meluapkan emosinya dengan meremas botol air tersebut hingga tak berbentuk dan menimbulkan suara khas.

“Ini lebih gila dari yang kalian bayangkan.” Ia menyeka sudut bibirnya, memandang dua temannya itu secara bergantian. Diliriknya buku note yang tergeletak tak berdaya di atas meja, sebelum kemudian ia mendecih pelan.

Ariska menghentikan jemarinya yang sedang menari di atas keyboard. Memilih untuk mengistirahatkan jarinya sejenak dan mendengar cerita Nathalie.

“Apa bagianmu hari ini?” tanya wanita dengan wajah bulat nan manis itu.

“Kau tahu apa yang sedang menjadi trending topik selama tiga hari berturut-turut?”

Ariska terlihat sedang berpikir. 

“Penemuan patung kuda?”

Nathalie menggeleng.

“Hilangnya seratus ekor kambing di Bandung?”

“Nope.”

“Lalu, apakah harga ikan yang sedang melonjak naik?”

“Aris, apakah kau begitu suka pada binatang?”

Nathalie mendesah rendah, tidak habis pikir dengan tebakan yang keluar dari mulut Ariska. Jika bukan karena kebaikan hatinya, mungkin ia sudah menjitak kening wanita itu.

“Hey, Ariska. Apa kau benar-benar tidak tahu siapa yang sedang menduduki pencarian teratas tiga hari ini?”

Jordi memandang ke arah wanita itu dengan tatapan mengejek. Membiarkan Ariska melotot padanya sebagai bentuk perlawanan.

“Memangnya kau tahu?” Wanita berambut pendek itu balik bertanya, setengah tidak percaya.

Dan satu-satunya pria yang ada di dalam ruangan ini memutar kedua bola matanya bosan.

“CEO Perusahaan Hyden—”

Nathalie menjentikkan jarinya, memotong perkataan Jordi yang baru saja membuka suara. Seperti tidak membiarkan pria itu menjelaskan lebih banyak. 

“Yap. Itu dia, CEO itu, kenapa dia pulang dari Inggris dan membawa kekasihnya hingga menimbulkan berita besar? Apa dia sedang berusaha mencari perhatian publik?”

Nathalie berdecak kesal. Padahal hal ini adalah bagian yang paling tidak ia suka. Mewawancarai hubungan orang lain, terlebih pada orang-orang kaya seperti CEO dari Perusahaan Hyden yang sedang berkembang pesat saat ini. Mungkin terdengar aneh, namun inilah kenyataannya. Dirinya sangat menghindari interaksi dengan orang-orang kaya yang ada di sekelilingnya.

“Bukankah CEO itu sudah terkenal bahkan sebelum ia membawa kekasihnya kemari? Dia terkenal tampan dan pintar, menjadi CEO di usia muda bukanlah hal yang mudah.” Jordi membeberkan pemikirannya, menatap Nathalie dengan kedua tangan yang saling bertautan menyangga dagunya yang runcing.

Tidak ada yang dikatakan Nathalie setelah itu selain hanya mengangguk. Ia tidak dapat menyangkal akan hal ini. Segala pencapaian yang telah diraih oleh CEO itu membuat namanya tidak asing lagi di telinga. Dia adalah salah satu orang terpenting di negara ini. Seperempat aset di negara ini adalah miliknya. Cukup membuktikan jika ia bukanlah orang sembarangan.

“Jordi, apa kau ingin mengambil bagianku?”

Pria setengah bule itu menggeleng cepat. 

“Tawarkan saja pada Ariska, dia tidak alergi pada pria kaya.”

Ada sebagian kalimat Jordi yang sedang menyindirnya, Nathalie tahu itu. Pria itu lantas terkekeh saat mendapati tatapan tajam yang ia layangkan. Tahu jika meminta kepada Jordi tidak akan pernah membuahkan hasil, Nathalie pun mengalihkan pandangannya pada satu temannya lagi.

“Aris—”

“Aku akan sangat senang jika menggantikan bagianmu, Nat. Namun, kali ini aku tidak bisa. Masih banyak yang harus aku kerjakan sebelum pak tua itu datang dan memberikan semburan lava.” Ariska tersenyum penuh arti padanya.

“Ini berita besar, kau akan untung saat mendapatkannya,” lanjutnya. Mencoba meyakinkan Nathalie agar ia dapat menghadapi hal yang paling dihindari.

Wanita berambut lurus hitam panjang sepunggung itu menghela napas pelan. Matanya indahnya yang seperti kacang almond terlihat ragu untuk melakukan pekerjaannya kali ini.

“Tapi ... bukankah mewawancarai hubungan orang lain termasuk pelanggaran privasi?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status