Share

Nissa Milik Aku

Author: Money Angel
last update Last Updated: 2023-05-12 10:47:38

Annisa menurunkan tangan Adimas, “Makanya kamu sadar, dong. Jangan keras kepala terus! Aku udah punya calon suami dan kami bakalan nikah sebentar lagi. Kurang jelas gimana lagi, sih, Dimas? Aku sakit kalau kamu terus gini sama aku!”

 

“Makanya nikah sama aku. Aku nggak bakalan sakitin kamu lagi dan aku akan bayar semuanya sama kamu. Semua yang kamu lewatkan waktu aku pergi. Biarin aku bayar hutang janjiku sama kamu, Nis…” bujuk Adimas sambil mengambil tangan Annisa untuk ditariknya perlahan.

 

Ia tidak ingin kalah berdebat dan seolah ucapan tentang Annisa yang memiliki calon suami selalu diabaikan Adimas. Tangisan kesal dan penolakan Annisa membuatnya sakit. Tapi dengan kesabaran akhirnya tubuh Annisa mengalah untuk dipeluk Adimas.

“Jangan gini, Dimas, lepasin aku. Kita nggak boleh gini. Kita nggak punya hubungan apa pun lagi. Kamu udah mutusin hubungan kita waktu kamu pergi, dan aku udah terbiasa nggak ada kamu di hidup aku. Jadi tolong, ngertiin aku dan pergi aja, Dimas…” tolaknya sambil menangis, tapi Dimas memeluknya semakin erat.

Seberapa banyak Annisa menolak dengan pengungkapan kenyataan hubungan mereka, Dimas hanya diam saja. Memeluk Annisa seperti ini adalah seperti menemukan lagi separuh jiwanya yang hilang.

Annisa pun lelah. Ia tidak melawan lagi karena itu percuma, jadi dia mulai diam dan mengutuk hatinya sendiri ketika nyamannya pelukan Adimas membuat jiwanya tenang. Serpihan hati yang hilang seakan kembali menutup kekosongannya.

Keduanya diam sambil berpelukan, sesaat sebelum suara pria di belakang mereka membuyarkan semuanya.

“Annisa, kamu ngapain?!” itu adalah Zaky yang baru saja tiba di sana.

Suara Zaky sontak membuat Annisa berbalik melepaskan rengkuhan erat Dimas darinya. Ia langsung menghampiri Zaky dengan panik.

 

“Ky, jangan salah sangka. Nggak ada apa-apa antara aku sama dia. Percaya samaku, Ky!” Annisa buru-buru mengkonfirmasi.

“Kalau benar nggak ada apa-apa ya udah, nggak perlu panik kayak gitu. Aku percaya sama kamu, kok, Nis,” Zaky menjawab tenang, “Jadi, gimana ceritanya? Aku bakalan denger sekarang,”

Sikap Zaky yang tenang saat menunggunya menjelaskan membuat berat mental Annisa. Alih-alih senang karena Zaky memberinya kepercayaan tinggi, ia malah semakin merasa bersalah karena di sudut hatinya yang paling dalam, pelukan Dimas memanglah yang ditunggunya.

Adapun Zaky sendiri memanglah menaruh kepercayaan tinggi pada Annisa karena ia tahu kalau Annisa adalah wanita yang sulit bergaul dengan pria. Bukan sulit, tapi memang selalu menjaga jarak. Bahkan dia sendiri berhasil memacari Annisa setelah dua tahun mengejar Annisa yang tak acuh pada hal selain pekerjaan.

 

Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi yang ambigu seperti tadi, ia tidak buru-buru menghakimi Annisa. Tapi jelas, di hatinya ada api cemburu yang mulai menyala, terlebih saat bertukar tatapan dengan Dimas.

Annisa yang sudah akan menjelaskan hubungannya dengan Dimas pada Zaky, batal bicara karena Dimas menarik tangannya hingga Annisa mundur dan berdiri sejajar dengannya.

Aura perang dingin sudah terasa saat Dimas berseringai iblis menatap Zaky, “Annisa punyaku. Nggak ada yang perlu dia jelasin.”

Annisa tidak tahu lagi bagaimana caranya menyumpal mulut Dimas yang beracun. Ia kembali melepaskan tangan Dimas darinya, “Dimas, kamu gila apa? Jangan ngomong sembarangan kamu!”

Zaky jelas marah dan segera menarik Annisa lagi ke sisinya, “Nis, siapa dia? Berani banget dia bilang kalau kamu punya dia. Memangnya siapa dia ngaku-ngakuin kamu di depan aku?”

“A-aku... dia...” Annisa tergagu.

Belum lagi menjawab, Dimas dari sisi satunya kembali menarik Annisa hingga kini wanita muda itu seperti piala yang diperebutkan dua pihak.

