Untuk melupakan patah hatinya, dia mempertimbangkan Attar Hardana, laki-laki yang dipilihkan kakeknya untuknya, namun hidup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seiring berjalannya waktu, ia dihadapkan dengan sisi kelam Attar dan keluarganya, termasuk soal Adam yang ternyata sepupu Attar yang dibuang keluarga Hardana. Melalui Adam, Ruby juga tahu Attar tak lain orang yang materialistis. Tujuan Attar mendekatinya selama ini untuk memperoleh aset kekayaan yang dijanjikan kakek Attar. Ruby bertekad untuk tidak percaya lagi pada laki-laki mana pun. Dia kabur keluar negeri tepat di hari pernikahannya dengan Attar. Bagi Attar, lebih baik Ruby mengetahuinya sebagai pria materialistis. Hanya Attar dan keluarganya yang tahu alasan sebenarnya Attar mendekati Ruby. Dosa Attar di masa lalu terhadap Ruby membuatnya ingin menebus semua kesalahannya dengan membuat Ruby bahagia.
Lihat lebih banyakChapter 1
Writer's POVLoud howls were heard, excruciating howls but they were suppressed. They ran for safety, they were powerless against their oppressors, all they wanted was to live peacefully but peace was something the oppressors were not willing to give to them. "Get them all!" A loud voice echoed and the howls increased, the cries increased. "Please... Please don't take her away! She's still young!" A woman pleaded with them but the stoic man before her had a stern face on, a face that showed no expression, no emotions. "Take her away!" He ordered and the woman shook her head. "Please!" She pleaded but it was clear, the man before her was not going to pity the little child in her hands. She dropped the little child and shape shifted into a huge white wolf, she wasn't going to give up on her only child so easily. "Nice" the stoic man mumbled, his lips curling up in a smirk as his shape shifted into a grey wolf within seconds. The furious white wolf jumped onto the grey wolf but she was almost powerless, she was weak and ordinarily, her strength was inferior to his. In a few seconds, the white wolf lay on the floor, breathing heavily. The grey wolf shifted back and brought out a silver dagger from the pockets of one of the guys around him. Silver was forbidden in the land, it wasn't supposed to be there! The man walked up to the weak white wolf that had shape shifted back to human and gave her a huge smile before a sudden frown appeared on his face and he dug the dagger into the weak woman. She let out a hear deafening scream amongst the screams and howls of others. "Grab the child" * * 19 years later *Samantha's POV* " Get up! Get up you bitches!" We were pushed and we got up in a hurry. "You, get out!" One of the Masters said, pointing at one of the girls and she shivered forward. "You look beautiful, don't you think?" He asked with a flirtatious smile and I could see fear evident on the face of the girl. I am Samantha, there's nothing about me special, I am just a slave, I live for my masters, for years, no, for all my life I have been a slave. According to Granny, we are from the Green Moss Pack and we are being enslaved here by the Lock Heart Pack, these people are very cruel and oh yeah, my wolf side is Cara, met her a few months ago.Late shifting, I know but then what's the essence of early shifting when it's still yet the same miserable life. "Move forward!" He said, pushing the girl forward. " What are you going to do to her?" I asked and immediately after I had finished talking, I knew that was a mistake. "Not again." Cara groaned. "Who just spoke?" His voice asked dangerously and I gulped down, tightly holding onto the chains that held me down. "I asked... Who just spoke?" He asked again. " I... I did" I stuttered and he gave me a cheeky smile. "Wow, such a bold lady we have here, isn't it?" He laughed hysterically while my heartbeat increased. "I am in deep trouble, Cara!" I said to my wolf form. " I already said it