Share

Bagian 3 — Pertengkaran

Lelaki yang baru saja membuka pintu langsung berjalan masuk ke arah Leon dan Kiana tanpa berkata apa-apa seolah-olah itu adalah rumahnya sendiri.

Kiana langsung melepaskan sendok makan yang masih menggantung di mulut Leon dan menaruh mangkuk berisi bubur itu di pangkuan Leon. Menghampiri pria yang baru saja masuk, tidak memperdulikan Leon lagi.

Duh, kenapa aku malah merasa sedang kepergok selingkuh sih. Pikir Kiana ia malah gelagapan sendiri.

Muka Leon terlihat masam karena tidak dipedulikan oleh Kiana lagi. Ia kemudian melepaskan sendok di mulutnya dan menaruh mangkuk buburnya di samping tempat tidur.

"Siapa dia, Kiana?" tanya pria yang berdiri di hadapan Kiana, minta penjelasan.

"Itu ... begini Rachel, dia itu adalah orang yang aku tolong di hutan dan mengalami lupa ingatan." Ujar Kiana tidak ingin pria bernama Rachel itu salah paham.

Leon yang sekarang berdiri di samping Kiana malah merangkulnya akrab. Membuat perasaan Rachel memanas. Kiana yang diperlakukan seperti itu membelalakkan matanya benar-benar menahan emosinya agar tidak melayangkan tinju pada wajah tampan milik Leon.

"Kau itu yang siapa, seenaknya masuk-masuk ke rumah orang sembarangan." Ujar Leon.

"Hei, pria tidak tahu diri! Aku ini teman Kiana sedari kecil. Kau itu yang siapa?!" Jengkel Rachel.

"Dia sedang merawatku karena aku sakit." Ujar Leon santai sambil terus merangkul Kiana akrab.

Rachel langsung menarik Kiana ke dalam dekapannya, memeluknya karena tidak terima dengan Leon yang merangkul Kiana akrab. Membuat wajah Kiana memerah malu, Kiana senang jika itu adalah Rachel.

"Iya Kiana memang merawatmu, tapi jangan seenaknya memperlakukannya seolah-olah sudah mengenalnya lama dan seenaknya bersikap sok akrab. Dasar orang asing."

Leon terdiam, di belakang Kiana. Ia tampak menahan amarah karena hal tersebut. Kemudian Leon mengambil lengan kanan Kiana begitu juga Rachel menahan lengan kiri Kiana, sama-sama tidak mau kalah.

Kiana pun berakhir jadi rebutan kedua orang pria tersebut.

"HEI! LEPASKAN AKU! AKU BUKAN BENDA YANG SEENAKNYA DIPERLAKUKAN BEGINI!"

Kiana yang marah meronta, ia bisa melepaskan tangan milik Rachel, tetapi tidak Leon. Orang ini kuat sekali. Pikir Kiana tidak bisa melawan tenaga Leon, dirinya sekarang berada di dalam dekapan Leon. Meskipun cengkeramannya kuat, itu tidak menyakiti Kiana sama sekali. Namun, Kiana tidak bisa melawan Leon yang mendekapnya.

DUAK!

Kiana menginjak kaki Leon dengan keras. Leon yang kesakitan melemahkan pegangannya dan membuat Kiana bisa melepaskan diri, Kiana tampak dengan nafas amarah yang menggebu-gebu ingin mencaci-maki.

"Kau kejam, kau bahkan tidak memukul orang itu juga." Leon berucap merasa tidak adil.

"Beruntung aku tidak menendang milikmu dengan sungguh-sungguh, dari tadi aku sudah berusaha sabar atas tingkahmu!" ujar Kiana merasa sangat kesal menunjuk Leon.

"Kau, tidak masalah jika dia yang memelukmu." Ujar Leon malah tambah membuat Kiana terbakar amarah.

"Hahahaha, berarti Kiana tidak menyukaimu." Ujar Rachel tidak perduli dan malah memanas-manasi Leon.

Dahi Leon berkedut marah. Kiana juga tidak kalah marahnya ia saat ini sedang tertunduk kesal. Melihat kelakuan dua orang itu. Seharusnya pertemuan mereka bertiga tidak berakhir seperti sekarang.

GREB!

GREB!

Mereka berdua malah saling bertarik kerah baju—bertatapan marah.

"Apa kau! Mau ngajak berantem?!" Rachel tertantang.

"Boleh siapa takut!" Leon menatapinya dengan kejam.

"Hei kalian berdua, jangan berkelahi dalam rumahku!" Kiana berteriak melerai. Namun, mereka berdua tidak perduli dan terus bertengkar. Kiana tidak bisa ikut dalam pertengkaran itu karena salah-salah ia akan jadi korban kedua lelaki kalap tersebut.

BAK!

BUK!

DAK!

DUK!

GUBRAK!

PRANG!

Ruang tamu jadi berantakan karena pertengkaran dua pria itu. Meraka masih melanjutkannya tidak perduli dengan Kiana yang mukanya sudah memerah marah.

"WOI! KUBILANG BERHENTI ITU, BERHENTI! TELINGA KALIAN MAU AKU TUSUK! BIAR TULI SEKALIAN!" Kiana benar-benar berbicara lancang dan kencang bahkan suaranya mungkin terdengar sampai keluar rumah, sangking nyaringnya. Suara yang Kiana keluarkan bukan suara ketika ia berbicara, benar-benar memekakkan telinga.

Mereka berdua langsung berhenti saat mendengarkan suara nyaring melengking itu. Mereka berdua tidak ada yang terluka, tetapi ruang tamu jadi berantakan karenanya.

Akhirnya mereka berdua sadar dengan perbuatannya dan menatap Kiana tidak enak. Karena sudah bertingkah seperti anak kecil.

Kiana berjalan ke arah mereka dan berdiri di depan mereka berdua sambil menatap marah. Kedua pria itu hanya memperhatikan Kiana.

PLAK!

PLAK!

Kedua lelaki itu langsung ditampar dengan kuat. Keduanya memegang pipinya yang terasa panas. Meskipun Kiana perempuan, tamparannya cukup berasa dan panas di pipi mereka berdua, membuat mereka tersadar dari pertengkaran tidak penting itu.

"Kenapa aku ditampar?" tanya Rachel. Leon hanya diam saja memegangi pipinya sembari menatap Kiana, kemudian ia menyadari jika ia memang bersalah, seharusnya ia tidak bersikap kekanakan seperti tadi.

Aku juga kena tampar. Leon hanya membatin sambil memegang pipinya yang panas.

"Maaf Rachel, kau sebaiknya pulang saja aku tidak mau berbicara denganmu untuk saat ini, besok-besok saja setelah perasaanku membaik." Ucap Kiana lesu, berjalan ke arah kamarnya.

"Weeeek!" Leon mengejek Rachel yang ingin berbalik berjalan ke arah pintu keluar, mengerti dengan permintaan Kiana. Ia membuang wajahnya ketika melihat tingkah Leon, ia tidak mau membuat Kiana marah lagi padanya. Lalu, pergi keluar dari rumah Kiana.

"Kau juga orang aneh. Rapikan tempat yang kau buat berantakan!" teriak Kiana. Ketika Leon ingin protes, "Jangan ada alasan sakit ya. Berkelahi saja kuat, kau harus tanggung jawab!" lanjut Kiana membuat Leon tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Oke, tapi nanti kalau tanganku sakit, kau harus suapi aku makan." Ujar Leon membuat syarat.

"Hiiiih! Masih mau melunjak, kupatahkan jarimu nanti. Biar makan pakai mulut saja langsung." Kiana yang kesal berkata kasar.

BRAK!

Kiana menutup pintu kamarnya kasar. Leon hanya tersenyum menanggapinya tidak perduli dengan ucapan sembarangan yang keluar dari mulut gadis itu, kemudian ia melakukan apa yang dipinta oleh Kiana.

Leon merapikan semua barang yang sudah terhambur karena ulahnya dengan Rachel tadi. Seharusnya pria itu ikut juga merapikannya. Keluh Leon dalam hati.

"Aduh, perutku masih sakit." Gumam Leon menyandarkan dirinya di sofa ruang tamu setelah merapikan ruangan, sambil memegang perutnya. Haruskah aku bawa tidur saja.

CKLEK!

Kiana keluar kamar sambil memperhatikan ruang tamu yang sudah rapi kembali dan setelahnya langsung melengos pergi tanpa memperdulikan Leon yang memperhatikannya.

"Hei kau masih marah?" tanya Leon, Kiana tidak memperdulikannya dan pergi ke kamar mandi begitu saja. Seolah-olah tidak mendengar pertanyaan Leon barusan karena Kiana memang masih sangat kesal dengan Leon. Setelah apa yang terjadi.

.

.

.

"Kyaaa!" teriak Kiana dari arah kamar mandi, sehingga membuat Leon yang duduk tenang di sofa terkejut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status