Home / Fantasi / Manusia Super Mencari Cinta Sejati / Bagian 4 — Serangan Binatang Buas

Share

Bagian 4 — Serangan Binatang Buas

last update Last Updated: 2023-07-29 17:49:57

"Kyaaa!" teriak Kiana dari arah kamar mandi membuat Leon langsung datang menghampirinya karena terkejut.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Leon celingak-celinguk melihat ke dalam kamar mandi yang sudah terbuka, Kiana langsung bersembunyi di belakang Leon, ketakutan.

"Li, lintah macam apa itu?" Kiana merasa merinding di sekujur tubuhnya karena melihat binatang besar mengerikan itu mulutnya terlihat terbuka bulat dengan gigi-gigi tajam yang sangat banyak.

Kemudian lintah raksasa itu melompat ke arah Leon. Kiana hanya menutup wajahnya ketakutan tenaganya terasa habis bahkan untuk lari, Leon menangkapnya dengan santai. Meremasnya dengan kuat sehingga lintah itu meledak dan mati. Darahnya yang berwarna hijau seperti ingus berhamburan di wajah tampan Leon.

"Sudah tidak apa-apa." Ucap Leon datar. Menghadap arah Kiana.

Kiana memperhatikan wajah Leon dengan prihatin, entah karena merasa jijik, kasihan, dan ingin tertawa.

"Cuci mukamu dulu, kau terlihat sangat kotor." Ujar Kiana langsung, sejak lintah itu mati Kiana sudah tidak merasa takut lagi. Hanya saja ia masih terbayang-bayang dan merasa merinding.

Kiana tahu itu bukanlah lintah dari dunianya, karena tidak ada lintah yang terlihat seperti itu di dunia manusia. Terlebih lintah itu sangat besar sekepalan tangannya.

Apakah itu lintah, Dungeon. Pikir Kiana wajahnya tampak pucat saat memikirkan hal itu.

"Terima kasih, karena telah menolongku." Ujar Kiana senang. Ia membersihkan wajah Leon dengan handuk setelah pria itu membersihkan dirinya, Leon tampak senang karena perhatian Kiana padanya.

"Kau perhatian sekali ya." Ujar Leon senyum-senyum.

"Huh! Itu karena kau sudah menolongku, ingat ya aku masih marah padamu." Kiana melempar handuk itu ke wajah Leon kemudian pergi.

"Hei! Tapi aku senang kalau kamu perhatian, Kiana." Ujar Leon. Kiana hanya mengejeknya, setelah itu dan menutup pintu kamar mandi melanjutkan keinginannya yang tertunda. Tidak mengatakan apa-apa.

.

.

.

"Aku tidak suka dengan Leon, aku hanya menjaganya karena itu tanggung jawabku." Gumam Kiana sambil mandi saat itu, memastikan tentang hal yang sebenarnya. Sejatinya Kiana mencintai Rachel, tetapi mereka tidak pernah menjalin hubungan apa pun sebelumnya. Mungkin hanya sekedar memendam rasa.

"Ah, apalagi kalau ternyata Leon adalah manusia super. Aku benar-benar tidak bisa bersama dengan dirinya." Gumam Kiana lagi, kemudian Kiana menatapi telapak tangannya. Mengetahui fakta bahwa dia itu adalah seorang healer yang mendekati manusia biasa, seorang healer kelas C, healer level terendah dan tidak memiliki energi kuat untuk menetralkan kekuatan manusia super yang akan mengamuk.

Kebanyakan dari healer level C memilih menjadi orang biasa, bukannya tidak bisa menetralkan kemampuan seorang manusia super hanya saja energi yang healer level rendah miliki cepat habis dan bisa membuat penggunanya kelelahan jika terus-terusan menggunakan kemampuannya, juga durasi pemurnian yang cukup lama, tidak seperti healer dengan level tinggi yang berlaku hal sebaliknya. Bahkan luka-luka yang manusia super dapat bisa langsung disembuhkan.

"Astaga, percaya diri sekali aku ini. Bagaimana jika ia hanya bercanda karena tidak ingin ada saingan." Kiana menghela nafas melanjutkan mandinya. Karena Kiana dan Leon baru saling kenal mengenal, mana mungkin itu adalah cinta yang tulus.

Paling tidak, keluarkan sedikit ekspresi ketika membunuh sesuatu. Pikir Kiana, ia melihat Leon seperti orang tidak punya perasaan jika seperti itu.

Kiana memang tidak ingin terikat dengan manusia super mana pun. Ia hanya ingin menjalani kisah cintanya dengan normal.