severally, your mouth is going to put us into real trouble," Cara replied to me and I could sense that she was scared as much as I was as well. I knew very well what was going to happen next, it had happened a few times in the past but recently I have learnt to keep a leash on my tongue but today, I... Was just unable to! He approached me with a silver coin, he had gone through silver resistance and he was holding the silver in a small piece of clothing. My breath hitched as he moved closer to me. He crouched beside me and placed it on my skin, I could feel my skin sizzling and burning, no matter how hard I didn't want to show this bastard how much pain I was feeling, I just couldn't. "Aaaaaaaaaaargh!!!" I let out an ear defeaning scream. * * *Kayden's POV* "Alpha" Davis, the beta bowed. "It's okay Davis, what's it?" I asked trying to loosen up a bit with him after all he was my friend. "The Lock Heart Pack is inviting you to the marriage of Alpha Carrison and his Luna, do you want to attend or decline?" He asked. "The Lock Heart Pack? They are one of the best and obedient packs, they give me no problems at all. I will attend, when is it?" I asked. " Tomorrow evening Alpha," he replied. "So soon? We set out tomorrow morning then" I said. " Yes Alpha, Uhm... There is..." "Why the stutter?" I asked, my voice turning cold in an instant. I hated it when someone stutters, it is a totally silly and stupid act to me and Davis should know that by now. "There is a lady out there, she wants...." " Declined" I cut him off. " Sure" he replied and turned to leave but halted. "I have something to tell you," he said and I diverted my gaze towards him. "Your mother worries about you getting a mate," he said and my eyes turned cold. " Davis," I called. "You really can't just give up on finding a mate or getting the pack a Luna because of what happened with...." " Don't you dare mention her name!" I raged, my eyes turning dark. I could feel Jay, my wolf form raging along with me! "Alpha!!" Davis called. "Outside now!" I said to him that his wolf had no other choice than to submit to my wolf. He quietly left and I shut my eyes trying to suppress the rage in me. I don't want to hear anything about her, there was no way I was also going to get entangled with any other person. I, Alpha Kayden, the alpha of alphas was simply not made out for love.“Bagaimana dengan kontrak itu? Ketika kamu bilang mengenai lamaran itu, aku teringat pada kontrak itu.” “Curse the contract. Kamu tidak akan meninggalkan suamimu yang satu ini, kan?” Attar terus mencium, menggigit, leher serta bahu istrinya. “I will never give up on you, Rubiniaku. You’re the light of my life, I love you so much. Way too much.” “Attar, katakan dulu apa yang terjadi dengan kontrak itu.” Ruby membalikkan tubuhnya dan menatap suaminya dengan penuh tuntutan. “Apa yang kamu lakukan dengan perjanjian itu?” “Well, aku tidak peduli dengan perjanjian itu. Kakekmu juga sudah tidak ada, bukan? Bahkan notaris yang menyaksikan perjanjian itu sudah pergi juga. Dan aku.” Attar terdiam sejenak. “Aku tidak perlu kontrak atau jaminan apa pun untuk memilikimu dan anak-anak.” “Benarkah?” “Mau taruhan? Sebelumnya, aku ingin tahu apakah aku masih kuat menggendongmu atau tidak.” Dengan tubuhnya yang kekar Attar ma
ItaliaPemuda dengan memakai kemeja kotak-kotak menggandeng gadis kecil berambut panjang. “Papa!” teriak gadis kecil itu.“Miriam!” Attar menghampiri putri kecilnya dan menggendongnya. “Bagaimana jalan-jalannya dengan Kak Eda?”Tujuh tahun berlalu begitu cepat. Attar bersyukur, dengan kesehatannya yang semakin membaik, dan di usianya yang menginjak empat puluh, ia mendapat semuanya—anak-anak yang cantik dan tampan yang pintar—istri yang begitu sabar menghadapinya. Kehidupannya sangat sempurna tujuh tahun terakhir, setelah puluhan tahun sebelumnya ia habiskan dengan kebohongan dan kemarahan yang tak terkendali.Attar menamakan anak keduanya Miriam. Sebagai tanda hormatnya pada sang nenek yang sudah lama pergi. Nenek yang dicintai kakeknya, yang akan selamanya Attar kenang akan kebaikan sang kakek semasa hidupnya.Sebelum meninggalkan Hardana Land dan tinggal di Singapura, Attar melakuk
