Terhitung satu minggu sudah Alvon di rawat di rumah sakit. Dan kini, waktunya ia untuk pulang.
Di dalam ruangan tersebut hanya ada Cyra dan Alvon, karena Revani sedang keluar membayar administrasi.
Cyra tampak sibuk memasukkan beberapa barang-barang milik nya dan milik Alvon ke dalam sebuah tas besar, sementara Alvon hanya duduk termenung diatas brankar dengan tatapan mengarah pada ponselnya.
Cyra menghela nafas berat melihat itu. Merasa tak tega sekaligus merasa bersalah kepada Alvon.
"Cyra?"
Cyra berkesiap ketika seseorang menepuk bahu nya. Ia menoleh, dan mendapati sang mama mertua dengan dua orang pria berbadan besar di sisi kanan dan kirinya.
"Mama." Ujarnya tersenyum.
"Sudah di masukkan semua?"
"Sudah mah."
Revani mengangguk, lantas ia pun menatap kedua asisten pribadi nya bergantian.
"Tol
Sup iga yang dibelikan oleh Robby beberapa menit yang lalu kini tandas di lahap oleh Alvon. Kedua sahabatnya dan Cyra hanya melempar senyum melihat itu. Entah memang Alvon lapar, atau memang ia sangat menyukai dan menginginkan nya."Biar aku simpan dulu di dapur." Cyra meraih mangkuk tersebut, kemudian bergegas untuk menyimpannya di dapur."Kau lapar hah?" Kekeh Rezka."Berisik!" Balas Alvon, seraya menyimpan gelas nya diatas nakas."Melihat kamu di layani oleh Cyra, aku merasa iri Al. Rasanya aku ingin cepat-cepat menyusul mu untuk menikah." Ujar Roy."Menikah saja, memang siapa yang melarang?" Tanya Alvon santai."Justru itu, aku belum ada calon. Jika kamu berbaik hati boleh lah kau mencarikan ku calon. Secara, para wanita kan selalu mengantri pada mu.""Itu sih tergantung pada mereka, mau tidak dulu dengan mu?" Ejek Rezka, membuat Roy menatapnya tajam.
Cyra tersenyum menatap sekitar taman sambil mendorong kursi roda milik Alvon. Banyak anak-anak kecil yang berlarian, bermain, bahkan tertawa bersama orangtua nya.Cyra menghentikan kursi roda Alvon di dekat sebuah bangku taman. Ia duduk di bangku tersebut."Ramai ya Al, anak-anak itu sangat lucu." Ujar Cyra, dengan mata yang mengarah pada beberapa anak kecil yang sedang berlarian itu.Alvon terdiam seraya menatap lekat beberapa anak kecil itu. Memang, terlihat sangat menggemaskan.Flashback on."Kau berjanji kan tidak akan pernah meninggalkan ku?" Tanya Alice seraya menatap lekat wajah sang kekasih.Alvon terkekeh, ia mengacak gemas rambut Alice sambil merangkul nya."Iya sayang. Aku sangat mencinta
Tiga minggu telah berlalu. Dan keadaan Alvon selama tiga minggu ini mengalami perubahan yang baik. Lelaki itu sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasanya, tanpa menggunakan kursi roda lagi.Selain itu, sikap nya pada Cyra pun selama tiga minggu ini mengalami perubahan. Ia cenderung bersikap baik, walaupun nada bicara nya masih datar dan dingin. Namun, percayalah. Cepat atau lambat pasti nada bicara itu akan berubah lembut seiring waktu.Ketika Cyra berada di dekatnya, Alvon tidak lagi marah atau mengusirnya. Bahkan, membentak nya pun kini jarang. Dan yang paling ajaib, lelaki itu kini mulai mau untuk tidur satu tempat tidur dengan Cyra.Seperti nya, Alvon memang benar-benar ingin membuktikan ucapannya wajtu itu bahwa ia akan membuka hatinya untuk Cyra."Al?"Alvon berkesiap. Kedua tangan nya ia keluarkan dari saku celana, kemudian menatap Cyra yang terlihat menggemaskan mengena
"Huek.. huek..""Huek.. huek.."Alvon membuka matanya ketika mendengar suara seseorang yang tengah muntah dari dalam kamar mandi. Melihat ke sebelah, Alvon lantas menyergit ketika tidak menemukan keberadaan Cyra.Lantas, apa mungkin yang ada di dalam kamar mandi itu adalah Cyra?Tanpa berfikir panjang, Alvon segera menyibak selimut dan berjalan cepat membuka pintu kamar mandi yang untungnya tidak di kunci dari dalam.Tatapan nya langsung tertuju pada sosok Cyra yang tengah membungkuk di depan wastafel. Rambut coklat sepunggung Cyra yang terurai terlihat menutupi sebagian wajahnya.Alvon pun melangkah mendekati Cyra, menarik pelan rambut Cyra ke belakang. Cyra yang terkejut pun segera menoleh. Ia menghela lega ternyata Alvon pelakunya."Alvon.." Ujar Cyra lirih."Tun
