"Kenapa kamu seperti ini sih Al? Kamu sangat kasar pada Cyra." Rezka menggelengkan kepala nya menatap Alvon yang terdiam duduk diatas brankar.
"Apa kamu tau? Semalam om Tian melarang Cyra untuk menemani mu di sini. Namun apa? Cyra tetap kekeuh ingin menemani mu Al."
Benar apa yang dikatakan oleh Roy. Sejak insiden semalam, Tian memang melarang Cyra untuk menemui Alvon. Ia tidak ingin menantu nya di sakiti lagi oleh putranya.
Namun, Cyra tetaplah Cyra sang keras kepala. Wanita itu dengan niatnya yang tulus selalu menemani Alvon tidur walaupun dengan posisinya yang duduk.
Dan sejak pagi tadi, Cyra di paksa pulang oleh Revani dan Tian setelah pagi-pagi sekali ia muntah-muntah.
"Cyra itu lelah mengurus mu Al. Kata tante Revani, sejak kamu sakit Cyra selalu tidur dengan posisinya yang duduk. Apa kamu sama sekali tidak memikirkan nya Al? Kamu sama sekali tidak memikirkan anak mu yang di kandung oleh Cyra?" Ujar Rezka.
"Ck, ayah macam apa kamu. Bisa nya cuma membuat, namun untuk bertanggung jawab saja susah!" Sahut Roy kesal.
"Kalian sama sekali tidak mengerti perasaan ku!"
"Kamu juga sama sekali tidak mengerti perasaan Cyra." Balas Roy santai.
Skakmat.
Alvon terdiam mendengar kalimat fakta yang terlontar dari mulut Roy.
Drrtt!! Drrtt!!
Ponsel milik Roy seketika berdering. Sesegera mungkin ia mengambil ponsel tersebut dan mulai mengangkat telfon nya.
"Halo Roy? Ini tante Revani."
"Oh iya tan, ada apa?"
"Kamu masih di ruangan Alvon kan?"
"Iya tan."
"Tolong jaga Alvon sampai tante datang ya. Tante sedang mengurus Cyra, dia sakit."
"Sakit?" Kaget Roy.
"Iya, seperti nya dia sangat kelelahan. Ya sudah, tante tutup ya. Terimakasih."
"Iya tan."
Sambungan di putuskan sepihak oleh Revani. Roy beralih menatap Rezka dan Alvon bergantian.
"Ada apa Roy?"
"Tante Revani menelfon, dan menitipkan Alvon pada kita karena Cyra sakit."
"Tuh Al, Cyra sakit. Apa kamu tidak kasihan pada Cyra? Kamu tidak menyesal karena semalam kamu telah menamparnya?" Tanya Rezka.
"Berisik!"
Rezka dan Roy saling pandang, kemudian bersamaan mengelus dada mereka masing-masing.
"Dasar batu!" Kesal Rezka.
"Sudah lah Al, tidak ada gunanya kamu memikirkan Alice lagi. Dia sudah pergi jauh. Lebih baik kamu fokus saja pada Cyra. Coba, niatkan hati mu untuk belajar menerima dan mencintai Cyra." Ujar Roy.
"Itu semua tidak akan terjadi, aku tidak akan pernah mencintai Cyra!"
Rezka tersenyum remeh, "Oh, benarkah? Ingat ya Al, cinta itu terkadang datang dengan tiba-tiba. Bisa saja sekarang kamu membenci Cyra, namun lihat nanti. Kamu pasti akan menjadi seseorang yang sangat mencintai Cyra dan takut kehilangan nya."
"Ck, berisik! Jika kalian masih ingin membahas tentang Cyra, sebaiknya kalian keluar!"
"Jika saja tante Revani tidak meminta ku untuk menjaga mu, aku juga sangat malas!" Rezka memutar bola matanya malas, kemudian di susul anggukan setuju dari Roy.
"Sialan kalian!"
***
"Mah."
"Iya sayang? Apa ada yang sakit?"
Cyra menggeleng, "Tiba-tiba saja aku kepingin memakan ice cream." Ujar Cyra malu.
