"Kebetulan. Aku memang lagi butuh samsak hidup sekarang," ucap Adam dengan mata berkilau penuh makna. "Dia cewek gue, njing. Lo berani nyentuh dia, jangan salahin kalau tangan lo gue patahin."Lalu sebuah bogem mentah pun melayang dengan sangat cepat hingga Raiden tak sempat untuk mengelak."Pak Adam!" Pekik Flora kaget, ketika Raiden yang wajah yang telah lebam terluka itu pun tak serta merta diam saja, dan membalas dengan memukul ulu hati Adam. Baku hantam pun tak bisa lagi dihindarkan. Pukulan demi pukulan saling dilayangkan, hingga akhirnya bagian keamanan night club datang untuk melerai kedua lelaki rupawan namun dengan wajah dan tubuh yang sama-sama babak belur berantakan. "Mas Raiden Abhyaksa?!" Salah seorang petugas keamanan berseru kaget menatap lelaki yang terlihat masih berontak sekuat tenaga ketika dipisahkan. "Mohon maaf atas kejadian ini, Mas. Tapi jika boleh tahu, sebenarnya apa yang terjadi?""DIA YANG MEMULAINYA!" Bentak Raiden gusar sambil menunjuk Adam yang ter
Flora mengira ia sedang bermimpi tidur dengan calon suami masa depannya, namun alangkah kagetnya ia ketika merasakan terpaan napas beraroma citrus dan mint, aroma napas yang ia kenali milik Pak Adam! Gadis itu pun semakin kaget ketika melihat seraut wajah bule yang tampannya nggak kaleng-kaleng tengah tertidur lelap di sampingnya, tanpa mengenakan baju sama sekali!!! Daripada pusing sendiri, ia pun akhirnya pelan-pelan melepaskan rangkulan Adam di perutnya. Flora memilih menjauh dari lelaki jenis crocodile ini sebelum malah dia yang gelap mata dan grepe-grepe tubuh fantastis penuh otot dan perut sixpacks milik Adam. Bisa gawat nanti. "Aaaaakk!!" Flora pun menjerit saat tubuhnya yang sudah berhasil lepas dari rangkulan tanga Adam kini malah kembali di dekap hangat dan makin menempel di dada bidang itu. "Mau kemana, hm?" Flora memukul dada Adam dengan kesal. "Pak Adam sendiri kenapa bisa masuk ke kamar saya? Perasaan sudah saya kunci deh pintunya!" Senyum yang terukir di bibir Ad
"Pak, ini kopinya." Flora menyodorkan segelas kopi panas dalam mug kertas tertutup kepadanya, yang diterima Adam dengan senyum penuh terima kasih. . Lelaki itu pun langsung mereguknya dengan nikmat. Flora juga memberikan minuman yang sama untuk Anya, yang tetap saja memasang wajah dingin kepada Flora, namun untuk kali ini wanita itu terlihat agak pucat. Mereka semua masih menunggu di ruang khusus untuk pasien VIP yang sedang menjalani operasi. Sudah hampir dua jam Noah berada di dalam ruang khusus untuk menjalani pembedahan, dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan selesai. Flora duduk di kursi kosong di antara Adam dan Anya, diam-diam memperhatikan ekspresi letih dan cemas yang tergambar dengan sangat jelas di wajah keduanya. Tiba-tiba pintu ruang penghubung ke ruang operasi pun terbuka, lalu seorang lelaki yang mengenakan pakaian bedah berwarna hijau keluar dari sana. Ia menatap ke arah Adam dan Anya yang buru-buru bangkit dari duduknya dan setengah berlari menghampi
Flora sedang membawa sampah bungkus makanan untuk dibuang ke tempat sampah, ketika merasakan nada getar pelan dari suara ponselnya. Sebaris nomor tak dikenal tertera di layar dan membuatnya sontak mengernyit. Siapa ya?? Rasanya akhir-akhir ini Flora tidak memberikan nomornya ke orang yang tidak ia kenal. Daripada menebak-nebak, akhirnya Flora pun memutuskan untuk menerima panggilan tersebut. "Halo?" "Halo. Apa ini benar dengan Nona Flora Shalsabilla?" sahut suara pria dari seberang sana. Kedua alis mata Flora pun naik. Si penelpon ini sudah tahu namanya? Biasanya hanya ada dua kemungkinan jika ada orang tak dikenal yang mengetahui nama lengkapnya, kalau nggak penipuan ya penawaran kartu kredit atau asuransi. "Maaf ya, mas. Saya nggak tertarik untuk memiliki kartu kredit, dan asuransi juga sudah saya dapatkan dari kantor. Atau jangan-jangan masnya mau nipu saya gitu, pasti mau bilang kalau saya menang undian ya? Tobat, deh mas. Mumpung belum kiamat," semprot Flora gusa
