Share

PART 8

last update Last Updated: 2023-01-19 20:16:47

Dua manusia berbeda jenis kelamin itu duduk berhadapan disebuah cafeteria rumah sakit, kecanggungan tak luput dari keduanya. Gia hanya diam, meminum kopinya dengan tenang dan sesekali melirik bossnya itu yang juga hanya memandangnya.

Gadis itu berdekhem, “Jadi kenapa anda sampai datang menjenguk ibu saya, pak?”

“Apa ada salah jika atasan mencoba lebih memperhatikan pegawainya?”

“Tentu saja tidak, tapi anda bukanlah orang yang bisa melakukan hal-hal seperti itu,” ujar Gia dengan suara yang sedikit pelan tetapi masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Bastian.

“Kau sepertinya sangat mengetahui tabiatku, nona Gia.”

Gia diam, siapapun pasti juga akan berpikir seperti itu meski baru pertama kali bertemu dengan orang seperti Bastian. Manusia kaku seperti batu yang dengan sengaja diberi nyawa oleh Tuhan. “Baiklah, aku tak mau berbasa-basi lagi. Aku kesini masih dengan pertanyaan yang sama.”

“Maaf pak, tapi jawaban saya tetap sama.”

Bastian sedikit berdecak, “Baiklah, aku akan memberikan penawaran untukmu dan pasti ini sangat bermanfaat untuk keluargamu juga.” Gia diam, mencoba untuk mendengarkan lebih jauh penawaran yang Bastian sebutkan.

“Kita menjadi pasangan, dan semua biaya ibu juga adikmu akan menjadi tanggunganku,” katanya membuat Gia membelalak mendengar tawaran bossnya itu, “bagaimana? Bukankah ini cukup seimbang?”

“Bukankah anda berlebihan? Jika anda ingin mencari kekasih, bukankah anda hanya tinggal menunjuknya dengan jari? Kenapa harus sampai menawarkan hal seperti ini kepada saya?”

“Seperti yang kau bilang, aku tinggal menunjuknya dengan jari. Jariku memilihmu,” jawabnya.

Gia diam lalu bangkit dari tempat duduknya, “Maaf pak, saya sudah terlalu lama meninggalkan ibu saya sendiri. Permisi.” Gadis itu meninggalkan Bastian tanpa menunggu jawaban darinya.

Gia mempercepat langkahnya menuju kamar rawat ibunya, ia merasa gila dengan pernyataan blak-blakan dari bossnya itu. Apakah semua konglomerat seperti itu?

Gia sampai dikamar tersebut dengan napas yang sedikit tersengal, tentu saja mengundang heran untuk ibunya. Ia duduk disofa mencoba untuk menetralkan napasnya kembali.

“Ada apa, Gia? Dimana bossmu?”

“Hahh, dia sudah pergi mama.”

“Oh, begitu. Sayang sekali, padahal mama masih ingin mengobrol dengannya.”

“Dia orang yang sangat sibuk mama, akupun heran kenapa dia tiba-tiba sampai disini.”

Tak berapa lama setelah Gia sampai diruangan tersebut, beberapa perawat ikut masuk membuat Gia dan ibunya bingung karena mereka bermaksud untuk membawa pergi ibunya.

“Ada apa ini? Mau dibawa kemana ibu saya?” tanya Gia kepada seorang perawat perempuan yang terlihat seperti pimpinan dari beberapa orang itu.

“Maaf nona, kami mendapat perintah untuk memindahkan ibu anda keruang rawat VVIP,” jawabnya membuat ibu dan juga anak itu melongo.

“A-apa? VVIP? Bagaimana bisa?”

“Aku yang memintanya,” ujar pria yang tiba-tiba saja masuk keruangan tersebut. Pria yang sangat familiar untuknya, “menurutmu apa aku bisa membiarkan calon mertuaku di ruangan seperti ini?” Kata-kata itu langsung membuat Gia semakin membulatkan matanya. Bagaimana bisa laki-laki itu menyebut ibunya calon mertua?

“Apa? Calon mertua? Gia, apa maksudnya ini?” tanya ibunya.

“Ah… itu mama, pak Bastian hanya bercanda, iya kan, Pak?”

“Tentu saja tidak!” tegasnya membuat gadis itu merutuki dirinya dan seketika ingin menusuk laki-laki yang ada disampingnya itu, “tante, jauh lebih baik jika tante dipindahkan lebih dulu. Setelah itu saya akan menjelaskan maksud kedatangan saya kemari,” ujar Bastian masih membuat Gia melongo.

Sebenarnya ada apa dengan bossnya itu? Apakah dia salah memakan sarapan? Atau kah sebelum kedatangannya kerumah sakit, ia sempat terbentur? Mengapa laki-laki dingin dan kaku itu bisa berkata semudah itu dihadapan ibunya?

