Share

Part 6

Cyra menatap wajah pucat Alvon dengan sendu. Sudah hampir delapan jam Alvon belum sadarkan diri setelah dirinya di pindahkan di ruang rawat VIP.

Akibat kecelakaan itu, satu kaki Alvon terluka lumayan parah, begitupun dengan bagian kepalanya. Dan dokter mengatakan jika Alvon harus mendapatkan penanganan dan perawatan yang khusus.

"Nak, istirahat lah. Sejak tadi kamu duduk di situ terus."

Revani berdiri di sebelah Cyra yang duduk di kursi samping brankar Alvon. Sejak tadi, sejak di pindah kan nya Alvon ke ruang rawat, Cyra dengan setia nya duduk di situ menunggu Alvon tersadar.

"Aku tidak apa mah."

Revani dapat melihat kekhawatiran yang begitu mendalam dari tatapan Cyra. Bahkan, bercak air mata pun masih terlihat di sekitar mata dan pipinya.

"Nak, Alvon pasti akan baik-baik saja." Ujar Revani sambil mengelus bahu Cyra.

"Iya mah. Aku sangat mengkhawatirkan Alvon."

"Iya, mama juga nak. Sebaiknya sekarang kamu makan dulu, biar mama yang bergantian menunggu Alvon."

"Tidak apa mah, aku tidak lapar."

"Nak, sejak siang tadi kamu belum makan. Apa kamu tidak memikirkan janin mu? Dia juga membutuhkan asupan."

Benar apa yang dikatakan oleh Revani. Cyra terlalu mengkhawatirkan Alvon hingga ia tidak memikirkan dirinya sendiri.

"Gih, kamu makan dulu." Ulang Revani, kemudian Cyra tetap kekeuh menggeleng.

"Nanti saja mah. Sebaik nya mama yang istirahat, mama juga sejak siang duduk di sofa terus kan?" Canda Cyra.

Revani lantas terkekeh, "Kamu itu pintar sekali membalikkan nya. Pokok nya, nanti kamu harus makan ya."

"Iya mah, nanti aku akan makan."

Revani melihat arloji nya yang menunjukkan pukul lima sore.

"Sudah pukul lima nak. Mama boleh izin pulang dulu? Mama ingin mandi sekaligus mengambil baju untuk mama dan kamu."

"Tidak apa kok mah, kan Alvon ada aku yang jaga."

"Benar ya tidak apa mama tinggal?"

"Iya mah." Cyra mengulas senyumnya.

"Jika terjadi apa-apa dengan Alvon, kamu langsung panggil dokter saja. Ya?"

Cyra mengangguk, dan Revani tersenyum sambil mengusap kepala Cyra dengan sayang.

"Mama pulang ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati mah."

"Iya nak."

Sepeninggal Revani, Cyra kembali beralih menatap Alvon yang masih setia memejamkan matanya.

Dengan perlahan tangan nya pun terangkat, menggenggam lembut tangan dingin milik Alvon.

Rasanya, Cyra sungguh tak tega melihat Alvon yang dingin kini terbaring lemah di atas brankar dengan perban yangmelingkari sebagian kepalanya.

"Bangun lah Al.." Gumam Cyra, sambil menundukkan kepalanya hingga dahi nya menempel dengan tangan milik Alvon.

Seketika, Cyra berkesiap kala merasakan pergerakan pada tangan Alvon. Mengalihkan pandangan, Cyra lantas tersenyum lebar melihat mata Alvon yang perlahan terbuka.

"Sebentar, aku akan panggilkan dokter.."

Alvon segera menahan lengan Cyra, kemudian kembali melepaskan nya.

"Jangan." Ujar nya singkat.

"Baiklah." Lagi lagi Cyra mengulas senyum nya, "Aku sangat senang kamu sadar Al. Apa kamu tau? Aku sangat mengkhawatirkan mu. Aku sangat takut jika terjadi apa-apa dengan mu." Tambahnya, seraya menghapus airmata nya yang keluar.

Alvon hanya menatap Cyra datar tanpa berniat membalas ucapan nya.

"Apa ada yang sakit?"

Alvon tidak menjawab. Matanya beralih menatap langit-langitruangan dengan tatapan kosong.

Alice. Nama itu yang seketika saja teringat di fikiran nya.

Mata Alvon memburam. Dengan perlahan, airmata itu keluar begitu saja dari sudut matanya.

"Al, kamu kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Cyra yang cemas karena melihat Alvon menitikkan airmata. Ketika ia hendak memegang tangan Alvon, Alvon lebih dulu menepis nya. Lelaki itu menghapus airmata nya kasar sambil menatap Cyra datar.

