"Hah, kenapa kamu yang begitu khawatir?" Lisa mencibir, "Jika bukan karena kamu kemarin, mungkin aku tidak akan pernah bertabrakan dengan Rendi bukan? Dan masalah ini mungkin tidak akan pernah terjadi..!"Lisa berkata dengan sedikit tertekan, kemudian dia menunjuk ke arah pintu dan berteriak, "Keluar, Kamu keluar dari asramaku!""Lisa, jangan seperti itu ..." Syifa juga merasa Lisa terlalu keras kepada Kevin. "Lagi pula, Kevin sudah datang melihatmu, tetapi kamu masih mengatakannya seperti itu."Kevin tidak ingin mengatakan apa pun karena dia menghargai keputusan Lisa. Dia perlahan berbalik dan kemudian berjalan ke arah pintu."Kevin, tidak apa-apa, Lisa tadi sedikit berlebihan, lihatlah hari ini mungkin masalahnya sangat berat, kamu jangan sakit hati dengan perkataannya, kita hargai keputusannya." Andre menutup pintu asrama, kemudian mengikuti Kevin keluar dan menghibur sahabatnya."Tidak apa-apa, aku mengerti." Kevin tersenyum, "Sudahlah, cepat masuk bujuk Lisa dan katakan padanya ja
"Beritahu padanya untuk berhenti berurusan dengan perusahaan Keluarga Lisa!" Kata Kevin."Baik, Tuan muda, jangan khawatir. Dalam kurun waktu setengah jam, tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh Keluarga Kusuma terhadap perusahaan dari Keluarga Lisa, dia pasti akan patuh dengan perkataan Tuan Muda." Kata paman Angga sambil tersenyum."Baguslah, kalau begitu aku tutup teleponnya" Kevin mengangguk dan menutupi panggilannya.Setelah paman Angga menerima perintah dari Kevin, dia segera menyampaikan maksud dari Kevin kepada penanggung jawab di wilayah Bengkulu,dia menghubungi Beni melalui panggilan khusus dari kediaman Keluarga Kevin.Di sisi lain, Lisa telah menelepon teman sekelas SMA-nya. Setelah ayahnya Toni menyetujui permintaan anaknya, dia segera bergegas mengumpulkan kelompok Perdagangan Kota Bengkulu.Ayah Toni berniat menemui ketua kelompoknya di kantor, Anas, itulah ketua dari perdagangan kota Bengkulu, dia adalah teman sekelas SMP ayahnya Toni. Jika Anas maju, masalah ini pas
Setelah berjalan masuk melalui gerbang kecil menuju lapangan, Kevin melihat ada enam gadis muda yang cantik sedang berlari menuju Kevin."Kevin, akhirnya kamu datang juga, kenapa kamu begitu lambat sekali?"Gadis tertinggi di antara gadis-gadis itu telah berbicara dan dia adalah Raya yang baru saja menelepon Kevin.Raya mengeluarkan uang 50 ribu kepada Kevin, "Belikan enam botol air minumuntuk kami semua.""Raya, kenapa kamu tadi tidak langsung memberitahukan aku waktu di telepon, biar aku pergi membelinya dan tidak perlu kesini terlebih dahulu." Tanya Kevin sambil memegang uang 50 ribu."Hei, sekarang kamu sudah berani ngomong ya, bukannya jarak kamu kesini itu tidak jauh? Kenapa, apakah kamu sudah tidak tahan lagi?" Raya memelototinya Kevin dengan marah."Tidak tidak ... Baiklah, aku akan membelinya sekarang..." Kevin akhirnya memilih untuk pergi membelj minum daripada harus berdebat dengan Raya.Setelah membeli air, Kevin mengembalikan sisa uang 20 ribu kepada Raya. Masing-masing g
"Aku tidak peduli tentang gaya berpakaian atau apapun itu, aku merasa bahwa karakternya sangat baik" Kata Diandra sambil tersenyum."Apa yang baik!" Raya sama sekali tidak setuju dengan perkataan Diandra, lalu menatap ke arah Kevin dan berkata, "Aku tahu, kamu pasti melihat Diandra karena dia cantik, sehingga kamu datang hanya untuk menggodanya, apakah kamu masih tidak sadar dengan identitasmu sendiri? Aku peringatkan kamu, lain kali jangan berharap bisa dekat dengan Diandra!""Aku ..." Kevin berniat ingin menjelaskannya, tetapi ketika dia berbicara, dia malah tidak tahu harus berkata apa."Aku apa? benar-benar tidak tahu malu..." Tatapan Raya menjadi lebih tajam. Ketika melihat Kevin berhenti untuk berbicara, Diandra yang di samping menatap Kevin dengan tak berdaya.Ponsel Raya tiba-tiba berdering. Ketika Raya melihat nomor itu, dia tanpa sadar mengerutkan kening, lalu berdiri untuk menjawab panggilannya."Halo, kak ... Kamu jangan terlalu tertekan. Lagi pula, usiamu sudah tidak muda