Revani lantas tersenyum mendengar ucapan menantu nya.
"Kamu rupa nya ngidam sayang. Terakhir kali kamu mengidam itu minta di belikan mangga muda, ya kan?"
"Iya mah. Tapi kali ini, aku ingin memakan ice cream di suapioleh Alvon." Ujar Cyra lirih.
"Tapi sepertinya, Alvon tidak akan melakukan nya ya mah? Alvon kan sangat membenci ku." Tambah Cyra, seraya menunduk membuat Revani menatapnya iba.
Namun, sedetik kemudian Revani tersenyum. Ia tidak boleh ikut sedih.
"Kamu tidak perlu khawatir, mama yang akan membujuk Alvon supaya mau menyuapi mu. Sudah, jangan bersedih."
"Tapi apa Alvon akan mau?"
"Mama akan memaksa nya."
Cyra menghela lega kemudian tersenyum.
"Terimakasih mah."
"Iya sayang. Kamu masih kuat jalan? Jika iya, kita ke rumah sakit sekarang."
Cyra mengangguk antusias, "Masih kok mah. Ayo kita ke rumah sakit!"
"Yakin masih? Jika tidak sebaiknya jangan dipaksakan."
"Aku kuat mah, ayo."
Hati Revani menghangat melihat wajah Cyra yang berbinar bahagia. Ia lebih suka melihat Cyra tersenyum seperti ini, daripada melihat Cyra yang selalu menumpahkan airmata. Dan itu semua, karena ulah putranya.
***
"Al, ayo lah suapi Cyra. Dia sangat ingin di suapi oleh mu."
"Tidak mau mah!"
"Al, mama mohon. Demi cucu mama, apa kamu tidak ingin mengabulkan nya?"
Revani menatap Alvon sendu, yang justru itu membuat Alvon semakin bingung. Haruskah ia melakukan itu?
"Al?"
Menghela nafas, Alvon pun mengangguk dengan berat. Revani tersenyum lebar melihat itu.
"Terimakasih sayang." Revani mengecup pipi Alvon sekilas, sebelum akhirnya ia bergegas keluar untuk memanggil Cyra yang tengah menunggu bersama Rezka dan Roy.
"Cyra!" Panggil Revani antusias.
"Kenapa mah? Apa Alvon mau?"
"Iya sayang, cepatlah masuk. Dia menunggu mu."
Cyra tak kuasa menahan senyum nya. Ia menatap sang mertua dan kedua sahabat Alvon dengan senyuman mengembang.
"Gih masuk." Ujar Rezka tersenyum.
Cyra mengangguk, kemudian segera masuk kedalam ruangan Alvon.
Cyra berjalan perlahan mendekati Alvon yang tengah duduk di atas brankar dengan tatapan kearah lain.
"Alvon.." Cicit Cyra pelan, namun mampu membuat Alvon menoleh kearah nya.
Cyra tersenyum kecil menatap cup ice cream yang di pegang oleh Alvon.
"Cepat." Alvon menyodorkan sendok ice cream yang telah terisi itu di depan Cyra. Dengan perlahan Cyra pun duduk di samping Alvon dan mulai menerima suapan nya.
"Terimakasih Al.." Cyra mengelus perutnya seraya menatap Alvon. Alvon kembali menyodorkan sendok ice cream tersebut, dan Cyra kembali menerima nya.
Di luar ruangan, Revani, Rezka, dan Roy melihat itu semua dengan raut wajah berbinar. Semudah itukah kebahagiaan Cyra?
"Apa kamu tau Al? Sejak kita menikah, aku selalu berusaha untuk menerima dan mencintai mu. Dan sekarang itu semua terjadi. Aku mencintai mu, sampai aku merasa tidak perduli sebanyak apa luka yang kamu beri untuk ku." Lirih Cyra seraya menatap Alvon dalam.