"Keluar!"

Cyra menatap Alvon tak percaya, "Kenapa?"

"Keluar!"

"Al, kamu kenapa?"

"Aku bilang....AKHHH!" Seketika Alvon langsung meringis memegangi kepalanya.

"Alvon, kamu-"

"Keluar!"

"Tapi kamu kesakitan. Aku tidak bisa meninggalkan mu." Lirih Cyra.

"Keluar!"

Akhirnya, Cyra pun memilih mengalah. Mata buram nya menatap Alvon dengan sendu.

"Aku ada di luar, jika kamu butuh sesuatu, panggil lah aku."

***

19.35 wib.

Cyra duduk di kursi tunggu dengan tatapan sendu nya. Sejak dirinya di usir sore tadi, sampai sekarang Alvon masih tidak mengizinkan nya masuk. Dan sekarang, di dalam ada Revani dan Tian yang tengah membujuk Alvon supaya ingin makan.

"Nak." Cyra berkesiap ketika seseorang memegang bahu nya.

"Mama." Gumam Cyra setelah mengetahui bahwa Revani lah yang kini duduk di sebelah nya.

"Bagaimana mah? Apa Alvon mau makan?"

Revani menggeleng pelan. Melihat tatapan sendu Cyra, sulit rasa nya ia mengatakan bahwa Alvon akan makan jika Alice yang menyuapi.

"Mah? Kenapa?"

Revani menghela nafasnya, "Kata Alvon, dia akan makan jika Alice datang dan menyuapi nya."

Tes.

Airmata itu kembali menetes dari mata Cyra. Sakit rasa nya ketika mendengar bahwa Alvon sangat menginginkan kehadiran Alice. Lantas di anggap apa dirinya sekarang?

"Nak? Apakah boleh mama menghubungi Alice dan meminta nya untuk datang ke sini?" Tanya Revani pelan.

Cyra terdiam, ia bingung. Lagipula, istri mana yang rela melihat suami nya lebih membutuhkan wanita lain dari pada dirinya? Sakit bukan?

"Nak?"

Cyra menunduk, kemudian kembali mendongak sambil menghapus air mata nya.

"Iya mah, tidak apa. Yang terpenting Alvon mau makan."

Kasihan sekali kamu Cyra. Maafkan Alvon nak. Batin Revani tak tega.

"Baiklah, mama hubungi Alice dulu ya." Revani mengelus rambut Cyra, sambil beranjak dan kemudian mengambil ponselnya.

***

Berulang kali Cyra menghapus airmata nya ketika melihat Alvon yang tengah di suapi oleh Alice, lewat kaca kecil yang tertera di pintu ruangan tersebut.

Sudah sekitar sepuluh menit yang lalu Alice berada di dalam. Hanya berdua. Karena Revani dan Tian keluar dan kini tengah duduk di kursi tunggu bersama kedua sahabat Alvon yang tadi datang.

Cyra dapat menyimpulkan bahwa Alvon masih sangat mencintai Alice lewat sebuah tatapan yang Alvon berikan. Lelaki itu sebenarnya tahu jika Cyra tengah mengintip, namun ia mengabaikan nya. Berbeda dengan Alice yang sebenarnya sangat merasa tidak enak pada Cyra dan juga kedua orang tua Alvon.

Tadi nya Alice tidak ingin datang. Namun, setelah mendengar permohonan langsung dari mulut Cyra, akhirnya ia pun mengiyakan. Bahkan dirinya pun sempat terkejut setelah mendengar kabar bahwa Alvon kecelakaan.

"Maafkan aku Al. Karena aku, hubungan mu dengan Alice harus berakhir." Gumam Cyra.

"Bukan kamu yang salah, tapi Alvon sendiri." Celetuk Rezka yang kini berdiri di sebelah Cyra. Di sebelah Rezka, Roy pun berdiri dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celana.

"Jangan menyalahkan dirimu. Hubungan Alvon dan Alice berakhir itu karena ulah Alvon sendiri." Ujar Roy.

Cyra menunduk, "Seharusnya aku tidak menerima paksaan orang tua Alvon untuk menikah dengan nya."

Rezka dan Roy saling melempar tatapan iba. Hingga kemudian Rezka maju, memegang lembut kedua bahu Cyra membuat sang empu nya mendongak.

"Janin yang ada di kandungan mu itu butuh seorang ayah. Biarkan saja jika sekarang Alvon menyia-nyiakan mu. Tapi tunggu ke depan nya, aku yakin dia pasti akan menyesal."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status