Share

Bagian 4 — Serangan Binatang Buas

"Kyaaa!" teriak Kiana dari arah kamar mandi membuat Leon langsung datang menghampirinya karena terkejut.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Leon celingak-celinguk melihat ke dalam kamar mandi yang sudah terbuka, Kiana langsung bersembunyi di belakang Leon, ketakutan.

"Li, lintah macam apa itu?" Kiana merasa merinding di sekujur tubuhnya karena melihat binatang besar mengerikan itu mulutnya terlihat terbuka bulat dengan gigi-gigi tajam yang sangat banyak.

Kemudian lintah raksasa itu melompat ke arah Leon. Kiana hanya menutup wajahnya ketakutan tenaganya terasa habis bahkan untuk lari, Leon menangkapnya dengan santai. Meremasnya dengan kuat sehingga lintah itu meledak dan mati. Darahnya yang berwarna hijau seperti ingus berhamburan di wajah tampan Leon.

"Sudah tidak apa-apa." Ucap Leon datar. Menghadap arah Kiana.

Kiana memperhatikan wajah Leon dengan prihatin, entah karena merasa jijik, kasihan, dan ingin tertawa.

"Cuci mukamu dulu, kau terlihat sangat kotor." Ujar Kiana langsung, sejak lintah itu mati Kiana sudah tidak merasa takut lagi. Hanya saja ia masih terbayang-bayang dan merasa merinding.

Kiana tahu itu bukanlah lintah dari dunianya, karena tidak ada lintah yang terlihat seperti itu di dunia manusia. Terlebih lintah itu sangat besar sekepalan tangannya.

Apakah itu lintah, Dungeon. Pikir Kiana wajahnya tampak pucat saat memikirkan hal itu.

"Terima kasih, karena telah menolongku." Ujar Kiana senang. Ia membersihkan wajah Leon dengan handuk setelah pria itu membersihkan dirinya, Leon tampak senang karena perhatian Kiana padanya.

"Kau perhatian sekali ya." Ujar Leon senyum-senyum.

"Huh! Itu karena kau sudah menolongku, ingat ya aku masih marah padamu." Kiana melempar handuk itu ke wajah Leon kemudian pergi.

"Hei! Tapi aku senang kalau kamu perhatian, Kiana." Ujar Leon. Kiana hanya mengejeknya, setelah itu dan menutup pintu kamar mandi melanjutkan keinginannya yang tertunda. Tidak mengatakan apa-apa.

.

.

.

"Aku tidak suka dengan Leon, aku hanya menjaganya karena itu tanggung jawabku." Gumam Kiana sambil mandi saat itu, memastikan tentang hal yang sebenarnya. Sejatinya Kiana mencintai Rachel, tetapi mereka tidak pernah menjalin hubungan apa pun sebelumnya. Mungkin hanya sekedar memendam rasa.

"Ah, apalagi kalau ternyata Leon adalah manusia super. Aku benar-benar tidak bisa bersama dengan dirinya." Gumam Kiana lagi, kemudian Kiana menatapi telapak tangannya. Mengetahui fakta bahwa dia itu adalah seorang healer yang mendekati manusia biasa, seorang healer kelas C, healer level terendah dan tidak memiliki energi kuat untuk menetralkan kekuatan manusia super yang akan mengamuk.

Kebanyakan dari healer level C memilih menjadi orang biasa, bukannya tidak bisa menetralkan kemampuan seorang manusia super hanya saja energi yang healer level rendah miliki cepat habis dan bisa membuat penggunanya kelelahan jika terus-terusan menggunakan kemampuannya, juga durasi pemurnian yang cukup lama, tidak seperti healer dengan level tinggi yang berlaku hal sebaliknya. Bahkan luka-luka yang manusia super dapat bisa langsung disembuhkan.

"Astaga, percaya diri sekali aku ini. Bagaimana jika ia hanya bercanda karena tidak ingin ada saingan." Kiana menghela nafas melanjutkan mandinya. Karena Kiana dan Leon baru saling kenal mengenal, mana mungkin itu adalah cinta yang tulus.

Paling tidak, keluarkan sedikit ekspresi ketika membunuh sesuatu. Pikir Kiana, ia melihat Leon seperti orang tidak punya perasaan jika seperti itu.

Kiana memang tidak ingin terikat dengan manusia super mana pun. Ia hanya ingin menjalani kisah cintanya dengan normal.

Belum lagi ada cerita tentang Kiana yang tidak bisa bersama dengan seorang manusia super karena itu akan mengingatkannya dengan cerita pahit di masa lalunya.

.

.

.

Keesokan harinya ...

"Ish, kenapa ngintilin aku terus sih." Ujar Kiana pada Leon yang mengikuti Kiana ke mana pun ia pergi.

"Gimana kalau ada monster yang seperti di kamar mandi kemarin?" tanya Leon santai terus mengikuti Kiana. Entah sejak kapan mereka sudah baikan, Leon sangat pandai memperbaiki keadaan yang kurang baik.

"Jangan menakut-nakuti aku, ih." Kiana mulai jengkel pada Leon.

