Share

Ajakan Menikah

Author: Money Angel
last update Last Updated: 2023-05-12 10:45:59

“Kita udah putus, Dimas, dan kamu yang tinggalin aku dulu. Jadi tolong jaga sikap kamu sekarang. Aku udah punya pacar dan kamu cuma masa lalu!” bentak Annisa sebelum berbalik, “Sial banget!” makinya sambil berjalan meninggalkan Dimas yang masih terdiam.

 

“Kata siapa kita putus, Nis? Aku memang pergi, tapi aku nggak pernah mutusin hubungan kita. Kamu tetap milikku,”

 

“Aku udah pulang, jadi aku akan perbaiki semuanya. Kita bakalan terus sama-sama lagi kayak dulu,”

 

Gumam Dimas pelan sambil terus menatap hangat punggung Annisa yang berjalan meninggalkannya. Ia pun ikut beranjak dari sana dan segera memulai rencananya mendapatkan Annisa kembali.

 

Yang sebenarnya terjadi hari ini semuanya adalah rencana Adimas. Ia yang sudah kembali memanfaatkan momen reuni sekolah mereka dan meminta tolong pada Pak Rangkuti untuk memanggil Annisa agar datang ke acara tahunan sekolah, karena ia tahu Annisa tidak akan menolak permintaan guru yang dihormatinya.

 

Nyatanya, rencana Adimas berhasil. Tidak hanya melihat Annisa yang dirindu, ia bahkan bisa kembali memeluk dan mencium gadis tercinta yang ditinggalkannya.

 

*

 

Annisa tiba di rumah melewati jam makan siang. Selain kehadiran Dimas dengan segala kegilaannya, alasan Annisa meninggalkan acara reuni adalah karena setiap jam makan siang kekasihnya—Zaky akan pulang untuk makan di rumah mereka. Tapi kali ini ketika Annisa kembali, tidak ada mobil Zaky terparkir di depan rumah.

 

Setelah Annisa dan Zaky menjalin hubungan, keduanya memutuskan untuk tinggal bersama dan mengambil sebuah rumah KPR tipe 45 dengan 2 lantai. Tapi mereka tidak tidur sekamar, melainkan tidur terpisah.  Annisa di lantai bawah sedangkan Zaky di lantai atas.

 

Annisa yang memiliki prinsip kuno kalau persatuan tubuh hanya akan dilakukan setelah menikah, diterima oleh Zaky tanpa bantahan dan menurutnya itu baik-baik saja selama mereka tinggal bersama sampai akhirnya menikah nanti.

 

Hari ini Annisa sungguh lelah. Ia memutuskan mandi lalu tertidur, mencoba mengalihkan pikirannya yang kacau. Tapi belum genap satu jam ia tidur, bunyi ponsel Annisa membangunkannya. Ketika dilihat, nomor si pemanggil ternyata tidak tersimpan dalam daftar kontak.

 

“Halo?” sapanya singkat. Suara Annisa berat, khas orang bangun tidur. Tapi setelah menunggu sebentar, tidak ada jawaban dari seberang sana. Hanya suara deru napas yang sesekali terdengar.

 

“Kalau nggak ngomong, saya tutup, ya!”

 

“Aku di luar, Nis…”

 

[Deg…]

 

Detak jantung Annisa seakan berhenti sesaat ketika mendengar suara Dimas sebagai peneleponnya. Mata malasnya langsung terbuka dan ia spontan terduduk di ranjang.

 

“K-kamu mau apa—“

 

[Tuuut Tuuut Tuuut]

 

Panggilan berakhir bahkan sebelum Annisa selesai bicara. Ia langsung beranjak mendekati jendela dan benar saja, ada Dimas yang berdiri di depan rumahnya sambil bersandar di Aston Martin seharga 7 Miliar miliknya.

 

“Ya ampun, ini orang memang benaran gila apa? Mau apa lagi, sih, dia, Tuhan? Apa nggak cukup udah buat hati aku sakit? Apa kurang banyak sakit yang aku rasaian karena dia? Sakitnya aja belum hilang sampai sekarang…” gumamnya tidak berdaya. Hatinya bergemuruh bingung. Adimas memang membuatnya sesak saat ini.

 

“Nggak, biarin aja dia di sana. Aku nggak bakalan keluar,” teguhnya pada diri sendiri. Tapi kekerasan hati itu langsung luntur ketika matanya menoleh pada jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore. Itu adalah waktunya Zaky pulang dari rumah sakit.

 

“Terus gimana kalau Zaky pulang dan ketemu Adimas di depan? Gawat, nih!”

 

Segera ia keluar dari kamarnya dan langsung membuka pintu dengan tergesa. Yang pertama dilihatnya adalah senyum Dimas yang secerah mentari, dan itu jelas sama seperti dulu, seakan hanya bayangan Annisa yang terlihat di mata Dimas.

