Share

TUJUH

Author: Kireina76
last update Last Updated: 2021-08-18 18:26:51

“Kamu kira aku tidak memperhatikanmu sejak di restoran kemarin malam? Kamu disiram minuman oleh si pirang itu. Kamu pasti pria yang sangat bajingan sampai seorang wanita melakukan hal itu.”

“Bajingan. Tidak tahukah kamu, kalau itu kata yang kasar?”

“Untuk orang sepertimu, tidak. Apakah dia kekasihmu? Kalau itu benar, dan kalian putus karena pernikahan yang tiba-tiba ini, sebaiknya kamu kembali padanya. Aku benar-benar tidak tertarik dengan segala jenis pernikahan setelah putusnya hubunganku dengan Adam.”

“Ya, si pirang itu adalah kekasihku. She was. Dia sudah memiliki suami, dan kurasa kita bernasib sama. Sama-sama tidak bisa memiliki orang yang kita cintai.” Cintai? Attar tertawa dalam hati. Ia sama sekali tidak pernah mencintai siapapun!

Ruby menyeruput kopinya. “Hm, ini cappuccino kesukaanku.”

Attar tidak percaya dengan perempuan itu. Gila. Perempuan itu tidak peduli dengan kehidupannya, meski itu adalah kebohongan. Atau perempuan itu tahu bahwa Attar berbohong? Atau… Ruby hanya tidak ingin membahasnya, mengingat rasa sakit yang masih dirasakan perempuan itu? “Apakah ini kebetulan?” Attar memaksakan dirinya untuk tertawa. “Aku juga menyukai cappuccino di Ace Hotel.”

It’s so highly recommended. Adam tidak pernah kuajak ke sana. Kebetulan, dia tidak menyukai kopi. Apakah kamu suka kopi?”

Tidak. “Ya, tentu saja. Siapa yang tidak menyukai kopi?”

Ruby tersenyum. Yeah, dia tersenyum! Ada kebanggaan tersendiri bagi Attar untuk membuat perempuan itu tersenyum.

“Ada kafe yang enak selain di Stumpton. Di Brooklyn, namanya…”

“Gorilla Coffee, huh?”

Senyum Ruby melebar. “Kamu penggemar kopi, ya?”

Tidak, ia bukan penggemar kopi. Namun saat ia berpacaran dengan Lucy, ia sering diajak ke sana oleh wanita pirang itu. Brooklyn adalah tempat yang pas untuk pasangan yang memiliki hubungan gelap seperti mereka.

“Kamu ingin ke sana? Sekarang?”

“Tidak,” jawab Ruby. “Hari ini aku harus latihan bernyanyi di apartemenku. Aku akan tampil di The Living Room.”

“Kamu seorang penyanyi? Like Beyonce?”

“Hanya penyanyi indie, and not as famous as her.

“Kenapa harus menjadi penyanyi indie?”

Ruby mengangkat bahunya. “Aku hanya senang melakukannya. Apa pekerjaanmu? Penerus usaha keluarga?”

“Sekarang aku menjadi direktur di perusahaan kakekku.”

“Oh, ya, I know. Itu seperti garis takdir, ya? Anakmu kelak akan meneruskan usahamu, dan begitulah seterusnya. Aku hanya wondering, kenapa harus seperti itu. Di keluargakupun juga menganut kebiasaan itu. Itulah sebabnya aku tidak mau kembali ke Jakarta.”

“Kamu tidak ingin menjadi penerus usaha keluargamu? Atau setidaknya, menjadi sosialita seperti ibumu?”

“Tidak.”

“Kenapa?” tanya Attar penasaran. “Bukankah itu adalah kebanggaan seorang wanita? Memamerkan hartanya di acara arisan? Atau menunjukkan kecantikannya di pesta?”

Tergelak Ruby mendengarnya. “Itu sangat membosankan, Hardana.” Ruby bangkit dari duduknya. “Meet on Monday at The Living Room, okay?”

What time?”

Seven pm. Have a nice day.”

Lengan Ruby ditahan oleh Attar. “Hey, kamu tidak sesibuk itu, kan? Hari ini aku tidak memiliki kegiatan, mungkin aku bisa mendengarkan ceritamu mengenai kegiatan sosialita yang membosankan. Mungkin dengan begitu kamu bisa memanggil nama kecilku saja.”

Sesaat Ruby mempertimbangkan atas tawaran Attar. “Well, just promise me one thing.”

Ruby duduk kembali di sebelah pria itu. “Jangan tidur saat aku bicara. Karena sekian banyak orang yang mendengarkanku bicara, mereka jatuh tertidur. Yah, hanya Adam yang bisa bertahan. Apakah kamu bisa melakukannya?”

Tidak ada yang bisa dilakukan Attar selain menerima syarat itu. Dan ia tidak menyesal sempat membeli kopi untuk dirinya. Ya, dan belum sampai setengah jam bicara, perempuan itu merasakan kebosanan yang dirasakan Attar. “Ok, I’m sorry. Aku terlalu banyak bicara, ya.”

Just keep talking. Ini caraku untuk fokus mendengarkan orang.” Attar menguap, lalu memaksakan untuk tersenyum manis.

“Kamu tidak perlu menggodaku, Har—Attar. Kamu lebih baik jujur daripada talking some shit. Itu membuatku muak, oke?”

Untuk sesaat Attar cemberut karena Ruby sempat memanggilnya dengan Hardana, namun ia mencoba untuk bersikap tenang dan rasional. “I’m serious, Nia. Lanjutkan ceritamu.”

Nia?”

Rubinia?”

“Ya, tapi tidak ada yang memanggilku itu sebelumnya.” Ruby merasa aneh dengan panggilan itu, apalagi Attar-lah yang pertama kali memanggilnya Nia. Dan cara pria itu melisankannya seolah… entahlah, seperti seseorang yang telah lama mengenalnya.

“Apakah kamu keberatan?”

“Tidak sama sekali.”

“Kalau begitu tolong jelaskan padaku mengapa kamu kesal sekali dengan kehidupan socialite. Karena pendapatku sangat bersebrangan denganmu. Memiliki banyak teman adalah hal yang menyenangkan, Ruby, apalagi teman yang berasal dari kalangan yang sama.”

“Oh, benarkah? Dulu sebelum aku mengenal Adam, aku berteman dengan orang-orang seperti mereka. Pernah sekali aku iseng bilang perusahaan keluargaku bangkrut, dan sehari kemudian mereka tidak menyapaku lagi. Lalu ketika mereka tahu apa yang aku katakan bohong, mereka memintaku untuk mentraktir mereka di Dragonfly, tempat clubbing. Sebenarnya, bukan uang atau tempat yang mereka pilih, tapi cara mereka berpikir yang membuatku kapok berteman dengan orang-orang seperti mereka.”

“Jadi kamu trauma. Apakah itu alasanmu untuk tinggal di sini?”

Ruby memandang Attar sesaat, seolah memastikan apakah laki-laki ini bisa dipercaya atau tidak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Married to the Bad Guy   EPILOG

    “Bagaimana dengan kontrak itu? Ketika kamu bilang mengenai lamaran itu, aku teringat pada kontrak itu.” “Curse the contract. Kamu tidak akan meninggalkan suamimu yang satu ini, kan?” Attar terus mencium, menggigit, leher serta bahu istrinya. “I will never give up on you, Rubiniaku. You’re the light of my life, I love you so much. Way too much.” “Attar, katakan dulu apa yang terjadi dengan kontrak itu.” Ruby membalikkan tubuhnya dan menatap suaminya dengan penuh tuntutan. “Apa yang kamu lakukan dengan perjanjian itu?” “Well, aku tidak peduli dengan perjanjian itu. Kakekmu juga sudah tidak ada, bukan? Bahkan notaris yang menyaksikan perjanjian itu sudah pergi juga. Dan aku.” Attar terdiam sejenak. “Aku tidak perlu kontrak atau jaminan apa pun untuk memilikimu dan anak-anak.” “Benarkah?” “Mau taruhan? Sebelumnya, aku ingin tahu apakah aku masih kuat menggendongmu atau tidak.” Dengan tubuhnya yang kekar Attar ma

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH DELAPAN

    ItaliaPemuda dengan memakai kemeja kotak-kotak menggandeng gadis kecil berambut panjang. “Papa!” teriak gadis kecil itu.“Miriam!” Attar menghampiri putri kecilnya dan menggendongnya. “Bagaimana jalan-jalannya dengan Kak Eda?”Tujuh tahun berlalu begitu cepat. Attar bersyukur, dengan kesehatannya yang semakin membaik, dan di usianya yang menginjak empat puluh, ia mendapat semuanya—anak-anak yang cantik dan tampan yang pintar—istri yang begitu sabar menghadapinya. Kehidupannya sangat sempurna tujuh tahun terakhir, setelah puluhan tahun sebelumnya ia habiskan dengan kebohongan dan kemarahan yang tak terkendali.Attar menamakan anak keduanya Miriam. Sebagai tanda hormatnya pada sang nenek yang sudah lama pergi. Nenek yang dicintai kakeknya, yang akan selamanya Attar kenang akan kebaikan sang kakek semasa hidupnya.Sebelum meninggalkan Hardana Land dan tinggal di Singapura, Attar melakuk

