Share

Bab 6. Terenggutnya Kesucian Nara

Zico lalu melangkahkan kakinya dengan cepat menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. Dia harus memastikan keadaan Nara saat ini. Nara tidak boleh mati dengan mudah seperti keinginannya. Dia harus merasakan penderitaan yang sama sepertinya sewaktu dia masih berumur 19 tahun.

“Buka!” ucap Zico tiba-tiba dengan suara tingginya seraya menggedor-gedor pintu kamarnya.

Nara yang memang masih duduk bersimpuh di depan pintu itu merasa terkejut dengan suara gedoran pintu yang disertai suara Zico yang tiba-tiba. “Iblis itu, dia datang,” gumamnya.

“Tikus kecil, aku bilang buka! Atau aku akan mendobrak pintu ini!”

Nara sontak berdiri saat mendengar suara Zico yang semakin meninggi. Dia perlahan berjalan mundur, dia harus mencari cara untuk menghentikan Zico membuka paksa pintu kamarnya, saat ini Nara masih belum siap untuk meladeni Zico. Terlebih jika Zico menginginkan haknya.

“Ti-tidak, a-aku tidak mau membuka pintunya,” gumamnya lagi yang terdengar oleh Zico.

“Sepertinya kau menganggap sepele perkataanku, baiklah aku tidak akan sungkan lagi!” Zico sepertinya sudah habis kesabaran, dia mendobrak pintu itu dengan sekali gerakan.

Gubrak, pintu itu langsung terbuka dan terdengar suara jeritan Nara yang terkejut dengan suara dobrakan pintu, dia juga menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, karena rasa terkejutnya itu.

“Bagus sekali, kau pura-pura mati dengan cara tidak mengeluarkan suara sedikit pun? Apa kau sungguh ingin cepat-cepat menyusul keluargamu!”

Nara kembali gemetar ketakutan saat melihat Zico dengan perkataan kasarnya.

Zico menutup kembali pintu kamarnya dengan keras, dia lalu melangkahkan kakinya mendekati Nara yang terlihat sudah benar-benar ketakutan, di dalam pikirannya sudah terlihat kelebatan-kelebatan adegan yang sepertinya akan Zico lakukan padanya.

Nara benar-benar merasa takut, jika dia bisa memilih, sungguh dia akan lebih memilih untuk menyusul kedua orang tuanya dan juga adiknya. Tapi hal itu mustahil, iblis di depannya ini tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, kecuali Zico sendiri yang mengirimnya untuk bertemu dengan keluarganya.

“Ja-jangan mendekat!” ucapnya dengan susah payah.

Namun, Zico tidak memedulikan apa pun yang Nara ucapkan. Dia hanya terus melangkahkan kakinya mendekati Nara, tatapannya sangat tajam bahkan dengan tatapannya saja, Nara merasa sudah tertusuk sangat dalam.

Zico langsung menarik Nara ke pelukannya saat dia sudah bisa menggapai wanita itu dengan tangannya.

Nara mencoba mendorong Zico dengan sekuat tenaganya, namun semua itu sia-sia. Rangkulan tangan Zico pada pinggangnya terlalu erat, sehingga Nara yang memang memiliki tubuh kecil dengan tinggi badan yang mungil juga sangat kesusahan untuk mengimbangi kekuatan Zico, terlebih dia hanyalah seorang wanita.

Zico mendekatkan wajahnya pada wajah Nara, terlihat api amarah yang begitu besar dari mata Zico padanya. “Bukankah aku sudah bilang kemarin, bahwa hari ini aku akan menunjukkan rasa sakit yang sebenar-benarnya padamu. Jadi bersiaplah!”

Nara melebarkan matanya, ketika mendengar ucapan mengerikan yang keluar dari mulut Zico. Tangannya yang saat ini berada di dada Zico terasa sangat dingin dan juga bergetar. Pikirannya terus melayang memikirkan hal apa yang akan Zico lakukan padanya. Semengerikan apa rasa sakit yang akan Zico berikan padanya.

Zico lalu melepaskan Nara, dia melihat Nara dari atas sampai bawah. Zico memamerkan smirknya ketika melihat penampilan Nara yang masih menggunakan pakaian pengantin. “Jadi kau masih memakai pakaian ini? Apa kau sangat menyukai pakaian pengantin ini, atau karena warnanya putih, sehingga kau berpikir bahwa pakaian ini cocok untuk berkabung atas meninggalnya keluargamu?”

Clakk, air mata Nara turun membasahi pipinya tanpa seizinnya. Sekuat apa pun dia menahan air matanya untuk tidak turun, tapi rasa takut di hatinya mengalahkan pertahanannya. Walau bagaimanapun laki-laki di hadapannya ini benar-benar semenakutkan iblis.

“Ussshh usshhh, ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengeluarkan air matamu, kau harus mengeluarkan air matamu di waktu yang tepat, bukan?”