Alvon baru saja terbangun dari tidur nya. Mata nya langsung di suguhkan dengan pemandangan yang benar-benar indah. Lelaki itu lantas mengangkat tangan nya guna mengelus pipi istri nya yang masih terlelap. Wajah cantik Cyra terlihat damai saat tertidur.Alvon tiba-tiba saja terkekeh. Ia teringat dengan hal konyol yang ia lakukan semalam dengan Cyra.-flashback on-Alvon membuka mata nya dan langsung melihat jam dinding yang kini menunjukkan pukul dua dini hari. Pandangan nya kemudian beralih kepada Edward dan Cyra yang tidur di samping nya. Mereka terlihat pulas sekali. Apalagi, Edward.Alvon terkekeh sejenak. Terbesit sebuah ide di benak nya. Ia segera bangun dari po
Cyra tersenyum memperhatikan Edward yang sedang bermain di temani dengan beberapa mainan nya. Anak itu benar-benar terlihat lincah dan menggemaskan. Kaki mungil nya bergerak lincah mengelilingi taman belakang dengan sebuah pesawat mainan yang ada di tangan nya. Mulut nya bergerak menirukan suara pesawat yang akan terbang.“ayo kita terbang ke mommy..” Edward berlari menghampiri Cyra yang sedang duduk di gazebo. Cyra tersenyum kemudian merentangkan tangan nya, menyambut Edward ke dalam pelukan nya.“sudah sore, kita mandi ya?” Cyra mengelus rambut tebal Edward. Anak itu sekarang duduk di pangkuan nya.“ayo!” ujar Edward penuh semangat. Cyra lantas mengecup puncak kepala Edward.“mau mommy gendong?” tanya nya.“mau!”“ayo kita terbang.&rd
Tiga tahun kemudian..“daddy ayo bangun!”“daddy!!”Lelaki beralis tebal itu mengerjapkan matanya ketika mendengar teriakan anak kecil. Masih dengan nyawa yang belum sepenuh nya terkumpul, mata nya samar-samar melihat sosok anak kecil tengah duduk di atas perut nya. Dia, putra nya. Kebiasaan nya adalah setiap pagi selalu membangunkan nya tidur.“hei.” Suara serak Alvon terdengar. Tangan besar lelaki itumengusap kepala putra nya dengan sayang.“mommy mana?” tanya Alvon.“mommy di bawah sedang menyiapkan sarapan, ayo daddy bangun.”“berikan kiss
“mah, mama ahh..”Wanita itu bergerak gelisah diatas tempat tidur sambil memegangi perut buncit nya. Peluh sudah mengalir banyak, dari dahi sampai turun ke leher. Mata nya bahkan sesekali terpejam seolah sedang menahan sakit.“mama..”Suara nya tidak kuat untuk teriak. Ia tampak menahan kesakitan sambil mengatur nafas nya.“huh, huh..”“Cyra, ayo makan—CYRA!” Revani spontan berteriak saat membuka pintu kamar menantu nya. Ia segera berlari menuju tempat tidur dan memegang tangan Cyra yang sudah berkeringat.“mah..” panggil Cyra melemah.“astaga, kamu ingin melahirkan nak!” Revani bergerak panik.“PAH! PAPA!”Tidak lama kemudian Tian-suami nya datang bersama pembantu nya di belakang. Sama hal nya seperti Reva
“ahh Roy..” wanita itu memejamkan mata nya ketika pria yang berada diatas tubuh nya menjilati leher nya dengan rakus dan bergairah. Kedua tangan nya melingkar di leher sang pria dengan manja. Sementara sang pria memeluk pinggang nya dengan mesra.“uhh su-sudah Roy..”Roy seakan menulikan telinga nya dan terus melanjutkan aktivitas nya. Kini ciuman nya naik ke rahang, pipi, lalu berhenti di bibir ranum Luna. Roy mengecap dan memainkan bibir itu dengan penuh gairah. Erangan Luna semakin terdengar, dan tentu membuat Roy semakin bersemangat melakukan aktivitas nya.Roy mengangkat tubuh Luna ala bridal, lalu di jatuhkan nya tubuh itu diatas tempat tidur besar nya. Roy melepas kaus nya dengan terburu-buru sebelum ia kembali menindih tubuh sang istri. Kedua tangan Roy menggenggam kedua tangan Luna sehingga ia leluasa melakukan nya nanti.&ldqu
“Al, aku tidak bisa tidur.” Rengek Cyra seraya menatap Alvon yang ada di layar ponsel nya. Saat ini mereka sedang melakukan panggilan video call.“kamu harus tidur, ini sudah malam sayang.” Ujar Alvon dari seberang sana.“aku ingin di peluk.” Cyra memanyunkan bibir nya sebal. Ah, jika saja Alvon ada disana pasti ia akan mencium bibir menggoda wanita itu.“hei, aku belum tiga hari disini. Ini, aku saja masih lembur mengerjakan kerjaan untuk besok.” Alvon menunjukkan kepada Cyra, beberapa berkas yang berceceran diatas meja nya.“kasihan kamu. Coba saja kamu mengizinkan aku ikut, pasti sudah aku temani.”“sudah, tidur sana.”“jaga kesehatan ya. Jika sudah selesai langsung istirahat.” Ujar Cyra.
