Share

Part 5

Weekend adalah hari yang cukup di nantikan oleh beberapa orang, karena mereka bisa bersantai-santai di rumah, berkumpul dengan keluarga, atau pun hangout bersama teman dan kekasih.

Sama hal nya dengan Alvon, lelaki itu pun kini tengah bersiap ingin menemui sang kekasih. Ah ralat, mungkin lebih tepat nya mantan kekasih karena waktu itu Alice berkata untuk mengakhiri hubungan dengan nya.

Melipat lengan kemeja putih nya, Alvon lantas melirik arloji yang kini menunjukkan pukul delapan pagi. Ia segera mengambil kunci mobilnya kemudian bergegas turun ke lantai bawah.

Ketika langkahnya telah sampai di akhir tangga, suara Cyra menggema memanggil nama nya.

"Al!" Cyra berjalan menghampiri Alvon. Matanya menatap Alvon dari atas hingga bawah.

"Kamu ingin kemana? Bukankah ini hari minggu, dan ituartinya kamu libur di kantor?"

"Apa urusan nya dengan mu?" Tanya Alvon dingin.

"Ti-tidak ada.."

Tanpa menatap Cyra kembali, Alvon pun bergegas hendak meninggalkan Cyra. Namun, Cyra segera menahan lengan nya.

"Hari ini aku akan mengecek kandungan, kamu bisa menemani ku?" Tanya Cyra pelan. Tatapan nya pada Alvon menyiratkan harapan yang begitu mendalam.

"Aku bukan sopir mu!" Selepas mengucapkan itu, Alvon kembali melanjutkan langkah.

Cyra hanya menatap punggung Alvon dengan tatapan sendu. Padahal, ia sangat berharap jika hari ini Alvon menemaninya untuk cek kandungan.

"Sampai kapan kamu memperlakukan ku seperti ini Al?” Gumam nya lirih.

Sementara di meja makan, Revani dan Tian melihat itu semua. Mereka saling pandang, merasa iba pada Cyra.

Cyra menghela nafas, kemudian berjalan menghampiri kedua mertua nya.

"Alvon tidak ingin menemani mu nak?" Revani beranjak, mengusap lembut bahu Cyra.

"Tidak mah." Cyra menjeda. Matanya menatap Revani dan Tian bergantian, "Apa aku salah jika aku meminta di temani oleh suami ku sendiri mah, pah?"

"Tidak nak, tidak salah. Tolong mengerti sifat Alvon ya, dia memang selalu begitu. Bagaimana, jika mama saja yang mengantar mu ke rumah sakit?"

Cyra menghembuskan nafasnya, "Tidak usah mah, terimakasih. Aku akan pergi sendiri.”

"yakin?”

"Iya mah."

"Baiklah, nanti mama akan bilang pada pak Arham untukmengantar mu. Ayo, sekarang kita sarapan saja dulu."

"Baik mah."

***

Alvon memberhentikan mobil nya di halaman luas rumah Alice. Senyuman nya mengembang saat sebuket bunga mawar merah itu tergenggam di tangan nya.

Melepas kaca mata hitamnya, Alvon lantas keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu besar tersebut.

Alvon mulai menekan bel. Hingga sampai tekanan bel ke empat, pintu itu pun terbuka menampilkan seorang wanita cantik yang tampak terkejut melihat keberadaan Alvon sekarang.

Wanita itu Alice. Sesegera mungkin Alice hendak menutup pintu kembali, namun Alvon menahan nya. Lelaki itu menarik Alice keluar.

"Lepaskan!" Alice menyentak tangan Alvon yang menggenggamnya.

"Aku sangat merindukanmu Alice.." Ujar Alvon, seraya menatap Alice dengan lekat.

Aku juga sangat merindukan mu Al. Batin Alice.

"Pulang lah! Bukankah kita sudah tidak ada hubungan? Lalu kenapa kamu kemari?" Ujar Alice berlagak sok tidak perduli. Padahal, jauh di dalam hatinya ia sangat merindukan lelaki ini. Rasanya ia sangat ingin memeluk Alvon dan tidak ingin membiarkan nya lepas.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Sampai saat ini pun aku masih mencintai mu Alice. Ku mohon, jangan pergi dari ku.“

"Untuk apa Al? Untuk apa aku kembali pada mu? Bukankah kamu sudah hidup bahagia dengan istri mu? Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah, kamu akan memiliki anak dari Cyra."

"Alice.."