Belum lagi ada cerita tentang Kiana yang tidak bisa bersama dengan seorang manusia super karena itu akan mengingatkannya dengan cerita pahit di masa lalunya.

.

.

.

Keesokan harinya ...

"Ish, kenapa ngintilin aku terus sih." Ujar Kiana pada Leon yang mengikuti Kiana ke mana pun ia pergi.

"Gimana kalau ada monster yang seperti di kamar mandi kemarin?" tanya Leon santai terus mengikuti Kiana. Entah sejak kapan mereka sudah baikan, Leon sangat pandai memperbaiki keadaan yang kurang baik.

"Jangan menakut-nakuti aku, ih." Kiana mulai jengkel pada Leon.

"Aku tidak menakutimu, aku mau kamu bergantung padaku jika ada monster seperti itu lagi. Aku akan langsung memusnahkannya." Kata Leon sambil mengupil seolah-olah bercanda, Kiana menutupkan bakul yang ia bawa ke atas kepala Leon. Padahal ia ingin pergi ke hutan mencari tanaman obat.

Pekerjaan orang tua Kiana adalah membuat bahan baku obat-obatan herbal, dan sering pergi ke hutan untuk mencari bahan bakunya yang sulit didapat.

"Bagaimana jika kita berdua malah mati gara-gara monster besar." Ucap Kiana takut-takut sambil menggigit jarinya.

Ia juga mau tidak mau harus pergi ke hutan siang ini, karena tidak memungkinkan orang tuanya yang harus pergi ke hutan mencari obat-obatan itu karena mereka juga sibuk dengan urusan mereka sendiri.

"Nanti aku bawa kabur kamu." Ujar Leon melepaskan bakul yang ditelungkupkan di kepalanya.

"Kabur ke mana?" tanya Kiana berjalan ke arah pintu.

"Ke hatiku." Lanjut Leon.

BRAK!

Kiana langsung meninggalkan Leon sendirian di dalam rumah, tetapi pemuda itu setelahnya juga mengikuti Kiana keluar dan menemaninya ke hutan.

"Semoga tidak ada Dungeon yang muncul." Kiana berharap sebelum melangkahkan kakinya masuk ke hutan. Sebenarnya orang tua Kiana sudah mengajari Kiana bagaimana cara menghindari Dugeon jika portal itu muncul di dekatnya, tetapi tetap saja Kiana takut jika hal itu benar-benar terjadi.

Di desa tempat mereka tinggal itu adalah tempat teraman dan memiliki sebuah pelindung alami yang dijamin keamanannya tidak akan ada Dungeon yang muncul di sana. Sekarang di beberapa titik di belahan dunia ada beberapa tempat teraman dari munculnya Dungeon, salah satunya adalah desa Kiana. Kiana tidak mengerti juga kenapa bisa kemarin ada lintah Dungeon yang masuk ke dalam rumahnya, mungkin itu lintah nyasar yang berasal dari hutan.

Ah, kalau aku bisa memilih. Aku mau tidur di rumah saja, di desaku dan rumahku yang aman. Pikir Kiana terus melangkah ke dalam hutan.

Leon tampak memperhatikan tanaman-tanaman di sekitar. Sekarang ada banyak tanaman-tanaman aneh yang muncul di dunia ini seperti halnya manusia yang akhirnya memiliki kekuatan super, para binatang dan tumbuhan juga mengalami mutasi. Tetapi, biasanya hewan-hewan yang mengalami mutasi banyak yang tidak bisa mengontrol dirinya, menjadi binatang buas seperti halnya manusia super tanpa healer atau inhibitor.

"Hei Leon, kau jangan sembarangan mencium tanaman aneh seperti itu. Siapa tahu beracun, jika kau pingsan aku akan meninggalkanmu sendirian di sini." Kiana sepertinya sudah sangat terbiasa berkata kejam pada Leon.

"Bilang kek, kaumau membopongku pulang, aku bakalan rela pingsan." Ujar Leon, membuang bunga yang hampir ia cium baunya dan mendatangi Kiana, bunga itu ternyata bisa membunuh serangga di sekitarnya ketika ada semut yang mendekat.

"Leon, itu lihat. Tanaman itu yang kita cari." Ujar Kiana menunjuk tanaman obat sembari membaca secarik kertas yang ia bawa, setelah cukup jauh berjalan di tengah hutan, Kiana melihat tanaman herbal dan mengajak Leon memetiknya.

"Akhirnya setelah ini bisa pulang." Gumam Kiana senang.

GROAAAR!

Suara seram dari arah lain di hutan yang dipenuhi oleh rimbunan daun dan pepohonan.

"Apa itu?" tanya Kiana langsung berdiri bersiap lari.