***

Diruangan yang lebih luas dan fasilitas yang tentu saja lebih lengkap dari sebelumnya, kedua manusia itu berdiri disamping wanita yang terbaring diatas kasur itu. “Jadi apa yang terjadi sebenarnya, Gia?” tanya ibunya.

Gia diam ia melirik kepada Bastian yang juga memandangnya, “Saya yang akan menjawabnya tante, mungkin Gia masih belum bisa menceritakannya.”

Pernyataan yang cukup ambigu, “Jadi saya adalah boss sekaligus kekasih Gia, dan mungkin saya akan melamarnya dalam waktu dekat ini. Maka dari itu saya memutuskan untuk kemari untuk membahasnya bersama tante, maaf mungkin kedatangan saya kurang tepat saat ini,” jelas pemuda itu semakin membuat Gia menganga.

“Apa? Gia tidak pernah bercerita jika dia memiliki kekasih,” ujar ibunya.

“Seperti yang saya bilang tadi, mungkin Gia masih belum siap dengan hubungan kami.”

“Apa itu benar, Gia?” tanya ibunya dengan tatapan tajam pada gadis itu.

“Emm… mama, j-jadi sebe…”

“Kenapa kau tidak pernah cerita kepada mama jika memiliki kekasih setampan ini? Mama sangat senang jika ternyata kamu juga bersenang-senang sayang, mama sudah cukup merasa bersalah karena keadaan mama yang seperti ini,” ujar ibunya memotong ucapan gadis itu.

Bastian tersenyum, sedangkan Gia hanya menyunggingkan senyuman seadanya saat ibunya itu memeluknya. “Jadi sudah berapa lama kalian berpacaran?” Gia melirik kearah Bastian seolah memberikan kode untuk menjawab pertanyaan ibunya.

“Ah, belum terlalu lama tante, berjalan 5 bulan. Karena Gia sudah menjadi sekretaris saya selama 2 tahun, jadi kami sudah cukup lama kenal,” jawabnya dengan lancar. Sesuatu hal yang membuat Gia kembali terheran-heran melihat kelicinan mulut bossnya itu.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, ketiga orang itu menghabiskan waktu mereka dengan berbagi cerita tentang masa kecil Gia. Sangat terlihat jika ibu Gia pun merasa nyaman berbicara dengan Bastian, Gia hanya sesekali menimpali obrolan seru keduanya.

Sejujurnya, Gia sedikit merasa lega karena bisa melihat ibunya yang seceria itu. Bahkan tak jarang wanita itu juga tertawa, sudah sangat lama setelah kematian ayahnya ia tak melihat tawa ibunya seceria itu.

“Tante maaf, sepertinya saya harus pulang. Kebetulan saya ada acara setelah ini,” ujar Bastian sesaat setelah memeriksa arlojinya.

“Ah, begitu rupanya. Maafkan tante karena terlalu lama menahanmu disini, tante harap kamu bisa lebih sering datang kerumah, nak Bastian.”

“Tentu saja jika Gia mengijinkannya, Tante,” katanya sembari melirik ke gadis itu.

Bastian bangkit dari duduknya dan sedikit membungku memberi salam, “Gia, kau tak mengantar Bastian keluar?”

“Dia bisa berjalan sendiri mama.”

“Padahal aku ingin kau mengantarku, nona Gia,” kata Bastian seolah memprovokasi ibunya.

“Antarlah dulu, mama akan baik-baik saja disini.”

Gia menghela napas, “Baiklah.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 28

    Setelah menyelesaikan semua jadwal mereka pada hari itu, keduanya memutuskan kembali ke rumah orang tua Bastian saat bulan sudah meninggi. Sangat terlihat dari raut muka Gia jika gadis itu kelelahan. Seperti biasa mereka disambut hangat oleh seluruh penghuni rumah, tak terkecuali para pelayan. Gia berjalan menuju kamarnya setelah lebih dulu menyapa calon mertuanya yang ada di ruang keluarga. Gadis itu menghempaskan tubuhnya yang kelelahan keatas kasur empuk milik keluarga Da Frans itu. Gadis itu memandang langit-langit kamar tidurnya, pikirannya masih mencerna apakah keputusan yang ia pilih sampai kini adalah yang terbaik. Bagaimana jika justru pilihannya akan membuat hidupnya semakin terluka? Gia bangkit dari tidurnya, gadis itu menepuk kedua pipinya cukup kencang secara tiba-tiba, "Kau harus menerima semua resiko dari keputusan yang kau ambil, Gia!" monolognya. Tanpa ia sadari seorang pria sedang berdiri diambang pintu sembari menatapnya aneh, "Sedang apa kau? kenapa menam