Entah kenapa ucapan Zico semakin membuat detak jantung Nara semakin berdetak cepat, entah apa sebenarnya yang akan Zico lakukan.

Nara tersentak saat tiba-tiba Zico menarik tangannya dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Seperti sebelumnya, tubuh Nara terpelanting dengan kerasnya ke atas ranjang besar itu. Zico langsung membuka jas dan juga kemeja yang dipakainya. Nara semakin terkejut saat melihat Zico sudah membuka semua kancing kemejanya dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sempurna.

Zico memang memiliki wajah yang sangat tampan, dengan warna kulitnya yang putih, bola mata berwarna cokelat, hidung mancung, tubuh yang menjulang tinggi tegap dan juga otot-otot seksinya. Dia termasuk tipe suami ideal yang diidam-idamkan banyak wanita, walaupun kenyataannya Zico memang selalu diikuti banyak wanita yang menginginkannya. Namun, bagi Nara semua kesempurnaan itu tidak berarti apa-apa. Karena di matanya, Zico hanyalah seorang iblis yang sudah membantai keluarganya tidak lebih dan tidak kurang dari itu.

Perlahan Zico mulai mendekati Nara, malam ini dia sudah bersiap untuk menyiksa tikus kecil yang ada di hadapannya.

“Ja-jangan!” Nara terus menggeser tubuhnya menjauh dari Zico. Tapi Zico tidak akan semudah itu melepaskannya, dia justru lebih senang jika wanita di depannya ini terus memberontak, karena itu artinya dia akan lebih menderita.

“Wanita, sayangnya malam ini. Aku tidak ingin mendengar kata penolakan,” ucapnya.

Zico langsung meraih tangan Nara dan merobek dengan brutalnya pakaian pengantin yang dipakai Nara.

Nara langsung melindungi tubuhnya dengan kedua tangannya saat Zico sudah berhasil merobek pakaiannya.

“Ja-jangan, aku mohon.” Nara masih berusaha untuk menghentikan Zico melakukan hal itu, karena sungguh dia masih sangat berat menyerahkan kesuciannya pada Zico, walaupun sekarang Zico sudah sah menjadi suaminya, tapi Nara masih belum bisa menerima Zico sebagai suaminya.

Zico kembali tidak menggubris permohonan Nara, dia malah memegang kedua tangan Nara yang berusaha menutupi tubuh polosnya. Sekuat apa pun Nara mempertahankannya, tetap saja dirinya kalah. Karena kekuatannya jelas kalah jauh dari Zico, dia hanyalah seorang wanita kecil yang lemah. Berbeda dengan Zico yang memiliki tubuh kekar dan atletis.

Zico berhasil melepaskan perlindungan tangan Nara dari tubuhnya, sesaat kemudian Zico pun langsung mencium bibir Nara dengan brutal. Dia memaksa dengan kasarnya bibir Nara untuk terbuka, agar lidahnya bisa menjelajahi setiap inci mulut Nara.

Zico mencium Nara dengan begitu lamanya, hingga Nara merasakan sesak di dadanya dan tidak bisa bernafas. Nara berusaha untuk mendorong Zico agar melepaskan pautan bibirnya, tapi rupanya Zico masih enggan untuk melepaskan pagutan bibirnya itu pada bibir Nara.

Nara memukul-mukul dada bidang Zico dengan kerasnya, dan akhirnya Zico pun melepaskan ciumannya pada Nara. Mulut Nara menghembuskan nafas yang terengah-engah saat berhasil lepas dari bibir Zico. Namun, baru saja Nara bisa mengambil nafas. Tak lama kemudian Zico langsung menyerangnya lagi. Dia kembali mencium Nara dengan brutalnya, namun kali ini Zico tidak hanya mencium bibir Nara, tapi dia melakukannya ke seluruh tubuh Nara hingga menimbulkan bekas merah di sana.

“Ahhhh sakittttt, sakitttt hiks!” teriak Nara dibarengi dengan bulir-bulir bening yang keluar dari pelupuk matanya saat merasakan selaput daranya robek karena hantaman benda keras milik Zico.

Nara bukan hanya merasakan sakit di bagian bawah perutnya, tapi dia juga merasa sakit di hatinya, karena mahkotanya telah direnggut oleh suami yang tidak diinginkannya dan juga tidak menginginkannya.

Zico terus menyiksa Nara di malam itu semalaman, dia tidak melepaskan Nara sedetik pun sampai dia sendiri yang merasa puas dan menghentikannya.

Di malam itu, Zico tidak memedulikan sama sekali tangisan dan juga rintihan yang keluar dari mulut Nara. Zico malah membisikan sesuatu yang membuat hati Nara semakin sakit karena ucapannya. “Dengar tikus kecil! Kau tak lebih, hanya seorang boneka ranjangku. Kau tidak berhak menolakku, karena tugasmu hanya melayaniku sebaik mungkin di atas ranjang.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status