"Ayo Leon, kita pergi dari sini." Ajak Kiana menarik baju di bagian bahu Leon.

Namun, pemuda itu tampak mengeluarkan kapak dengan ganggang kayu dari belakang tubuhnya, ia terlihat tidak takut sama sekali.

"Hei, sejak kapan kau membawa kapak itu?" Kiana malah terfokus pada kapak yang Leon pegang.

"Aku melihatnya di depan rumah, jadi aku bawa saja untuk jaga diri." Kata Leon berdiri di depan Kiana dari sumber suara.

"Sudahlah, ayo kita pergi sekarang." Ucap Kiana meraih lengan Leon tetapi sudah terlambat. Beruang raksasa telah berdiri di depan mereka. Kiana jatuh terduduk pasrah karena ketakutan, dari kecil ia dibawa orang tuanya menjelajahi hutan baru pertama kali ini, ia melihat beruang raksasa besar yang akan menyerangnya.

Leon hanya berdiri terpaku, menatapi beruang itu. Ia merasa tidak yakin. Tetapi, ia tetap ingin melindungi Kiana sesuai dengan apa yang diucapkannya di rumah tadi. Kiana menutup wajahnya ketakutan.

Aku akan mati hari ini. Pikir Kiana menutup wajahnya ketakutan. Tidak ada hal yang bisa ia harapkan lagi untuk kehidupannya ke depannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Manusia Super Mencari Cinta Sejati   Bagian 73 — Kedekatan

    Noel kembali tidak lama setelah ia keluar. "Cepat sekali kamu kembali. Apakah urusanmu di organisasi sudah selesai?""Aku tidak begitu perduli sih, jika organisasi itu bangkrut ataupun hancur aku masih bisa menciptakan organisasi baru lagi dari awal. Namun, sayang sekali orang yang ingin menjatuhkanku terlalu lemah." Noel menjelaskan sembari duduk di samping Kiana."Sepertinya aku salah karena mengkhawatirkan perusahaanmu." Kiana sedikit tahu tentang Noel, sebagai manusia super terkuat Noel seharusnya memiliki kekayaan yang tak terhitung jumlahnya. Kekayaan selain dari pendapatan perusahaannya. Seharusnya karena sering menghancurkan Dungeon Noel tentu saja memiliki banyak artefak langka yang berharga."Yang lainnya ingin bertemu denganmu." Noel tidak ingin membahas tentang perusahaannya lagi, lagi pula tempat itu akan bisa berfungsi seperti sediakala dalam beberapa hari lagi."Apakah mereka semua datang kemari?""Ya, sebentar lagi mereka akan sampai.""Apa mereka memang sudah serin

  • Manusia Super Mencari Cinta Sejati   Bagian 72 — Keputusan Noel

    Sudah beberapa hari dari kejadian serangan, selama itu juga Kiana memulihkan dirinya di rumah sakit. Fasilitas Manusia Super diliburkan secara total, serangan Dungeon sepenuhnya ditangani oleh pemerintah atau organisasi kecil lainnya. Organisasi Noel mengalami banyak kerugian, namun ia tidak masalah dengan hal tersebut. Kekacauan seperti itu tidak akan membuatnya langsung hancur dan jatuh miskin. Saat ini fasilitas dalam pemulihan.Ini mengesalkan sudah beberapa hari ini aku masih tidak bisa melakukan apa-apa sendiri. Kiana membatin menggerutu, menatapi punggung Noel yang sepertinya tengah menyiapkan pakaian yang dikenakan oleh Kiana.Selama beberapa hari ini Noel sendiri yang mengurus Kiana dengan tangannya, Kiana pikir ia akan membayar orang lain tetapi, ternyata ia tidak melakukannya sama sekali.Bahkan sampai ke kamar mandi Noel juga yang membantu Kiana. Beruntungnya Kiana masih bisa menggerakan tangannya walau lemah, mereka berdua sempat berdebat karena hal itu. Namun, mendengar

  • Manusia Super Mencari Cinta Sejati   Bagian 71 — Bertemu Leon

    "Berhentilah menangis seperti anak kecil begitu." Noel mengusap air mata Kiana dengan telapak tangannya begitu juga ingusnya tanpa merasa jijik sedikit pun. Wanita itu terus menangis sesegukkan yang bahkan Leon tidak tahu apa sebabnya."Bagaimana aku tidak menangis, sudah sangat lama aku tidak melihatmu."Leon tampak kebingungan saat mendengar penjelasan Kiana. "Bukankah aku baru saja menghilang?" Tampaknya waktu berhenti untuk Leon ketika Noel mengambil alih kembali tubuhnya."Hiks! Sudah banyak yang terjadi semenjak kepergianmu." Kiana masih mengeluarkan air matanya."Jangan bersedih, aku merasa kita masih sangat dekat karena kita masih bisa bertemu seperti ini, walaupun aku tidak tahu apa-apa tapi aku merasa sangat dekat denganmu daripada beberapa waktu lalu. Apa kau sangat dekat denganku?" Leon sedikit bingung dengan perasaannya, ia tidak mengerti apa yang sebenarnya ia rasakan.Tiba-tiba tanah tempat mereka berdiri bergetar. Kiana yang ingin memberi penjelasan suaranya tiba-tiba