"aku mohon jangan pernah datang lagi di hadapan ku. Jangan membuatku merasa sulit untuk melupakan mu Al." Alice berusaha menampilkan senyuman. Padahal, terlihat jelas bahwa ia tengah menahan airmatanya.

"Pulang lah. Istri mu pasti sedang menunggu di rumah." Tambah Alice.

Melihat Alice yang hendak berbalik, Alvon pun segera menahan tangan nya dan beralih menyodorkan sebuket bunga mawar tersebut.

Alice terdiam, matanya menatap dalam pada bunga kesukaan nya itu.

"Ini, ambillah."

Tanpa pikir panjang, Alice segera menerima bunga itu dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

"Kamu yakin ingin mengakhiri hubungan kita?" Tanya Alvon lirih.

"Kenapa? Aku yakin Al. Sudah lah, mulai sekarang lebih baik kita jalani saja jalan kita masing-masing. Aku permisi."

Belum sempat Alvon berbicara, Alice sudah lebih dulu masuk dan mengunci pintu. Menghela nafas, Alvon pun berjalan menuju mobilnya dengan langkah lemas.

Perlahan, mobil yang dikendarai oleh Alvon melaju meninggalkan pekarangan rumah Alice. Tubuhnya mendadak lemas setelah mendengar kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Alice tadi. Sangat berbeda. Wanita itu berubah seratus delapan puluh derajat dari biasa nya.

"Aku sangat mencintaimu Alice.." Mata Alvon menatap jalanan dan beberapa kendaraan dengan tatapan kosong. Jemari-jemari nya yang berada di stir tampak berpegang dengan lemas tak bertenaga.

Hingga terlalu sibuknya Alvon pada pikirannya, ia sampai tidak menyadari jika ada lampu merah telah menyala. Dari arah kanan sebuah mobil truk melaju dengan sangat kencang, hingga kemudian..

TIN!

TIN!

Alvon tersadar dan segera membanting stir, hingga kemudian mobilnya menabrak sebuah pohon besar.

BRAKKKK!

Kejadian itu terjadi begitu sangat cepat. Beberapa orang mulaiberkerumun di tempat kejadian.

***

Cyra keluar dari ruangan dokter kandungan dengan senyuman mengembang. Syukurlah setelah periksa tadi, hasilnya sangat bagus. Janin yang ada di kandungan nya berkembang dengan sehat.

"astaga!" Saking fokus nya Cyra pada kertas yang tengah ia pegang, sampai-sampai ia tidak menyadari jika lantai tersebut terdapat satu undakan tangga. Untung jarak nya dengan lantai pendek, coba jika tinggi? Mungkin Cyra sudah terjatuh.

"Kenapa perasaan ku menjadi tidak enak seperti ini?" Cyra mengelus dada nya pelan.

"Cepat, keadaan pasien sangat parah!”

"Maaf mbak, minggir!"

Cyra refleks berjalan menjauh ketika tiba-tiba saja beberapa suster mendorong sebuah brankar. Mata nya memicing untukmelihat siapa korban tersebut.

"Alvon?" Gumam Cyra, merasa sangat yakin jika korban tersebut adalah Alvon. Ia sangat mengenali wajahnya walaupun hanya sekilas.

Karena merasa penasaran, Cyra pun memilih berlari menghampiri beberapa suster yang tengah mendorong brankar tersebut.

"Maaf sus, permisi."

Beberapa suster itu menghentikan brankar nya, kemudian Cyra melangkah maju. Dan betapa terkejutnya Cyra ketika melihat Alvon lah sang korban tersebut. Dugaan nya ternyata benar.

"Al..Alvon.."

Cyra membekap mulutnya melihat keadaan Alvon yang tidak sadarkan diri, dengan bercak darah yang terdapat di kemeja serta celana nya.

"Sus, di-dia kenapa? Bagaimana kejadiannya?" Suara Cyra bergetar. Airmata nya menetes begitu saja.

"Mbak kenal dengan pasien ini?"

Cyra mengangguk, "Dia suami saya sus. Bagaimana kejadiannya? Kenapa bisa begini?"

"Maaf, kami belum bisa menjawab nya sekarang. Pasien harus segera ditangani. Mari mbak ikut kami."

Beberapa suster itu kembali menjalankan brankar nya dengan Cyra yang mengekor.

Dalam hati, Cyra terus membatin berdoa pada sang ilahi.

Tolong selamatkan Alvon ya Tuhan..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status