Keluarga kecil Williams terlihat tengah menikmati sarapan dengan tenang, yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Hingga kemudian, Tian menyimpan sendok serta garpu dan beralih meminum segelas air sebelum akhirnya ia memfokuskan pandangannya pada Alvon dan Cyra.
"Alvon, Cyra?"
Yang dipanggil segera mendongak, melempar tatapan tanya. Kemudian Tian merogoh saku celananya, mengambil sesuatu disana.
"Kunci?" Tanya Cyra kemudian.
Tian memberikan kunci tersebut pada Alvon, dan Alvon menerimanya dengan alis yang saling bertautan.
"Itu kunci rumah baru kalian." Ujar Tian.
"Rumah baru?" Tanya Alvon dan Cyra bersamaan.
"Iya. Tadi nya papa akan memberikan kunci itu sebagai hadiah kelahiran cucu papa nanti. Tapi, setelah papa pikir-pikir itu kelamaan makanya papa kasih sekarang saja." Jelas Tian, diiringi seny
Hari ini Cyra dan Alvon sedang berada di rumah sakit, setelah lima menit yang lalu Cyra selesai melakukan check upkandungan. Cyra senang. Karena ini merupakan pertama kali baginya mengecek kandungan dengan di temani oleh Alvon."Usia kandungan istri anda sudah menginjak dua bulan. Dan syukurlah, janinnya baik-baik saja. Dia berkembang dengan sehat didalam." Ujar sang dokter seraya tersenyum.Cyra pun ikut tersenyum sambil menatap Alvon yang duduk di sebelahnya. Alvon menoleh lalu mengusap rambut Cyra dengan lembut."Syukurlah dok, terimakasih." Ujar Alvon pada sang dokter, "Kita pamit.""Iya sama-sama, ini ya resep vitamin yang harus kaliantebus." Sang dokter memberikan sebuah kertas kecil pada Alvon, dan Alvon segera menerimanya.Alvon dan Cyra beranjak, berjabat tangan dengan sang dokter."Sekali lagi terimakasih dok. Kita permisi."
Cyra tersenyum melihat wajah tampan Alvon yang masih terlelap di sebelahnya. Alis tebal, mata yang kecil, hidung mancung, serta bibir yang terlihat sedikit tebal mendominasi bagian wajah Alvon membuat ketampanan nya semakin bertambah.Saking serius nya Cyra memandangi wajah Alvon, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Alvon sudah membuka matanya."Kenapa?" tanya Alvon dengan suara serak khas bangun tidur."Eh?" Cyra berkesiap. Ia segera merubah raut wajahnya menjadi biasa saja. "Ti-tidak. Tidak apa.""Jelas-jelas kamu memandangi wajah ku." Sebuah seringai muncul di wajah Alvon."Si-siapa yang memandangi wajah mu? A-aku tidak melakukan itu!" Cyra berusaha mengelak. Ia bangkit dari posisi tidurnya. Namun, Alvon segera menarik tangannya membuat tubuh Cyra kembali berbaring.Alvon mendekatkan wajahnya pada wajah Cyra. Cyra refleksm
"Ingin apa kalian datang kemari?" Tanya Alvon, dengan tatapan tertuju pada Rezka dan Roy yang duduk di hadapannya. Di sebelah Alvon, Cyra tampak tersenyum melihat raut wajah kedua sahabat Alvon yang berubah masam."Seharusnya kamu senang kita main ke sini!" Kesal Rezka.Alvon mendengus. Bagaimana tidak? Ini sudah malam dan hampir pukul sembilan tiga puluh. Yang benar saja. Memang tidak ada waktu siang atau sore untuk berkunjung? Kurang kerjaan bukan?"Kalian berkunjung tidak tau waktu, Cyra harus istirahat.""Istirahat saja. Toh, kita kan ada perlu dengan mu." Ujar Rezka santai."Dia tidak bisa tidur jika tidak bersama ku." Balas Alvon, seraya melirik Cyra sekilas."Benarkah? Bukankah sebaliknya ya? Ada juga kamu kan yang tidak bisa tidur tanpa Cyra?" Goda Roy."Diam!" Alvon mencebik sebal, "Cepat katakan, ingin apa kalian kemari?"