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 27

    Siang itu Gia dan Bastian disibukkan dengan pemilihan baju pernikahan mereka. Banyak gaun yang harus Gia coba, meskipun gadis itu sejujurnya lebih ingin acara yang sederhana, tetapi mengingat jika pasangannya adalah salah satu anggota keluarga da Franch, pada akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti permintaan Lousi dan keluarganya.Da Franch Family, keluarga kaya raya yang memiliki banyak scandal tetapi tak pernah terjatuhkan selama puluhan tahun. Bahkan, saat sebuah rumor tersebar dengan cepat pula rumor itu menghilang bak tak pernah ada.Meskipun kakek Thomson masih cukup sehat, tetapi jabatan kepala keluarga Da Franch kini sudah diturunkan pada Jefran, ayah Bastian. Tentu saja Bastian yang akan meneruskan menjadi kepala keluarga selanjutnya."Bagaimana menurut anda?" tanya seorang pelayan pada Bastian setelah Gia muncul. Ini adalah gaun ke 10 yang gadis itu coba, dan hampir semua gaun yang ia coba mendapat komentar tak sedap dari Bastian.Dengan wajah kesalnya gadis itu menatap

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 26

    "Jadi, acara makan malam kali ini adalah untuk membahas tanggal pernikahan kalian yang akan dipercepat!" ujar Jefran membuat Gia membelalakkan matanya terkejut, "kami berencana untuk mengadakan pernikahan kalian dalam 2 minggu lagi." "Apa?!" pekik Gia, "t-tunggu mom, dad, kenapa tiba-tiba dipercepat? bukankah mom dan dad sudah setuju jika pernikahan kami dilakukan 3 bulan lagi?" "Ini untuk kebaikan kamu dan mama kamu, Gia," ujar Lousi. "Iya, Gia. Semakin cepat kamu menjadi anggota keluarga Da Franch, semakin mudah untuk kami menjaga kalian," jelas Jefran. "Kenapa mom dan dad tidak mengobrolkannya dulu pada kami?" "Kami sudah mengobrolkannya dengan mamamu Gia, begitupun Bastian yang juga tidak ingin membuat kalian lebih tidak aman lagi dari sebelumnya," ucap Lousi, gadis itu menoleh bergantian pada mamanya dan juga Bastian. Apakah hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa disini? "Tetap saja kenapa kalian tidak bertanya pendapat Gia terlebih dulu?" tanyanya. "Sayang, ini untuk kebaik

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 25

    Bastian berdiri dibarisan rak pembalut hanya diam memandang satu persatu produk-produk itu. Ia agak menyesali dirinya karena tidak bertanya apa yang biasa ia gunakan, dan juga ia masih mempertanyakan didalam otaknya bagaimana bisa pembalut wanita memiliki sayap? "Sayap? Apa dia akan terbang?" gumamnya, "merk apa yang harus aku belikan untuknya?" monolognya lagi, "Akh. Kubelikan saja semua merk biarkan dia memilih sendiri apa yang dia mau." Final, pada akhirnya Bastian membeli 1 pembalut setiap merk dan setiap kemasan yang berbeda. Sekembalinya Bastian dari swalayan, ia segera mencari keberadaan Gia dengan membawa satu kantong belanja full yang hanya berisi pembalut, membuat Gia membelalakkan matanya terkejut terheran-heran dengan laki-laki satu ini. "Bas! kamu mau membuka toko, kenapa beli sebanyak ini?" Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Aku tidak tahu apa yang biasanya kau gunakan, dan apa maksud dari pesanmu yang bersayap." Gia memijat pelipisnya, "Kau kan

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 24

    "Jika bukan karena kita adalah tunangan, dia pasti sudah ku tendang keujung dunia!" ujarnya asal. Tak berapa lama, Gia menyusul Bastian yang sudah menunggunya diloby toko. Tanpa memperdulikan pemuda itu ia berlalu begitu saja keluar toko meninggalkan Bastian dibelakangnya. Bastian yang terkejut melihat tingkah Gia pun segera menyusul gadis yang kini sudah memasuki mobil itu. Setelah Bastian memasuki mobil, mereka pun melajukan kendaraannya. Tak ada satupun obrolan dikeduanya membuat suasanasemakin canggung, terlebih dengan wajah Gia yang terlihat tidak bersahabat. Pemuda itu teringat dengan penjelasan Max yag mengatakan wanita yang bisa berubah seperti singa sewaktu-waktu, apakah saat ini ia akan menjumpai sosok Gia yang seperti itu? "Ekhem." pada akhirnya Bastian mencoba untuk memberanikan diri untuk membuka obrolan, "ada apa denganmu?" tanya pemuda itu sembari sesekali melirik gadis yang hanya diam dengan tangan bersilang didepan dada dan wajah yang menatap keluar jendela. "Aku