  • Manusia Super Mencari Cinta Sejati   Bagian 70 — Kiana Tak Sadarkan Diri

    Kenapa tempat ini terasa aneh? Kiana membatin saat memasuki inti Dungeon. Ia merasakan perasaan yang cukup aneh saat itu."Sepertinya Noel telah masuk ke dalam jebakan kita.""Apakah kita bisa menyingkirkannya sekarang.""Dengan kemampuannya yang terbatas, seharusnya kali ini ia mati dan lenyap dari dunia ini.""Akhirnya dendamku akan terbalaskan." Mala merasa puas dengan apa yang akan terjadi ke depannya terhadap Noel.Saat masuk ke dalam Dungeon, Noel sejenak terdiam dan menurunkan Kiana dari gendongannya. Noel tiba-tiba membuka topeng yang ia kenakan, membuat Kiana sedikit bingung. Apa karena tidak ada orang di sini jadi dia melepaskanya?Kiana pun mengikuti apa yang Noel lakukan tersebut. Setelahnya Kiana mendapati pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu tengah tersenyum simpul."Apa yang terjadi?" Kiana tidak tahan untuk tidak bertanya."Kita tidak bisa berdiam di tempat ini lebih lama, tempat ini adalah jebakan," jelas Noel pada Kiana. "Mereka pikir tempat ini bisa melumpuhka

  • Manusia Super Mencari Cinta Sejati   Bagian 69 — Kedatangan Noel

    "Kiana kau tidak perlu terlalu khawatir begitu." Lucia menjawabnya merasa tidak enak karena perhatian Kiana."Tapi, lukamu itu cukup parah." Kiana tidak percaya dengan sikap berusaha biasanya Lucia yang membiarkan darah mengalir di lengannya."Andai Tuan Noel sebaik dirimu, mungkin aku akan jatuh cinta padanya." Lucia tampak terharu, bahkan Kiana tidak percaya jika wanita itu bisa bersikap demikian. "Tapi, Noel bukan lah dirimu. Kenapa bisa kalian berdua memiliki aura sedikit mirip, tapi dengan sifat yang bertolak belakang.""Aku tidak mirip dengannya," protes Kiana."Ya mereka mirip karena berjodoh," timpal Joan.Setelahnya Kiana terdiam. Sepertinya hanya Lucia yang merasa seperti itu. Orang lain tidak ada yang menyadarinya.Dosa apa yang pernah aku lupakan sampai pada akhirnya terjebak dengan orang-orang seperti mereka. Kiana hanya bisa membatin tidak percaya, meskipun tidak akrab mereka masih bisa bercanda disituasi genting seperti sekarang."Tidak ada waktu untuk bercanda disituas

  • Manusia Super Mencari Cinta Sejati   Bagian 68 — Tempat Berlindung

    Rasanya aku merasa bersalah karena bersembunyi di tempat ini sendirian. Ada banyak orang yang panik di luar sana. Kiana membatin di sebuah ruangan cukup sempit sembari memeluk lututnya diam.Ingatan masa lalu mulai terbayang lagi diingatan Kiana. "Ah, jangan ingat. Bukan waktunya untuk takut sekarang." Kiana bergumam pelan menepuk pelipisnya, berusaha menenangkan diri. Mengingat banyaknya nyawa yang telah melayang di hadapannya kala itu, membuat Kiana cukup merinding. Meskipun, sudah cukup terbiasa tetapi ada kala bagi Kiana teringat kenangan mengerikan tersebut.Tiba-tiba suara pintu terbuka. "Siapa yang datang?" Kiana menelan ludahnya takut, seketika tombol yang Bian berikan padanya langsung digenggam Kiana erat, walaupun saat ini belum ia tekan untuk memanggilnya. Namun, Kiana telah berada dalam keadaan paling waspadanya.Suara langkah kaki manusia terdengar menggema di ruangan—tidak hanya satu orang. Bian bilang tidak ada yang tahu tempat ini? Kenapa ada orang lain yang datang ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status