Mobil sports milik Alvon berhenti di parkiran kantor nya. Alvon segera keluar dari mobil. Namun, ketika dirinya hendak melangkah seseorang lebih dulu memanggilnya."Al!"Alvon mengurungkan niatnya. Ia mendengus saat mengenali siapa suara itu."Selamat pagi!" Lucia, wanita itu bergelayut manja di lengan Alvon seraya menampilkan senyuman lebar nya.Alvon menjauhkan tangan Lucia yang memeluk lengan nya, "Tidak usah seperti ini!""Nanti temani aku makan siang ya?" Ujar Lucia antusias."Tidak, aku sibuk."Tanpa melirik Lucia, Alvon segera pergi meninggalkan wanita itu. Namun, lagi lagi langkah nya harus terhenti ketika mendengar Lucia mengancam nya."Jika kamu tidak menemani ku, aku akan melukai istri dan calon anak mu itu!"Alvon memutar tubuhnya, menatap Lucia marah."Jika kamu berani melakukan itu
"Al, kamu sudah pul-"Bruk!Alvon segera menarik Cyra kedalam pelukan nya. Entahlah, rasanya malam ini ia sangat tidak bersemangat semenjak insiden makan siang tadi.Memang, Lucia benar-benar penghancur mood nya."Al, kamu kenapa?" Tanya Cyra lembut."Tidak, aku hanya lelah." Alvon melepas pelukan nyakemudian mengusap lembut puncak kepala Cyra."kamu yakin? Tidak ada masalah kan di kantor?""Tidak ada. Ayo, kita ke atas.""Emm, kamu ingin aku buatkan coklat hangat dulu?""Boleh. Aku tunggu di atas.”"Oke."Cyra segera pergi ke dapur, sementara Alvon berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.Beberapa menit kemudian..Cyra telah selesai membuatkan coklat hangat untuk Alvon. Ia pun segera bergegas menuju kamar nya
Pagi ini Cyra tampak bersiap untuk menghadiri acara pernikahan Rezka dan Mindy bersama dengan Alvon.Dalam balutan dress navy selutut tanpa lengan yang dikenakan nya, cyra tampak cantik berputar didepan kaca hias. Makeup nya terkesan natural. Rambut sepunggung nya sengaja ia gerai, membuat kesan tersendiri bagi Cyra.Dress yang dikenakan oleh Cyra merupakan dress yang dibelikan oleh Alvon. Tidak ada angin, tidak ada hujan, pria itu tiba-tiba saja memberikan sebuah paper bag berisi dress untuknya. Dan tentu saja Cyra menyukainya."Cyra?"Cyra spontan memutar tubuh nya, menghadap sosok pria yang mengenakan jas yang warna nya senada dengan dress yang dikenakan nya."Al." Cyra tersenyum pada Alvon.Alvon tak kalah menarik dari Cyra. Pria itu terlihat sangat tampan dengan setelan jas navy nya deng
Acara pernikahan Rezka dan Mindy selesai tepat pada pukul tujuh malam. Alvon pamit pada keluarga besar Rezka untuk pulang. Dan kini, Alvon dan Cyra sudah berada di dalam mobil dengan Alvon yang perlahan melajukan mobilnya."Kamu ingin membeli sesuatu dulu?" Tanya Alvon."memang nya boleh kalau jika mampir sebentar ke suatu tempat?""Tentu.""Aku ingin sekali makan nasi goreng di depan sana.""Dimana?""Ada didepan, kau terus saja menjalankan mobilnya. Nanti akan ada kedai nasi goreng dengan nama 'pak Adhi' di depan nya."Alvon mengangguk kemudian menambah kecepatan mobilnya. Seketika matanya menyipit kala tidak lama kemudian ia menemukan sebuah kedai dengan spanduk bertuliskan 'Nasi Goreng Pak Adhi'.Mungkin itu.Dengan perlahan Alvon pun menepikan mobilnya di depan kedai yang tampak ramai tersebut.
Dibawah sinar mentari pagi yang menelisik masuk melalui jendela kamar mewah tersebut, pria tampan dengan balutan baju tidur nya terlihat nyaman mengusapi perut wanita yang masih terlelap di sebelah nya.Mata sang wanita perlahan mengerjap, hingga kemudian terbuka. Kedua nya saling pandang dan melempar senyum."Selamat pagi." Ujar Alvon dengan nada serak dan senyuman tipis nya."selamat pagi. Kamu sudah bangun sejak tadi?""Seperti yang kamu lihat."Cyra tersenyum. Lantas, ia melirik kebawah yang dimana Alvon masih setia mengusap lembut perutnya disana.Astaga, mengapa Alvon begitu sangat manis? Kenapa tidak sejak dulu saja sifat Alvon seperti ini padanya?"Kapan dia akan lahir?" Tanya Alvon."Masih lama Al. Kamu sudah tidak sabar?""Tentu. Aku berharap dia laki-laki. Nanti akan ku ajak bermain bola setiap hari."