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 23

    Sudah satu minggu semenjak kejadian penculikan Gia terjadi, dan juga kini Gia dan ibunya sudah tinggal di apartement yang sama dengan Bastian, kamar mereka hanya bersebelahan. Mulai saat itu pula Gia dan Bastian selalu berangkat dan pulang kantor bersama.Meski terlihat romantis dan baik-baik saja, nyatanya hubungan mereka masih sangat canggung. Namun, juga banyak orang yang mendoakan dan mendukung hubungan mereka agar sampai dijenjang pernikahan, tentu saja tak sedikit manusia yang masih menghujat Gia yang tak pantas bersanding dengan seorang Bastian."Kau sudah memberitahu mama, jika nanti kita ada acara makan malam bersama keluargaku?" tanya Bastian."Sudah, nanti akan ku ingatkan lagi." Bastian mengangguk.*****Jam makan siang tiba, Gia hendak bangkit dari duduknya sebelum Bastian lebih dulu mengajaknya untuk makan siang di luar area kantor. Tentu saja gadis itu tidak bisa menolak ajakan pemuda itu. Setelah makan siang selesai, Bastian tidak mengajak Gia untuk kembali ke kantor t

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 22

    BRAK! Suara gebrakan pintu mengejutkan semua orang yang ada disana, tak lama puluhan orang berbaju hitam sudah mengepung tempat tersebut. "Apa-apaan ini?" tanya Bertho bingung sekaligus panik. Seorang pemuda yang berwajah sangat familiar segera menghampiri Bastian yang masih tersungkur dengan diikuti beberapa anak buahnya yang segera meringkus orang-orang suruhan Bertho dengan pemuda itu juga. "Brengsek! lepaskan aku! apa-apaan ini, Bas! kau menjebakku, Sialan!" Makinya sembari berjalan keluar dari gedung tersebut, bersama anak buah BAstian yang lain. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Bastian pada Max yang kini mencoba membantunya bangkit. Detik berikutnya Gia pun menghampiri Bastian dan mencoba membantu pemuda itu untuk berdiri. Entah kenapa rasanya menyesakkan melihat Bastian meringis kesakitan seperti itu. "Tentu saja aku harus menikmati moment yang belum pernah ku lihat sebelumnya," jawabnya santai. "Kau baik-baik saja, Bas?" tanya Gia khawatir. "Bukankah seharusnya aku yang

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 21

    BUGH! Bastian tersungkur saat sebuah benda tumpul menghantam punggungnya. Namun satu pukulan tak cukup untuk menumbangkannya, ia segera bangkit dan berbalik menghadap beberapa orang yang sudah siap untuk menyerangnya. Pemuda itu tersenyum simpul, "Trup, huh?" gumamnya. Bastian bersiap dengan posisi kuda-kudanya, siap menghabisi semua orang yang ada ditempat itu. Satu orang, dua orang, tiga orang, ia berhasil melumpuhkan setengah dari orang-orang itu dalam waktu singkat. Memukuli orang adalah bakatnya yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang, ia sudah di didik dengan sedemikian rupa untuk menjadi pewaris keluarga konglomerat. Kini hanya tinggal beberapa orang saja dihadapannya, ia harus menyelesaikannya sesegera mungkin untuk bisa mencari keberadaan Gia yang sebenarnya.Satu pukulan terakhir, setelah ini ia akan segera pergi mencari Gia. Setidaknya itu yang ia rwncanakan sebelum matanya menangkap sosok Gia yang tengah di seret oleh seorang pria.Konsentrasinya buyar seketika membu

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 20

    Bastian memasuki sebuah ruangan dengan raut marah yang sangat terlukis jelas diwajahnya, seolah-olah berkata siapapun yang menahannya maka dia akan mati saat itu juga. Dia membuka paksa pintu ruangan tersebut, membuat seseorang yang ada di dalamnya memandangnya terkejut."Bisakah kau berhenti mengganggu milikku sejenak, David?!" ujar Bastian yang sudah sebisa mungkin menahan keinginannya untuk langsung memukuli pria dihadapannya itu.Laki-laki yang duduk di sebuah sofa itu memandang bergantian Bastian dan beberapa anak buahnya yang kini menatapnya takut. Laki-laki itu menghela napas, "Bukankah aku sudah bilang tidak ingin menerima tamu." Ucapan itu ia tujukan untuk anak buahnya."Maaf tuan, tapi tuan Bastian yang--"Prangg!Sebuah vas bunga meluncur melewati Bastian begitu saja, tepat terkena pemuda berpakaian hitam yang ada di belakanag Bastian, pemuda yang sesaat sebelumnya berbicara. "Siapa yang menyuruhmu bicara, bangsat?" tanyanya dengan santai, ia menghela napas, "pergilah kalia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status