"Aku tidak menakutimu, aku mau kamu bergantung padaku jika ada monster seperti itu lagi. Aku akan langsung memusnahkannya." Kata Leon sambil mengupil seolah-olah bercanda, Kiana menutupkan bakul yang ia bawa ke atas kepala Leon. Padahal ia ingin pergi ke hutan mencari tanaman obat.

Pekerjaan orang tua Kiana adalah membuat bahan baku obat-obatan herbal, dan sering pergi ke hutan untuk mencari bahan bakunya yang sulit didapat.

"Bagaimana jika kita berdua malah mati gara-gara monster besar." Ucap Kiana takut-takut sambil menggigit jarinya.

Ia juga mau tidak mau harus pergi ke hutan siang ini, karena tidak memungkinkan orang tuanya yang harus pergi ke hutan mencari obat-obatan itu karena mereka juga sibuk dengan urusan mereka sendiri.

"Nanti aku bawa kabur kamu." Ujar Leon melepaskan bakul yang ditelungkupkan di kepalanya.

"Kabur ke mana?" tanya Kiana berjalan ke arah pintu.

"Ke hatiku." Lanjut Leon.

BRAK!

Kiana langsung meninggalkan Leon sendirian di dalam rumah, tetapi pemuda itu setelahnya juga mengikuti Kiana keluar dan menemaninya ke hutan.

"Semoga tidak ada Dungeon yang muncul." Kiana berharap sebelum melangkahkan kakinya masuk ke hutan. Sebenarnya orang tua Kiana sudah mengajari Kiana bagaimana cara menghindari Dugeon jika portal itu muncul di dekatnya, tetapi tetap saja Kiana takut jika hal itu benar-benar terjadi.

Di desa tempat mereka tinggal itu adalah tempat teraman dan memiliki sebuah pelindung alami yang dijamin keamanannya tidak akan ada Dungeon yang muncul di sana. Sekarang di beberapa titik di belahan dunia ada beberapa tempat teraman dari munculnya Dungeon, salah satunya adalah desa Kiana. Kiana tidak mengerti juga kenapa bisa kemarin ada lintah Dungeon yang masuk ke dalam rumahnya, mungkin itu lintah nyasar yang berasal dari hutan.

Ah, kalau aku bisa memilih. Aku mau tidur di rumah saja, di desaku dan rumahku yang aman. Pikir Kiana terus melangkah ke dalam hutan.

Leon tampak memperhatikan tanaman-tanaman di sekitar. Sekarang ada banyak tanaman-tanaman aneh yang muncul di dunia ini seperti halnya manusia yang akhirnya memiliki kekuatan super, para binatang dan tumbuhan juga mengalami mutasi. Tetapi, biasanya hewan-hewan yang mengalami mutasi banyak yang tidak bisa mengontrol dirinya, menjadi binatang buas seperti halnya manusia super tanpa healer atau inhibitor.

"Hei Leon, kau jangan sembarangan mencium tanaman aneh seperti itu. Siapa tahu beracun, jika kau pingsan aku akan meninggalkanmu sendirian di sini." Kiana sepertinya sudah sangat terbiasa berkata kejam pada Leon.

"Bilang kek, kaumau membopongku pulang, aku bakalan rela pingsan." Ujar Leon, membuang bunga yang hampir ia cium baunya dan mendatangi Kiana, bunga itu ternyata bisa membunuh serangga di sekitarnya ketika ada semut yang mendekat.

"Leon, itu lihat. Tanaman itu yang kita cari." Ujar Kiana menunjuk tanaman obat sembari membaca secarik kertas yang ia bawa, setelah cukup jauh berjalan di tengah hutan, Kiana melihat tanaman herbal dan mengajak Leon memetiknya.

"Akhirnya setelah ini bisa pulang." Gumam Kiana senang.

GROAAAR!

Suara seram dari arah lain di hutan yang dipenuhi oleh rimbunan daun dan pepohonan.

"Apa itu?" tanya Kiana langsung berdiri bersiap lari.

"Ayo Leon, kita pergi dari sini." Ajak Kiana menarik baju di bagian bahu Leon.

Namun, pemuda itu tampak mengeluarkan kapak dengan ganggang kayu dari belakang tubuhnya, ia terlihat tidak takut sama sekali.

"Hei, sejak kapan kau membawa kapak itu?" Kiana malah terfokus pada kapak yang Leon pegang.

"Aku melihatnya di depan rumah, jadi aku bawa saja untuk jaga diri." Kata Leon berdiri di depan Kiana dari sumber suara.

"Sudahlah, ayo kita pergi sekarang." Ucap Kiana meraih lengan Leon tetapi sudah terlambat. Beruang raksasa telah berdiri di depan mereka. Kiana jatuh terduduk pasrah karena ketakutan, dari kecil ia dibawa orang tuanya menjelajahi hutan baru pertama kali ini, ia melihat beruang raksasa besar yang akan menyerangnya.

Leon hanya berdiri terpaku, menatapi beruang itu. Ia merasa tidak yakin. Tetapi, ia tetap ingin melindungi Kiana sesuai dengan apa yang diucapkannya di rumah tadi. Kiana menutup wajahnya ketakutan.

Aku akan mati hari ini. Pikir Kiana menutup wajahnya ketakutan. Tidak ada hal yang bisa ia harapkan lagi untuk kehidupannya ke depannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status