Share

Yang Lebih Berat dari Rindu

Karena ditelepon oleh Bi Wati dengan nada suara kelewat panik, akhirnya, sore ini Damian sudah pulang ke rumah dengan terburu-buru. Katanya Anyelir tidak bisa berhenti menangis di kamarnya. Perempuan itu juga meronta kesakitan dengan tangan memeluk perut erat.

Damian yang khawatir kontan langsung masuk ke kamar perempuan itu guna mengecek keadaannya. Dan, benar saja. Di atas kasurnya, perempuan itu berguling-guling dengan tangan menekan perutnya yang nyeri.

"Kamu kenapa, Anye?" tanya Damian khawatir sambil duduk di samping perempuan itu.

Melihat wajah cemas suaminya, Anyelir menghentikan tangis. Perempuan itu bangkit duduk dengan wajah cemberut. Tangannya masih sibuk menekan bagian perut yang nyeri tentu saja.

"Kenapa? Hm? Mau apa? Dibeliin sayap lagi?" tanya Damian sambil mengusap puncak kepala sang istri lembut.

Perempuan itu menggeleng keras. "Perutku sakit, Om." Anyelir mengadu dengan wajah kembali memias.

"Terus aku harus apa? Emang ada obat buat datang bulan?" tanya Damian kebin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status