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH TUJUH

    “Kata Tante Nina, Oom Attar tidak bisa bawa yang berat-berat dulu sejak serangan kayak Kakek.”Anak kecil tidak mungkin berbohong. Agar tidak membahas lebih lanjut, Attar bangkit dan mengajak istrinya untuk ke kamarnya yang berada di lantai yang sama. Sebelumnya ia menitip pesan pada Eda untuk menemani Kakek Malik dan Nenek Lenny di sana.Ketika Attar mendorong kursi roda istrinya ke kamar, sosok Kakek Gun dan keluarga Adiwangsa lainnya muncul. Mereka menjelaskan bahwa di luar macet sekali hingga Kakek Gun harus naik helikopter dari Menara Adiwangsa yang lokasinya tak jauh dari rumah.Kakek Gun meminta Ruby untuk beristirahat dulu sementara keluarga Adiwangsa menjenguk Hasyim. Ruby menolak, namun tak punya pilihan karena Edo dan Shera ikut mengkhawatirkan keadaannya.Begitu sampai kamar Attar membantu istrinya untuk bangun dan berbaring di tempat tidur. Dipastikannya kepala istrinya sudah nyaman dengan bantalnya. Kemudian ia duduk di tepi temp

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH ENAM

    “Kakek saya tidak pernah terlihat sakit.”“Anda pun juga begitu. Tapi Anda pernah serangan juga, bukan?” Dokter Prapto, dokter yang sama yang menangani Attar ketika ia dirawat. “Sekarang temuilah anggota keluarga yang lain di lorong, Pak Attar.”Dengan lemas Attar keluar dari kamar kakeknya. Di lorong sudah ada semua anggota keluarga Hardana, termasuk dari keluarga menantu. Adam, Fariz, dan sepupu yang lain memeluknya, memberi semangat padanya.Attar menghampiri istrinya yang duduk di atas kursi roda di pojok sebelah ibunya. Sebelumnya Attar memeluk mama-papanya, dan meminta Eda untuk mendoakan kakek buyutnya agar cepat sembuh.Ia duduk di kursi yang paling dekat dengan istrinya. “Bagaimana ceritanya? Kata Pak Mahdi dia serangan di kamarmu.”Ruby mengangguk. “Kakek mengakui semuanya di depanku.”“Apakah kamu menyakitinya?”Mata Ruby menyipit. Apakah suaminya berni

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH LIMA

    “Kakek Hasyim,” kata Ruby. “Ada perlu apa kemari?” Tidak perlu bertanya sebenarnya. Ia tahu apa yang ingin dikatakan kakek. Mengenai hubungan mereka yang sebenarnya. Tapi Ruby tidak tertarik. Yang diinginkannya adalah menemui Attar, membahas jenis kelamin bayinya.“Apakah Attar belum memberitahu bahwa aku…”“Kakekku? Sudah.”Ketenangan yang ditunjukkan Ruby membuat Hasyim terbelalak. “Kamu tidak marah atau benci padaku, Rubinia…”“Saya tidak punya pilihan, bukan,” jawab Ruby sinis. “Anda sudah mendapatkan apa yang Anda inginkan. Attar tidak dipenjara, dan saya telah menikah atas kehendak Anda.”“Ruby, saya tidak menyangka kamu berpikir seperti itu mengenai saya…” Hasyim mengira dirinya sudah baik pada cucunya yang satu ini. Ia telah lama berdiam diri dengan fakta yang ditelannya puluhan tahun. Dan reaksi Ruby adalah beban besar untuk

  • Married to the Bad Guy   SERATUS TUJUH PULUH EMPAT

    Armand memiliki temper yang sulit diduga. Ketika Edo masuk usia remaja, sikap Armand berubah pada putranya. Kasih sayang yang dulu disalurkannya pada anak-anaknya sirna begitu saja. Berganti dengan kemarahan karena anak-anaknya tidak ada yang menghargainya sebagai kepala rumah tangga, kebenciannya pada Gunawan yang tak pernah bersikap tegas padanya, bahkan seakan menunjukkan sikap tidak sayang pada anaknya dengan mendukung hubungan Armand dengan Hasyim.Hingga suatu hari Hasyim melakukan kesalahan.Dia tidak bisa mengekang dirinya untuk mengakui Armand. Pada acara open house Lebaran yang diadakan keluarga Adiwangsa, ia memanggil Ruby dengan sebutan yang tak biasa. “Hai, gadis kecil. Tidak salam pada kakekmu?”Ruby menoleh padanya dengan heran. Saat itu ia sudah remaja dan dia bukan cucu Hasyim. “Saya bukan Nina,” kata Ruby kikuk.“Tentu saja. Kamu Rubinia. Cucuku.”Percakapan mereka tidak berlanjut tatka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status