Flora melemparkan pandangan ke sekelilingnya sambil berdecak sebal. Ia sedang berada di lokasi parkiran sebuah restoran mewah Rainbow Lounge, sambil berulang kali berusaha menelepon Raiden yang sialnya sama sekali tidak diangkat. Jangan-jangan dia sedang dikerjain lagi??! Flora sengaja menunggu di posisi parkiran, karena merasa malas untuk masuk ke dalam. Rencananya ia hanya ingin bertemu di sini saja agar tidak perlu terjebak di dalam resto bersama Raiden. Males banget. Toh ia juga cuma mau mengambil dompetnya saja.Bahkan Flora sengaja hanya mengenakan pakaian santai : hoodie hitam dengan celana jeans biru pudarnya yang robek di lutut tapi bukan karena tren, tapi beneran karena butut aja sih. Flora bahkan mengenakan topi dan kaca mata untuk menutupi wajahnya yang polos tanpa make up. Flora berdiri dan bersandar di samping pintu pengemudi, sambil melipat tangannya di dada. Ia pun memutuskan akan memberi waktu lima menit lagi. Jika masih juga belum ada kabar dari Raide
"Ada apa, Tuan Muda Raiden?" Raiden menatap dingin pada waiter laki-laki berseragam hitam-hitam yang tadi melayani mejanya. Ia sengaja memanggil waiter itu untuk meminta bantuan. Waiter itu pun melirik sekilas kepada seorang gadis berambut ikal kemerahan yang tertidur pulas dengan kepalanya yang tertumpu di atas meja. "Apa kau sudah melakukan persis seperti apa yang kuperintahkan?" Waiter itu mengangguk. "Lima tetes obat tidur untuk minuman yang dipesan Nona ini," ucapnya mengulang perintah Raiden sebelumnya. "Bagus." Lalu lelaki bernetra hitam pekat itu pun melemparkan kunci mobilnya ke arah sang waiter, yang langsung ditangkapnya dengan gesit. "Nyalakan mesin mobilku dan bukakan pintu sampingnya." "Baiklah, Tuan. Apa Anda perlu bantuan untuk membawa Nona Muda ini ke dalam mobil?" "Tidak perlu. Biar aku yang membawanya sendiri," tolak Raiden sambil bergegas berdiri dan melangkah ke arah Flora. Ia menarik bahu gadis itu dan menyelipkan masing-masing tangannya di bahu dan di
"FLORAA!!!" Suara bentakan keras dari pintu yang dibuka secara paksa, tak pelak membuat seorang lelaki yang berada di atas ranjang itu pun sangat terkejut. Tubuhnya yang sudah setengah telanjang pun sontak menghentikan aksi bejatnya dan terpaku melihat sorot dan aura membunuh yang terpancar dari seorang Adam James Wrighton. "Raiden, Bajingan!!" BUUGH!!! "Belum puas juga setelah semalam aku gebukin ya?!" Pukulan bertubi-tubi terus bersarang di wajah dan tubuh Raiden yang sudah dipenuhi dengan luka baru, padahal luka lama bekas semalam pun masih belum terlalu pulih. Raiden terjengkang dan jatuh pingsan di lantai kamar dengan darah yang mengucur dari hidung, mulut dan pelipisnya. Melihat targetnya yang sudah diam tak berdaya, Adam bukannya berhenti. Ia malah terus menerus melayangkan tendangan keras dengan sekuat tenaga ke tubuh Raiden, hingga membuat tubuh Raiden terpental ke sana kemari. "Pak Adam," sesosok pria menahan Adam yang sepertinya tidak akan pernah berhenti memunt
Flora mendesah pelan dengan kedua kelopak mata yang masih terpejam. Keadaan yang terlalu nyaman ini membuatnya malas untuk sekedar membuka mata, apalagi untuk bergerak. Namun mau tak mau ia harus bangun dan bersiap untuk berangkat ke kantor, meskipun yang ia inginkan sekarang adalah bergelung di balik selimutnya dan terlelap dengan pulas hingga siang hari. Gadis itu pun terkikik geli saat tiba-tiba merasakan hidung mancung yang mengendus-endus rambutnya dengan rakus, lalu dilanjutkan dengan memberikan kecupan-kecupan manis di bahu sehalus satin miliknya. Cekikikannya semakin nyaring ketika Adam menyelipkan satu tangannya ke dalam selimut untuk menggelitik pinggang ramping Flora. "Stopp!! Aduh, nggak tahan geli banget!!" jeritnya. "Geli, hm? Itu hukuman buat kamu karena semalam nggak mau kasih jatah buat aku," balas suara maskulin yang serak karena baru bangun sekaligus tersirat nada kesal juga di dalamnya. Debaran itu pun semakin intens dirasakan oleh Flora, ketika menyadari