Share

ENAM

Cucu dari Hasyim Hardana. Perempuan macam apa Rubinia ini? Attar harus membuat perempuan itu tahu, bahwa kekayaan keluarga Hardana jauh di atas keluarga perempuan itu, menurut majalah Forbes tahun ini.  Atau… perempuan itu tidak peduli?

Perempuan itu telah berpacaran dengan pria kelas menengah. Attar mengenalnya di kelompok alumni Stanford di Indonesia. Tidak dekat memang, tapi setidaknya, mereka saling mengenal. Dan mudah bagi Attar untuk meminta nomor ponsel Ruby, dengan dalih ia ingin menawarkan pekerjaan pada Ruby.

Sebelum ke NYC, Attar sudah menyelidiki kehidupan Ruby; pekerjaannya, tempat tinggalnya, dan kekasihnya. Namun ia simpan itu semua dari keluarga perempuan itu. Mungkin, itu bisa menjadi senjatanya untuk mengancam perempuan itu agar mau menikah dengannya.

“Apakah saya belum memberitahu nama saya, Rubinia?“ desis Attar menahan marah.

Perempuan itu mengangkat bahu. “Mungkin?“

Benarkah, benarkah, benarkah, ia harus menikah dengan perempuan ini? “Nama saya Attar, Ruby.“

“Langsung to the point aja. Jadi, gimana caranya, pria asing sepertimu bisa mendapatkan nomor telepon saya? Dari… Adam?” Suara Ruby memelan ketika melisankan nama mantan kekasihnya.

“Kamu adalah calon istriku. Sudah seharusnya kan aku mengancam pria yang ingin menghalangi hubungan kita?“ Senyum licik tersungging di bibir Attar. “Aku bilang aku kehilangan nomor calon istriku, dan ia memberikannya…”

“Kamu mengancamnya?” Kedua mata Ruby membesar. “Oh, benarkah?” Perempuan itu kemudian tergelak, membuat Attar bingung. Sudah gilakah perempuan ini?

“Ya, dan kamu.. marah?”

No! Of course no!” Ruby tertawa lagi. “Kamu tahu, tidak ada yang pernah melakukan itu sebelumnya. Lalu apa reaksinya? Apakah dia cemburu?”

“Tidak, dia tidak cemburu. Ia justru memberikan selamat pada pernikahan kita.”

Tawa Ruby mengembang di udara. “Apa?”

Dalam hati Attar ingin tertawa. Mudah sekali membuat perempuan itu kesal. Dan entah mengapa, Attar senang melihatnya, meskipun ia harus berdusta. “Ya, dia terlihat biasa saja. Yang jelas, dia berpesan padaku untuk menjagamu, agar kamu tidak menemuinya lagi.”

Ruby memukul lengan Attar. “Trik apa yang kamu lakukan padanya? Mengapa dia bisa melakukan hal itu? Adam tidak akan pernah bisa melupakan aku, meski dia tidak bisa menikahiku!”

Attar berusaha untuk menutupi kesakitan di lengannya. Perempuan ini pasti pernah ikut kegiatan olahraga tinju atau semacamnya. Benar-benar sakit. “Kamu bisa marah padaku atas kesakitan yang ia torehkan pada hatimu.”

Jawabannya membuat Ruby tercengang. Seketika perempuan itu sadar. “Maaf, apakah terasa sakit?” Ruby menjatuhkan semua belanjaannya dan memeriksa lengan Attar, namun Attar menepisnya.

“Tidak ada yang luka,” sahut Attar. Ya, sedikit sakit, dan ia rasa akan sulit menemukan tukang urut seperti langganannya di Jakarta di kota seperti NYC ini. “Kecuali harga diriku yang terluka.”

“Oh, benarkah?” Perempuan itu mengambil semua plastik belanjaannya dan menatap Attar dengan tatapan meremehkan. “Hanya karena dijodohkan denganku, harga dirimu terluka?”

“Ya, rasanya seperti kamu yang tak kunjung dilamar oleh mantan kekasihmu.”

“Tentu saja berbeda. Dari dulu aku tahu aku tidak akan bisa menikah dengannya. Tapi kamu.. kita, maksudku. Tidak pernah tahu kan kalau kita akan dijodohkan. Dan seperti yang sudah kubilang, kedatanganmu hanya sia-sia. Kita tidak akan menikah.”

“Kenapa?”

“Mungkin kamu bisa menjelaskan mengapa kamu tidak memberikan itu.” Ruby menunjuk gelas kopi yang ada di tangan Attar.

Well, my bad.”  Attar menyodorkan segelas kopi itu untuk perempuan itu. “Aku terlalu asyik melihat wajahmu yang lucu.”

Lucu?” Ruby tertawa. “Banyak yang bilang wajahku seperti anak kecil karena sikap manjaku. Jadi, jangan menghiburku dengan bilang aku lucu.”

“Sekarang giliranku yang bertanya. Kenapa kita tidak bisa menikah, Ruby?”

“Kamu benar-benar bodoh atau pura-pura?” Ruby menghela napas panjang. Ia memutuskan duduk di bangku yang kosong, disusul oleh Attar yang duduk di sebelahnya. “Aku baru saja putus dengan kekasihku,” lanjut Ruby. “Orang yang sudah lama denganku saja tidak ingin menikah denganku. Apalagi.. kamu.”

“Aku tidak keberatan jika harus menunggu beberapa tahun,” sahut Attar tenang. “Aku juga tidak ingin menikah dengan terpaksa.”

“Aku bisa bilang pada kakekku agar pernikahan itu dibatalkan. Kamu tidak harus terikat denganku.”

Oh, tidak bisa. Itu artinya Attar tidak mendapatkan warisan serta istri yang cantik jelita seperti Ruby. “Mengapa kamu sangat pesimis, Ruby? Aku tidak mencari perempuan yang sempurna, kok.”

Kebohongan untuk beberapa kali mungkin bisa membantunya. Atau mungkin, akan sesering mungkin ia berdusta di depan Ruby. Attar pandai dalam segala hal, termasuk meninggikan hati wanita dengan berbohong.

"Omong kosong," gumam Ruby.

“Maaf?”

“Semua pria bisa berkata demikian jika memiliki maksud terselubung. Apalagi kamu. Kalau kamu bukan bagian dari keluarga Hardana, mungkin aku akan mengecapmu sebagai pria bajingan.”

“Boleh aku tahu kenapa?”

Ruby menatapnya dengan sinis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status