Ada belasan orang di meja itu. Selain beberapa teman-teman Lisa dan teman-teman Kevin, ada juga beberapa orang asing, sepertinya mereka adalah temannya Lisa.Kevin perlahan berjalan ke meja dan beberapa orang mengarahkan tatapannya pada Kevin.Lisa yang sedang mengobrol kembali menoleh dan melihat bahwa Kevin juga ikut datang. Kesan penghinaan melintas di matanya, "Aku tidak meminta kamu datang ke sini bukan? Lupakan saja, suasana hatiku hari ini sedang bagus, aku biarkan kamu ada disini sekarang!"Setelah selesai berbicara, dia tidak menoleh Kevin, kemudian berbalik dan mulai mengobrol lagi. Pada saat ini, Kevin sudah tidak melihat wajah sedih yang ada pada Lisa seperti siang tadi.Kevin menghentikan langkah kakinya dan melihat Lisa dari belakang. Api kecil di hatinya sedikit membara.Sudahlah, bagaimanapun, masalah ini juga ada hubungan dengan dirinya dan juga dia senang telah membantunya. Singkatnya, dia juga tidak akan ada hubungan dengan Lisa untuk ke depannya, bahkan jika bertem
Saat Lisa memikirkannya, ayahnya sudah berbicara, "Putriku, bagaimana mungkin semua ini tidak ada campur tangan orang lain? Jika aku bisa mengatasi masalahnya sendiri, mungkin amarahku tidak akan sebesar tadi bukan? Lisa, ayah tadi pagi merasa sedikit khawatir dan mengatakan bahwa kamu akan ku kirimkan untuk menemani Rendi semalam. Maafkan ayah nak, tapi sekarang kamu tidak akan khawatir lagi karena keluarga Kusuma tidak akan mengganggu kita lagi ..."Kata-kata ayahnya membuat wajah Lisa malu karena semua perkataan ayahnya terdengar oleh teman-temannya."Apa yang ayah bicarakan, teman-temanku sedang mendengarkan ayah, mereka ada disampingku! Aku malu !"Wajah Lisa memerah, kemudian berdiri dan berjalan menjauh teman-temannya untuk melanjutkan percakapan dengan ayahnua di telepon."Ayah, apa ini bukan karena ayah saja? Apakah ada orang lain yang membantu ayah?" Lisa memastikannya lagi."Jika tidak ada yang membantu, bisakah aku membiarkan kamu untuk menemani Rendi selama satu malam ..."
Lisa menyalakan ponselnya, lalu mencari nomor Toni dan meneleponnya.Benarkah itu dia? Bisakah keluarganya menghubungkan koneksinya dengan ketua Anas?Ketika Lisa sedang merasa curiga, panggilannya sudah terhubung."Halo, Lisa, bagaimana dengan situasinya sekarang?" Tanya Toni dengan cemas."Apakah kamu yang membantuku?" Lisa bertanya sambil menantikan jawaban Toni."Setelah kamu menelponku, aku langsung meminta pertolongan pada ayahku. Ayahku bilang bahwa dia dan ketua Anas adalah teman sekelas dan dia langsung pergi ke kantor Perdagangan untuk berbicara dengannya, tetapi sekarang aku masih belum bertanya pada ayahku ..." Kata Lisa dengan tidak yakin."Sudah selesai, masalah ini sudah diselesaikan dengan sangat sempurna!" Lisa tersenyum lebar, "Toni, aku tahu bahwa itu kamu. Ayahku sudah bilang, bahwa ada orang yang mencari ketua Anas untuk mengurusnya. Toni, aku sangat berterima kasih padamu ...""Baguslah jika sudah selesai, ini cuma masalah sepele bukan?" Nada bicara Toni terdengar
Tatapan Kevin dari wajah memancarkan senyuman yang cerah wajahnya. Dia mengangguk dan meletakkan sendoknya, lalu berdiri dan berjalan pergi keluar dari restoran.Setelah berjalan keluar dari restoran, Kevin mengangkat kepalanya dan menatap langit malam sambil melamun. Hatinya dipenuhi dengan kepahitan. Andre dan teman-temannya keluar untuk menghibur Kevin. Kevin merasa terharu sesaat. Setelah mengobrol beberapa kata, dia membiarkan Andre dan teman-temannya kembali untuk lanjut makan.Kevin berjalan menyusuri gang kecil menuju ke kampus. Saat melewati beberapa pasangan, Kevin merasa sedikit kesepian. Dia sedikit menundukkan kepalanya dan melewati jalan kecil itu dengan cepat. Setelah memasuki kampus, dia berjalan menuju asrama. Setelah sampai di asrama, Kevin berbaring di atas ranjangnya sambil melamun. Tidak lama setelah itu, paman Angga meneleponnya."Tuan muda, penanggung jawab keluarga di wilayah Bengkulu, Beni sudah tahu bahwa Anda telah dilatih dalam uji pelatihan kemiskinan sela