 

"Lepasin tangan Annisa sebelum semuanya terlambat!” Dimas memperingatkan.

“Memangnya kamu siapa? Tolong sopan sedikit! Annisa itu pacar saya, dia calon istri saya!”

 

“Dalam mimpi! Dia punyaku, lepasin tangannya atau ini jadi peringatan terakhir sebelum kamu saya buat menyesal?” kembali, Dimas memberikan ultimatum.

 

“Kalian bisa lepasin tangan aku? Ini sakit!” pekikan Annisa membuat Dimas seketika melepaskan genggaman tangannya pada Annisa dan membuat tubuh Annisa terhuyung ke Zaky.

 

“Aku nggak bakalan dapet jawaban darinya, Nis, jadi tolong bilang sama aku siapa laki-laki brengsek ini? Dia berani banget tarik kamu di depan aku!”

“Dia teman SMA aku, Ky. Cuma temen, nggak ada yang lain,” Annisa langsung menjawab dan jawabannya tidak sepenuhnya berbohong. Dimas memang teman sekolahnya.

 

“Temen sekolah yang gimana sampai bisa tidur bareng? Nis, kasih tau sama dia kalau tadi kita juga...” Dimas sengaja menggantung kalimatnya, “Lipstik kamu aja masih kerasa banget di mulut aku,”

 

“Cukup, Dimas! Kamu keterlaluan! Aku benci sama kamu, kamu pergi sekarang dari sini!” Annisa seketika membentak. Dimas benar-benar sudah keterlaluan. Bukannya pergi, ia malah menyiram bara api yang sudah jadi di hati Zaky.

“Dan biarin kamu tetap tinggal sama laki-laki ini? Aku nggak gila buat setuju sama permintaan kamu dan jauhin kamu lagi. Tujuh tahun udah cukup buatku tahan rindu ini sama kamu, Sayang,”

 

“Ayo, dong... Bilang aja sama dia kalau kita ini pacaran mulai SMA. Dan kita bakalan mulai hubungan kita lagi dengan nikah, kenapa bilang kayak gitu aja susah-”

 

[Bugh!]

“Brengsek, diam kamu!” Zaky yang sudah menahan geram sedemikian rupa ternyata tidak bisa menahan lagi, hingga pukulan mentah yang akhirnya diterima Adimas.

Bukannya meringis, Dimas masih bisa berseringai sambil mengelap darah di sudut bibirnya dan kembali berdiri, “Cuma segini?” decihnya setelah meludah darah.

 

“Dimas, kumohon jangan begini. Pergi... Pergi aja kayak dulu kamu tinggalin aku. Hidup aku udah baik-baik aja waktu kamu nggak ada. Aku mohon, Dimas...” Annisa menangis memohon pada Adimas sambil menahan kepalan tangan Zaky yang bisa saja melayang ke wajah Adimas lagi.

 

Air mata Annisa yang sedih melihat Dimas yang terkena pukulan Zaky, serta kebingungan harus menjelaskan seperti apa yang terjadi saat ini, bagi Zaky semuanya sudah jelas di matanya.

Ia menurunkan tangannya dan menghempaskan tangan Annisa yang memeganginya. Itu membuat Annisa terkesiap, “Zaky?”

 

“Apa yang dia bilang itu benar, Nis? Dia pacar kamu yang dulu dan kalian udah pernah tidur bareng? Kalian juga kissing, padahal kamu sadar kalau kamu itu calon istri aku?”

 

“Zaky, ini semua nggak kayak seperti yang kamu pikirin. Aku bisa jelasin semuanya sama kamu. Dia bukan siapa-siapa aku, percaya sama aku, Ky!” Annisa mencoba membujuk Zaky yang marah. Sekalipun yang terjadi itu benar, tapi ia tidak ingin Zaky hancur dengan kenyataan.

“Kenapa bohong, Nis? Ini bukan sifat kamu. Jujur aja sama dia kalau kamu itu punya aku. Kita udah berbagi semuanya karena hubungan kita serius,”

“Dimas, please... kamu pergi aja...” bujuknya. Bahkan kali ini Annisa menyatukan tangannya memohon, “Jangan ganggu aku setelah kesalahan kamu yang udah ninggalin aku. Pergi, Dimas... pergi,”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantanku Gagal Move On   Mantanku Gagal Move On TAMAT

    Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya di hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik keluarga Sunny. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Adimas dan Nissa yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka. Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti kakek dan keluarga Rama lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat Sunny dan itu jelas bukan orang sembarangan. Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Sunny. Itu karena setelah Nissa mengungkapkan apa yang ia dengar dari Akbar tentang identitasnya memiliki ayah yang tidak biasa. Setelah berdiskusi dengan keluarganya, Sunny menyarankan pada Adimas agar istrinya itu be