 

Annisa menggelengkan kepala pelan, ‘Jangan oleng, Annisa. Dia cuma ngelirik, jangan ge’er tingkat dewa kayak gini!’ hatinya berusaha menolak.

 

Ia berjalan mendekati Adimas setelah mengangkat wajahnya, “Tadi aku udah jelas banget ngomong sama kamu buat jauhin aku, kan? Jadi kenapa malah ke sini?” tanyanya ketus.

 

Senyum Adimas semakin terangkat, “Judesnya nggak berubah, ya? Masih sama kayak dulu. Gimana aku nggak langsung pengen nyosor bibir kamu coba?”

 

Annisa menaikkan alis dan membelalakkan mata seketika. Adimas juga tidak berubah sama sekali, tetap sembarangan bicara padanya. Mungkin di mata orang dia sosok yang pendiam dan tekun, tapi pada Annisa semua itu tidak berlaku, kalimatnya bahkan semberono sekali ditambah keusilan yang hanya Annisa yang tahu.

 

“Semuanya berubah kecuali kamu. Omongan kamu yang nggak bisa difilter sama sikap kamu yang semberono, cuma itu yang nggak berubah. Selain itu semuanya udah beda. Kita udah nggak ada hubungan lagi, jadi Please… jangan ganggu aku lagi!”

 

Omelan Annisa seperti tidak terdengar ke telinga Adimas dan malah semakin membuatnya gemas melihat Annisa.

 

“Aku udah pulang, Annisa Sayang. Ayo, kita nikah,” Adimas tidak lagi berbasa-basi. Ia langsung mengutarakan niatnya datang ke Annisa.

 

“Gila, ya? Siapa yang pergi ninggalin aku sendirian dulu? Tujuh tahun, Dimas, tujuh tahun! Selama itu kamu udah pergi dan nggak ada kabar apa pun lagi. Kamu memang nggak mutusin hubungan kita, tapi kepergian kamu dan hinaan ibu kamu udah mutusin semua yang ada sama kita!”

 

“Kamu pergi dan aku hancur. Rasa sakitnya pun masih ada di sini, Dimas!” sambil menepuk tubuh depannya sendiri, Annisa mulai menangis, “Dan sekarang waktu kamu balik, kamu langsung mau ngajakin aku nikah? Kamu waras, kan?”

 

“Aku selalu waras, Nis. Waktu ngambil keputusan pergi ke Amerika pun aku mikirin itu baik-baik. Aku pergi buat hari ini, buat kamu. Aku udah pulang dan sekarang kita bisa nikah. Nggak ada yang bisa pisahin kita lagi,”

 

“Nikah sama aku, ya, Nis…”

 

“Kamu kira kita masih kayak dulu? Waktu berjalan, kita udah dewasa, dan semuanya ikut berubah. Ngomongin nikah sekarang nggak segampang dulu waktu kita anak-anak, Dimas,”

 

“Menikah itu hubungan penting, sakral, bukan kayak main rumah-rumahan. Tolong bedain situasi sekarang, jangan main-main lagi sama omongan penting kayak gitu!” Annisa menasihati Adimas setelah cibiran terasa tidak membantu.

 

“Nggak masalah kalau kita main rumah-rumahan, asalkan aku selalu sama kamu. Asalkan di rumahku nanti ada kamu. Waktu aku mau tidur, kamu udah siap jadi guling yang buatku mimpi indah, dan pas buka mata pagi hari, cantiknya kamu yang langsung aku lihat. Gitu aku bernapas, aroma badan kamu yang aku hirup. Buatku, itu rumah-rumahan yang paling indah, Nis,”

 

Annisa ingin menangis saat itu juga mendengar setiap kalimat naïf yang begitu mudahnya diucapkan Adimas.

 

“Bangun, Dimas. Jangan terus diam di masa lalu. Semuanya udah berubah, aku udah punya pacar dan kami mau nikah sebentar lagi. Kamu nggak boleh terus kayak anak-anak gini,” air matanya kini lolos saat menatap Adimas saat berucap.

 

Adimas mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menyapu air mata Annisa, “Jadi kenapa kamu nangis? Kalau nggak mau nikah sekarang, ya nggak usah nangis gini, Nis. Aku sakit lihat kamu nangis karena aku,”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantanku Gagal Move On   Mantanku Gagal Move On TAMAT

    Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya di hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik keluarga Sunny. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Adimas dan Nissa yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka. Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti kakek dan keluarga Rama lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat Sunny dan itu jelas bukan orang sembarangan. Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Sunny. Itu karena setelah Nissa mengungkapkan apa yang ia dengar dari Akbar tentang identitasnya memiliki ayah yang tidak biasa. Setelah berdiskusi dengan keluarganya, Sunny menyarankan pada Adimas agar istrinya itu be