Hari semakin berlalu, bulan pun berganti. Usia kandungan Cyra sudah memasuki usia-usia melahirkan. Dari hasil USG memperlihatkan bahwa anak Alvon dan Cyra adalah laki-laki. Perut Cyra semakin bertambah besar kian hari. Bahkan, untuk berjalan pun Cyra tampak sedikit kesusahan dan sering sekali merasa kelelahan.Alvon tentu sedikit khawatir dengan kondisi Cyra sekarang, sampai-sampai pria itu memutuskan untuk menempati kamar tamu yang berada dilantai satu bersama sang istri. Karena supaya tidak keseringan bolak-balik naik tangga, Alvon takut terjadi apa-apa pada Cyra.“huh.” Lihat saja, padahal hanya berjalan dari kamar tamu ke dapur, Cyra sudah terlihat ngos-ngosan.“non, ingin mengambil apa? Kenapa tidak panggil bibi saja.” Ujar salah satu asisten rumah tangga Cyra seraya memegangi tangan nya.“aku tidak papa bi, hanya ingin mengambil air minum saja. Di kamar air
Cyra dan Alvon sekarang berada di salah satu supermarket besar pusat ibu kota. Cyra mengajak suami nya itu untuk belanja bulanan, ya hitung-hitung sekalian jalan-jalan juga kan Alvon sedang tidak bekerja.“sekarang kita ke tempat buah-buahan saja Al, bumbu masakan seperti nya sudah cukup.” Ujar Cyra seraya melirik Alvon yang sedang mendorong troli di samping nya. Alvon hanya menurut mengikuti langkah Cyra menuju tempat buah-buahan.Cyra tampak mengambil beberapa macam buah itu lalu dimaksukkan kedalam troli. Sementara Alvon tak lepas memperhatikan Cyra. Wanita itu jauh terlihat seperti keibuan jika begini.“kenapa?” tanya Cyra yang seperti nya merasakan bahwa dirinya sedang diperhatikan.Alvon hanya menggeleng sambil mengulas senyum nya, “kalau capek bilang.”“Al, kamu mau anggur ini?” tanya Cyra seraya
Teman-teman Alvon sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. Dan sekarang, Alvon dan Cyra sedang berada di kamar sambil menonton acara televisi. Cyra terlihat berbaring diatas karpet berbulu itu dengan menjadikan paha Alvon untuk bantalan kepala nya, sementara Alvon sejak tadi mengelus kepala Cyra.“Al?”“ya?”“aku ngantuk.”“tidur sekarang?”“he’em.”“tapi gendong aku.” Ujar Cyra sambil mengangkat kedua tangan nya ke udara.Alvon tersenyum, tentu saja ia akan menuruti kemauan istri nya itu. Alvon memindahkan kepala Cyra diatas karpet berbulu sementara dirinya berjongkok dan mulai mengangkat tubuh Cyra ala bridal. Walaupun awalnya Alvon kesusahan karena berat badan Cyra yang bertambah, tapi akhirnya Alvon bisa juga. Alvon membaringkan tubuh Cyra diatas tempat tidur de