  • Mantanku Gagal Move On   Bangun dan Bersama Lagi

    Setelah tiba di rumah sakit, Dimas harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Jay dan Nyonya Risti, hanya Rama yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Dimas melihat wajah Rama ketika menjenguknya dan itu membuat Dimas tersenyum.Rama yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Dimas. "Lo nggak apa-apa, Ram?" tanya Dimas dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Nggak terbalik nih pertanyaannya? Yang lagi rebahan siapa, bro?” Rama menjawab dengan candaan, “Gimana keadaan Lo, Mas? Gue senang lihat Lo bangun. Gue takut karena udah semingguan ini Lo koma dan lemah terus.” Sambungnya mulai berucap sedih.“Gue masih kuat bercanda sama Lo, kok. Tapi

  • Mantanku Gagal Move On   Benci Dan Terima Kasih

    Rama dan Dimas tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Akbar yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Akbar menendang tubuh Dimas dan Rama berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Nissa punya aku. Nissa milik aku. Kalian harus mati!” kalimat ini terus Akbar gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Nissa, Akbar tidak sedikitpun menaruh ampun pada Rama dan Dimas yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas banget pelurunya tinggal dua. Cukup buat bunuh Lo berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya nggak pakai peluru Lo juga, sebentar lagi Lo pada mati.”“Tapi kayaknya gue nggak mau ambil resiko kalau nanti Lo berdua jad

  • Mantanku Gagal Move On   Tertembak

    Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Akbar dan Nissa.Dengan petunjuk yang Jay berikan, Dimas dan Rama tiba di tempat tersebut.“Apa nggak berlebih banget ngepung Akbar sampai beginian?” Rama bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini gue pribadi nggak punya masalah sama Akbar.” Sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau Lo cuma mau tanya doing, ngapain Lo yang heboh pakai acara minta bantuan militer juga?” Dimas mengomentari, “Lagian ngapain dia kabur waktu anggota Jay mau periksa mereka sesuai protokol keamanan? Kalau nggak punya salah, si brengsek itu ngapain lari sampai ke sini?” Dimas memberikan penilaian tepat.“Gue mau turun sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Rama, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan sana.“Jay, gimana?” Dimas langsung bertanya pada Jay saat

  • Mantanku Gagal Move On   Tersudutkan

    Akbar baru saja membantu Nissa untuk berpindah langkah dengan hati-hati. Tidak lupa juga ia membenahi jaket tebal dan penutup kepala Nissa agar tidak terkena angin pelabuhan yang berhembus kencang.“Terima kasih.” Nissa berucap singkat dan mulai berjalan. Tapi langkahnya terhenti dan ia menoleh pada Akbar yang diam di belakangnya, “kamu kenapa?” tanyanya.“Ngapain kamu balik lihat aku? Aku cuma pengen lihat punggung kamu waktu jalan. Sama kayak yang kamu lakuin ke aku tiap kali kamu tinggalin aku. Aku mau mastiin perasaan aku kali ini. Kenapa rasanya beda banget kayak gini.” Akbar menjawab dengan senyumnya yang putus asa. Entah mengapa ia merasa kacau dan bimbang, padahal ia sudah membawa Nissa sampai ke daratan ini.Nissa hanya tertegun tidak mengerti. Hatinya juga kacau saat ini. Melangkahkan kakinya lagi di daratan Pulau Jawa itu membuatnya bimbang. Ia ingin sekali kabur dan meminta tolong untuk dijauhkan dari Akbar dan kembali ke Dimas, tapi mengingat kondisinya yang tidak memungk

  • Mantanku Gagal Move On   Setitik Cahaya Di Langit Mendung

    ‘Adimas, aku baru saja mendapatkan informasi tentang kapal asing yang terdaftar dengan nama Akbar Lesmana memasuki perairan Teluk Jakarta. Diduga kapal tersebut akan menuju Tanjung Priok.’‘Anak buahku mengkonfirmasi kapal tersebut berisi kurang dari sepuluh awak di antaranya terdapat seorang wanita mengandung. Anak buahku tidak mengenal wanita itu karena wajahnya ditutupi topi berpenutup. Tapi itu sangat mencurigakan.’‘Laporan anak buahku kali ini mereka anggap penting karena sebelumnya Akbar Lesmana tidak pernah membawa wanita keluar pulau, tapi ini malah membawa wanita dengan perut yang besar. Kusarankan kau segera ke sana bagaimana pun caranya. Aku juga akan memerintahkan pasukanku yang berada di sana untuk mengintai pria berbahaya itu.’Itu adalah beberapa pesan dari Sunny, sahabat Adimas yang memiliki koneksi tidak terbatas. Selama ini para anak buah yang ditugaskannya mengintai Akbar Lesmana yang dicurigai berkaitan dengan hilangnya Nissa, tidak mendapatkan informasi apapun ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status