Keluarga kecil Williams terlihat tengah menikmati sarapan dengan tenang, yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.Hingga kemudian, Tian menyimpan sendok serta garpu dan beralih meminum segelas air sebelum akhirnya ia memfokuskan pandangannya pada Alvon dan Cyra."Alvon, Cyra?"Yang dipanggil segera mendongak, melempar tatapan tanya. Kemudian Tian merogoh saku celananya, mengambil sesuatu disana."Kunci?" Tanya Cyra kemudian.Tian memberikan kunci tersebut pada Alvon, dan Alvon menerimanya dengan alis yang saling bertautan."Itu kunci rumah baru kalian." Ujar Tian."Rumah baru?" Tanya Alvon dan Cyra bersamaan."Iya. Tadi nya papa akan memberikan kunci itu sebagai hadiah kelahiran cucu papa nanti. Tapi, setelah papa pikir-pikir itu kelamaan makanya papa kasih sekarang saja." Jelas Tian, diiringi seny
Hari ini Cyra dan Alvon sedang berada di rumah sakit, setelah lima menit yang lalu Cyra selesai melakukan check upkandungan. Cyra senang. Karena ini merupakan pertama kali baginya mengecek kandungan dengan di temani oleh Alvon."Usia kandungan istri anda sudah menginjak dua bulan. Dan syukurlah, janinnya baik-baik saja. Dia berkembang dengan sehat didalam." Ujar sang dokter seraya tersenyum.Cyra pun ikut tersenyum sambil menatap Alvon yang duduk di sebelahnya. Alvon menoleh lalu mengusap rambut Cyra dengan lembut."Syukurlah dok, terimakasih." Ujar Alvon pada sang dokter, "Kita pamit.""Iya sama-sama, ini ya resep vitamin yang harus kaliantebus." Sang dokter memberikan sebuah kertas kecil pada Alvon, dan Alvon segera menerimanya.Alvon dan Cyra beranjak, berjabat tangan dengan sang dokter."Sekali lagi terimakasih dok. Kita permisi."
Cyra tersenyum melihat wajah tampan Alvon yang masih terlelap di sebelahnya. Alis tebal, mata yang kecil, hidung mancung, serta bibir yang terlihat sedikit tebal mendominasi bagian wajah Alvon membuat ketampanan nya semakin bertambah.Saking serius nya Cyra memandangi wajah Alvon, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Alvon sudah membuka matanya."Kenapa?" tanya Alvon dengan suara serak khas bangun tidur."Eh?" Cyra berkesiap. Ia segera merubah raut wajahnya menjadi biasa saja. "Ti-tidak. Tidak apa.""Jelas-jelas kamu memandangi wajah ku." Sebuah seringai muncul di wajah Alvon."Si-siapa yang memandangi wajah mu? A-aku tidak melakukan itu!" Cyra berusaha mengelak. Ia bangkit dari posisi tidurnya. Namun, Alvon segera menarik tangannya membuat tubuh Cyra kembali berbaring.Alvon mendekatkan wajahnya pada wajah Cyra. Cyra refleksm
"Ingin apa kalian datang kemari?" Tanya Alvon, dengan tatapan tertuju pada Rezka dan Roy yang duduk di hadapannya. Di sebelah Alvon, Cyra tampak tersenyum melihat raut wajah kedua sahabat Alvon yang berubah masam."Seharusnya kamu senang kita main ke sini!" Kesal Rezka.Alvon mendengus. Bagaimana tidak? Ini sudah malam dan hampir pukul sembilan tiga puluh. Yang benar saja. Memang tidak ada waktu siang atau sore untuk berkunjung? Kurang kerjaan bukan?"Kalian berkunjung tidak tau waktu, Cyra harus istirahat.""Istirahat saja. Toh, kita kan ada perlu dengan mu." Ujar Rezka santai."Dia tidak bisa tidur jika tidak bersama ku." Balas Alvon, seraya melirik Cyra sekilas."Benarkah? Bukankah sebaliknya ya? Ada juga kamu kan yang tidak bisa tidur tanpa Cyra?" Goda Roy."Diam!" Alvon mencebik sebal, "Cepat katakan, ingin apa kalian kemari?"