  • Mantanku Gagal Move On   Bangun dan Bersama Lagi

    Setelah tiba di rumah sakit, Dimas harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Jay dan Nyonya Risti, hanya Rama yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Dimas melihat wajah Rama ketika menjenguknya dan itu membuat Dimas tersenyum.Rama yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Dimas. "Lo nggak apa-apa, Ram?" tanya Dimas dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Nggak terbalik nih pertanyaannya? Yang lagi rebahan siapa, bro?” Rama menjawab dengan candaan, “Gimana keadaan Lo, Mas? Gue senang lihat Lo bangun. Gue takut karena udah semingguan ini Lo koma dan lemah terus.” Sambungnya mulai berucap sedih.“Gue masih kuat bercanda sama Lo, kok. Tapi

  • Mantanku Gagal Move On   Benci Dan Terima Kasih

    Rama dan Dimas tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Akbar yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Akbar menendang tubuh Dimas dan Rama berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Nissa punya aku. Nissa milik aku. Kalian harus mati!” kalimat ini terus Akbar gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Nissa, Akbar tidak sedikitpun menaruh ampun pada Rama dan Dimas yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas banget pelurunya tinggal dua. Cukup buat bunuh Lo berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya nggak pakai peluru Lo juga, sebentar lagi Lo pada mati.”“Tapi kayaknya gue nggak mau ambil resiko kalau nanti Lo berdua jad

  • Mantanku Gagal Move On   Tertembak

    Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Akbar dan Nissa.Dengan petunjuk yang Jay berikan, Dimas dan Rama tiba di tempat tersebut.“Apa nggak berlebih banget ngepung Akbar sampai beginian?” Rama bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini gue pribadi nggak punya masalah sama Akbar.” Sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau Lo cuma mau tanya doing, ngapain Lo yang heboh pakai acara minta bantuan militer juga?” Dimas mengomentari, “Lagian ngapain dia kabur waktu anggota Jay mau periksa mereka sesuai protokol keamanan? Kalau nggak punya salah, si brengsek itu ngapain lari sampai ke sini?” Dimas memberikan penilaian tepat.“Gue mau turun sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Rama, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan sana.“Jay, gimana?” Dimas langsung bertanya pada Jay saat

  • Mantanku Gagal Move On   Tersudutkan

    Akbar baru saja membantu Nissa untuk berpindah langkah dengan hati-hati. Tidak lupa juga ia membenahi jaket tebal dan penutup kepala Nissa agar tidak terkena angin pelabuhan yang berhembus kencang.“Terima kasih.” Nissa berucap singkat dan mulai berjalan. Tapi langkahnya terhenti dan ia menoleh pada Akbar yang diam di belakangnya, “kamu kenapa?” tanyanya.“Ngapain kamu balik lihat aku? Aku cuma pengen lihat punggung kamu waktu jalan. Sama kayak yang kamu lakuin ke aku tiap kali kamu tinggalin aku. Aku mau mastiin perasaan aku kali ini. Kenapa rasanya beda banget kayak gini.” Akbar menjawab dengan senyumnya yang putus asa. Entah mengapa ia merasa kacau dan bimbang, padahal ia sudah membawa Nissa sampai ke daratan ini.Nissa hanya tertegun tidak mengerti. Hatinya juga kacau saat ini. Melangkahkan kakinya lagi di daratan Pulau Jawa itu membuatnya bimbang. Ia ingin sekali kabur dan meminta tolong untuk dijauhkan dari Akbar dan kembali ke Dimas, tapi mengingat kondisinya yang tidak memungk

  • Mantanku Gagal Move On   Setitik Cahaya Di Langit Mendung

    ‘Adimas, aku baru saja mendapatkan informasi tentang kapal asing yang terdaftar dengan nama Akbar Lesmana memasuki perairan Teluk Jakarta. Diduga kapal tersebut akan menuju Tanjung Priok.’‘Anak buahku mengkonfirmasi kapal tersebut berisi kurang dari sepuluh awak di antaranya terdapat seorang wanita mengandung. Anak buahku tidak mengenal wanita itu karena wajahnya ditutupi topi berpenutup. Tapi itu sangat mencurigakan.’‘Laporan anak buahku kali ini mereka anggap penting karena sebelumnya Akbar Lesmana tidak pernah membawa wanita keluar pulau, tapi ini malah membawa wanita dengan perut yang besar. Kusarankan kau segera ke sana bagaimana pun caranya. Aku juga akan memerintahkan pasukanku yang berada di sana untuk mengintai pria berbahaya itu.’Itu adalah beberapa pesan dari Sunny, sahabat Adimas yang memiliki koneksi tidak terbatas. Selama ini para anak buah yang ditugaskannya mengintai Akbar Lesmana yang dicurigai berkaitan dengan hilangnya Nissa, tidak mendapatkan informasi apapun ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status