“Kata Tante Nina, Oom Attar tidak bisa bawa yang berat-berat dulu sejak serangan kayak Kakek.”Anak kecil tidak mungkin berbohong. Agar tidak membahas lebih lanjut, Attar bangkit dan mengajak istrinya untuk ke kamarnya yang berada di lantai yang sama. Sebelumnya ia menitip pesan pada Eda untuk menemani Kakek Malik dan Nenek Lenny di sana.Ketika Attar mendorong kursi roda istrinya ke kamar, sosok Kakek Gun dan keluarga Adiwangsa lainnya muncul. Mereka menjelaskan bahwa di luar macet sekali hingga Kakek Gun harus naik helikopter dari Menara Adiwangsa yang lokasinya tak jauh dari rumah.Kakek Gun meminta Ruby untuk beristirahat dulu sementara keluarga Adiwangsa menjenguk Hasyim. Ruby menolak, namun tak punya pilihan karena Edo dan Shera ikut mengkhawatirkan keadaannya.Begitu sampai kamar Attar membantu istrinya untuk bangun dan berbaring di tempat tidur. Dipastikannya kepala istrinya sudah nyaman dengan bantalnya. Kemudian ia duduk di tepi temp
“Kakek saya tidak pernah terlihat sakit.”“Anda pun juga begitu. Tapi Anda pernah serangan juga, bukan?” Dokter Prapto, dokter yang sama yang menangani Attar ketika ia dirawat. “Sekarang temuilah anggota keluarga yang lain di lorong, Pak Attar.”Dengan lemas Attar keluar dari kamar kakeknya. Di lorong sudah ada semua anggota keluarga Hardana, termasuk dari keluarga menantu. Adam, Fariz, dan sepupu yang lain memeluknya, memberi semangat padanya.Attar menghampiri istrinya yang duduk di atas kursi roda di pojok sebelah ibunya. Sebelumnya Attar memeluk mama-papanya, dan meminta Eda untuk mendoakan kakek buyutnya agar cepat sembuh.Ia duduk di kursi yang paling dekat dengan istrinya. “Bagaimana ceritanya? Kata Pak Mahdi dia serangan di kamarmu.”Ruby mengangguk. “Kakek mengakui semuanya di depanku.”“Apakah kamu menyakitinya?”Mata Ruby menyipit. Apakah suaminya berni
“Kakek Hasyim,” kata Ruby. “Ada perlu apa kemari?” Tidak perlu bertanya sebenarnya. Ia tahu apa yang ingin dikatakan kakek. Mengenai hubungan mereka yang sebenarnya. Tapi Ruby tidak tertarik. Yang diinginkannya adalah menemui Attar, membahas jenis kelamin bayinya.“Apakah Attar belum memberitahu bahwa aku…”“Kakekku? Sudah.”Ketenangan yang ditunjukkan Ruby membuat Hasyim terbelalak. “Kamu tidak marah atau benci padaku, Rubinia…”“Saya tidak punya pilihan, bukan,” jawab Ruby sinis. “Anda sudah mendapatkan apa yang Anda inginkan. Attar tidak dipenjara, dan saya telah menikah atas kehendak Anda.”“Ruby, saya tidak menyangka kamu berpikir seperti itu mengenai saya…” Hasyim mengira dirinya sudah baik pada cucunya yang satu ini. Ia telah lama berdiam diri dengan fakta yang ditelannya puluhan tahun. Dan reaksi Ruby adalah beban besar untuk
Armand memiliki temper yang sulit diduga. Ketika Edo masuk usia remaja, sikap Armand berubah pada putranya. Kasih sayang yang dulu disalurkannya pada anak-anaknya sirna begitu saja. Berganti dengan kemarahan karena anak-anaknya tidak ada yang menghargainya sebagai kepala rumah tangga, kebenciannya pada Gunawan yang tak pernah bersikap tegas padanya, bahkan seakan menunjukkan sikap tidak sayang pada anaknya dengan mendukung hubungan Armand dengan Hasyim.Hingga suatu hari Hasyim melakukan kesalahan.Dia tidak bisa mengekang dirinya untuk mengakui Armand. Pada acara open house Lebaran yang diadakan keluarga Adiwangsa, ia memanggil Ruby dengan sebutan yang tak biasa. “Hai, gadis kecil. Tidak salam pada kakekmu?”Ruby menoleh padanya dengan heran. Saat itu ia sudah remaja dan dia bukan cucu Hasyim. “Saya bukan Nina,” kata Ruby kikuk.“Tentu saja. Kamu Rubinia. Cucuku.”Percakapan mereka tidak berlanjut tatka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen