Share

198. Pelukan Seorang Ibu

Penulis: Putri Cahaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 23:55:22

Dokter Radha melipat tangannya di atas meja. “Dokter Livia dipindah tugaskan di rumah sakit daerah kota Semarang. Beliau yang menunjuk Tante secara langsung untuk menjadi dokternya Dek Zora.”

“Kebetulan Tante ini dokter spesialis anak yang khusus penyakit jantung, jadi pas banget bisa menangani Dek Zora. Tante juga baru dipindahkan ke rumah sakit ini. Ya, sekitar semingguan lah,” jelasnya.

Lora manggut-manggut paham. “Tapi Dokter Livia nggak bilang apa-apa ke aku tentang masalah ini, Tan.”

“Mungkin belum sempat. Kan pindah tugas juga butuh banyak persiapan. Nanti pasti dikabarin kok. Atau nggak kamu yang tanya duluan,” balas Dokter Radha.

Lora mengangguk patuh. “Iya, Tante, nanti aku akan menghubungi Dokter Livia.”

Selanjutnya, mereka berdua membahas tentang masalah penyakit Zora.

Dokter Radha yang sudah terbiasa menangani pasien penyakit jantung memberikan tips agar penyakit Zora tidak mudah kambuh.

Obrolan keduanya pun mengalir hingga ke pribadi bahkan sampai bertukar nomor ponsel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Aisyah Rajab
Lora lemah dan tak punya harga diri kalo masih mau sama Dhaffin
goodnovel comment avatar
Rahman Nita
tolong Lora sm Grisham aja thor, biar kebalas cinta mereka yg dulu.
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Apa yang mau dikatakan oleh Dhafin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   351. Hukum Tabur Tuai

    Lora mengerutkan kening dengan alis yang nyaris menyatu usai membaca pesan dari mantan suaminya itu. Bantuan apa yang dimaksud? Bola matanya bergerak mulai menebak tujuan utama Dhafin meminta bantuannya.Wanita itu menghela napas panjang lantas mengetikkan balasan. Baru beberapa huruf yang terketik, layar ponselnya berubah diikuti panggilan masuk dari orang yang sama. Ia pun menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.“Assalamu'alaikum, Lora.”“Wa'alaiakumsalam, ada apa?” Lora membalas dengan nada suara tanpa intonasi. Sejak pertemuan dengan Dhafin saat di restoran waktu itu, sikapnya berubah. Lebih dingin dan acuh tak acuh.Terdengar helaan napas berat dari seberang sana seolah Dhafin sedang memikul banyak beban. “Aku sedang menghadapi masalah yang sangat besar, lebih tepatnya perusahaanku.”“Ini akibat dari kerja sama dengan The Bright Group. Di balik kerja sama itu ternyata Om Raynald punya tujuan lain, ingin mengakuisisi Wirabuana Group. Aku sangat butuh bantuanmu sekaligus minta

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   350. Pelukan, Pukulan, dan Sebuah Pesan

    “Dor!”Lora terlonjak kaget hingga ponsel di tangannya terlepas kemudian jatuh di pangkuan. Ia menoleh ke belakang, menatap tajam pelaku utama yang baru saja mengagetkannya. “Abang…!” teriaknya kesal apalagi melihat orang itu yang malah tertawa terpingkal-pingkal penuh kepuasan. Ia melempar kasar satu bantal di sofa yang langsung ditangkap dengan sempurna oleh abang jahilnya siapa lagi kalau bukan Affan.Pria yang mengenakan kemeja rapi itu meredakan tawanya lalu menghempaskan tubuh duduk di samping Lora.“Lagi ngapain? Aku perhatikan kamu terus mengecek ponsel tiap detik. Lagi nunggu kabar dari Grissham, ya?” tanyanya sekaligus menebak.Lora mengangguk lesu dengan bibir melengkung ke bawah. Ia menyandarkan punggungnya pada sofa. “Kak Sham sama sekali belum mengabariku. Padahal kan harusnya jam segini udah sampai.”Affan mengubah posisi duduknya menjadi serong menghadap adik sepupunya ini. “Lora, adikku sayang. Kamu nggak lupa kan kalau ada perbedaan waktu yang signifikan antara Ind

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   349. Menanti Kabar

    “Kau dari mana saja, Lora?”Lora sontak menghentikan langkahnya di ruang tamu dan memandang ke depan. Tanpa sadar, tangannya menggenggam erat tali tas selempang yang dipakaianya.Di sana, seorang pria tua yang masih terlihat gagah dan bugar berjalan mendekat dengan langkah penuh wibawa. Beliau merupakan orang nomor satu di keluarga ini yang paling disegani dan dihormati. Segala keputusan harus melalui pertimbangannya karena beliau yang memegang kekuasaan penuh atas rumah ini. Seluruh anggota keluarga tidak ada yang berani menentangnya.“Opa?” gumam Lora menyerupai bisikan seraya tersenyum kikuk. Ia mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan sang kakek ketika sudah berhenti di hadapannya.“Kau dari mana?” Pria tua yang biasa dipanggil Opa Arya itu kembali bertanya. Ia menatap cucunya sembari bersedekap dada.“Aku habis dari mengantar Kak Sham ke bandara, Opa. Setelah itu, aku ngantar Annelies ke kantor Om Albern. Cuma mengantar aja terus langsung pulang,” jawab Lora apa adanya.Op

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   348. Sampai Jumpa, Sayang

    Lora ikut tersenyum meskipun matanya berkhianat. Tatapannya terkunci ke arah bola mata abu-abu yang terlihat indah itu. “Aku–”“Perhatian kepada penumpang Qatar Airways dengan nomor penerbangan QR 957 tujuan London melalui Doha. Proses boarding kini dimulai di Gate 5D.”“Kami mohon penumpang dengan kursi baris 25 hingga 45 untuk segera menuju gate. Pastikan boarding pass dan paspor Anda telah siap diperiksa. Terima kasih.”Suara pengumuman yang menggema di seluruh penjuru bandara berhasil memotong ucapan Lora yang belum terselesaikan. Dua kali pengumuman tersebut diucapkan sebelum akhirnya berhenti.Lora memandang ke arah pintu keberangkatan yang posisinya beberapa meter di belakang Grissham sebelum kembali menatap laki-laki itu. “Udah ada pengumuman boarding. Itu kan nama pesawat sama nomor penerbanganmu, Kak,” ucapnya mengingatkan.Grissham mengibaskan tangannya santai. “Tenang saja, Sayang, tak perlu terburu-buru. Lagi pula tempat dudukku bukan di baris kursi yang disebutkan dalam

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   347. Hanya Pergi Sebentar

    Mentari siang menggantung tinggi di langit dan menyelinap melalui atap kaca bandara, memantul di lantai marmer yang mengkilap, menciptakan kilauan lembut di tengah lalu-lalang manusia. Suara roda koper yang berderak, langkah kaki terburu-buru, dan pengumuman boarding yang bergema bersahutan membentuk simfoni sibuk khas terminal internasional.Ada yang baru mendarat, lalu disambut dengan pelukan hangat dari keluarga maupun orang terkasih. Ada pula yang bersiap lepas landas dan berpamitan sebagai salam perpisahan sebelum berangkat. “Sayang, sejak tadi kau sama sekali belum bersuara. Kenapa?” tanya Grissham sembari menatap Lora yang berdiri di hadapannya. Ia merasa heran dengan sikap sang calon istri yang membungkam sejak bertemu dengannya. Bahkan saat makan siang di restoran bandara tadi juga Lora enggan bersuara dan hanya fokus menikmati makanan.Jadi, ia hanya bisa mengobrol dengan Annelies yang ikut dengan mereka hari ini. Hingga sekarang tiba di depan pintu keberangkatan, Lora te

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   346. Batas Kesabaran Dhafin

    Bu Anita langsung merubah raut wajahnya menjadi datar. Ia memejamkan mata sejenak, lalu menghela napas. “Kami melakukan semua ini demi kebaikanmu, Dhafin.”Dhafin tertawa sarkas. Ia menatap ibunya dengan sorot dingin bercampur sendu. “Kebaikan? Kebaikan apa yang Mama maksud? Bagian mana yang menjadi kebaikan untukku, Ma?”Bu Anita maju satu langkah. Tangannya terulur, mengusap lembut pipi sang anak. “Dhafin, Mama mengerti banget perasaanmu yang sangat mencintai Lora. Mama ingin menyatukan kalian berdua.”Dhafin menurunkan tangan ibunya, lalu menggeleng pelan. “Aku memang mencintai Lora, tapi nggak gini caranya, Ma. Harus berapa kali aku bilang, aku udah merelakan Lora bersama yang lain.”“Aku ikhlas demi kebahagiaan Lora sendiri dan anak-anak. Karena aku tau bahagianya Lora bukan bersamaku lagi,” ucapnya masih mempertahankan intonasi agar tidak meninggi, tetapi jelas ada nada geregetan di sana.“Jangan bohong, Dhafin!” Bu Anita berseru dengan suara lantang. Ia menatap tepat di kedua b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status