Share

Part 8

"Kenapa kamu seperti ini sih Al? Kamu sangat kasar pada Cyra." Rezka menggelengkan kepala nya menatap Alvon yang terdiam duduk diatas brankar.

"Apa kamu tau? Semalam om Tian melarang Cyra untuk menemani mu di sini. Namun apa? Cyra tetap kekeuh ingin menemani mu Al."

Benar apa yang dikatakan oleh Roy. Sejak insiden semalam, Tian memang melarang Cyra untuk menemui Alvon. Ia tidak ingin menantu nya di sakiti lagi oleh putranya.

Namun, Cyra tetaplah Cyra sang keras kepala. Wanita itu dengan niatnya yang tulus selalu menemani Alvon tidur walaupun dengan posisinya yang duduk.

Dan sejak pagi tadi, Cyra di paksa pulang oleh Revani dan Tian setelah pagi-pagi sekali ia muntah-muntah.

"Cyra itu lelah mengurus mu Al. Kata tante Revani, sejak kamu sakit Cyra selalu tidur dengan posisinya yang duduk. Apa kamu sama sekali tidak memikirkan nya Al? Kamu sama sekali tidak memikirkan anak mu yang di kandung oleh Cyra?" Ujar Rezka.

"Ck, ayah macam apa kamu. Bisa nya cuma membuat, namun untuk bertanggung jawab saja susah!" Sahut Roy kesal.

"Kalian sama sekali tidak mengerti perasaan ku!"

"Kamu juga sama sekali tidak mengerti perasaan Cyra." Balas Roy santai.

Skakmat.

Alvon terdiam mendengar kalimat fakta yang terlontar dari mulut Roy.

Drrtt!! Drrtt!!

Ponsel milik Roy seketika berdering. Sesegera mungkin ia mengambil ponsel tersebut dan mulai mengangkat telfon nya.

"Halo Roy? Ini tante Revani."

"Oh iya tan, ada apa?"

"Kamu masih di ruangan Alvon kan?"

"Iya tan."

"Tolong jaga Alvon sampai tante datang ya. Tante sedang mengurus Cyra, dia sakit."

"Sakit?" Kaget Roy.

"Iya, seperti nya dia sangat kelelahan. Ya sudah, tante tutup ya. Terimakasih."

"Iya tan."

Sambungan di putuskan sepihak oleh Revani. Roy beralih menatap Rezka dan Alvon bergantian.

"Ada apa Roy?"

"Tante Revani menelfon, dan menitipkan Alvon pada kita karena Cyra sakit."

"Tuh Al, Cyra sakit. Apa kamu tidak kasihan pada Cyra? Kamu tidak menyesal karena semalam kamu telah menamparnya?" Tanya Rezka.

"Berisik!"

Rezka dan Roy saling pandang, kemudian bersamaan mengelus dada mereka masing-masing.

"Dasar batu!" Kesal Rezka.

"Sudah lah Al, tidak ada gunanya kamu memikirkan Alice lagi. Dia sudah pergi jauh. Lebih baik kamu fokus saja pada Cyra. Coba, niatkan hati mu untuk belajar menerima dan mencintai Cyra." Ujar Roy.

"Itu semua tidak akan terjadi, aku tidak akan pernah mencintai Cyra!"

Rezka tersenyum remeh, "Oh, benarkah? Ingat ya Al, cinta itu terkadang datang dengan tiba-tiba. Bisa saja sekarang kamu membenci Cyra, namun lihat nanti. Kamu pasti akan menjadi seseorang yang sangat mencintai Cyra dan takut kehilangan nya."

"Ck, berisik! Jika kalian masih ingin membahas tentang Cyra, sebaiknya kalian keluar!"

"Jika saja tante Revani tidak meminta ku untuk menjaga mu, aku juga sangat malas!" Rezka memutar bola matanya malas, kemudian di susul anggukan setuju dari Roy.

"Sialan kalian!"

***

"Mah."

"Iya sayang? Apa ada yang sakit?"

Cyra menggeleng, "Tiba-tiba saja aku kepingin memakan ice cream." Ujar Cyra malu.

Revani lantas tersenyum mendengar ucapan menantu nya.

"Kamu rupa nya ngidam sayang. Terakhir kali kamu mengidam itu minta di belikan mangga muda, ya kan?"

"Iya mah. Tapi kali ini, aku ingin memakan ice cream di suapioleh Alvon." Ujar Cyra lirih.

"Tapi sepertinya, Alvon tidak akan melakukan nya ya mah? Alvon kan sangat membenci ku." Tambah Cyra, seraya menunduk membuat Revani menatapnya iba.

Namun, sedetik kemudian Revani tersenyum. Ia tidak boleh ikut sedih.

"Kamu tidak perlu khawatir, mama yang akan membujuk Alvon supaya mau menyuapi mu. Sudah, jangan bersedih."

"Tapi apa Alvon akan mau?"

"Mama akan memaksa nya."

Cyra menghela lega kemudian tersenyum.

"Terimakasih mah."

"Iya sayang. Kamu masih kuat jalan? Jika iya, kita ke rumah sakit sekarang."

Cyra mengangguk antusias, "Masih kok mah. Ayo kita ke rumah sakit!"

"Yakin masih? Jika tidak sebaiknya jangan dipaksakan."

"Aku kuat mah, ayo."

Hati Revani menghangat melihat wajah Cyra yang berbinar bahagia. Ia lebih suka melihat Cyra tersenyum seperti ini, daripada melihat Cyra yang selalu menumpahkan airmata. Dan itu semua, karena ulah putranya.

***

"Al, ayo lah suapi Cyra. Dia sangat ingin di suapi oleh mu."

"Tidak mau mah!"

"Al, mama mohon. Demi cucu mama, apa kamu tidak ingin mengabulkan nya?"

Revani menatap Alvon sendu, yang justru itu membuat Alvon semakin bingung. Haruskah ia melakukan itu?

"Al?"

Menghela nafas, Alvon pun mengangguk dengan berat. Revani tersenyum lebar melihat itu.

"Terimakasih sayang." Revani mengecup pipi Alvon sekilas, sebelum akhirnya ia bergegas keluar untuk memanggil Cyra yang tengah menunggu bersama Rezka dan Roy.

"Cyra!" Panggil Revani antusias.

"Kenapa mah? Apa Alvon mau?"

"Iya sayang, cepatlah masuk. Dia menunggu mu."

Cyra tak kuasa menahan senyum nya. Ia menatap sang mertua dan kedua sahabat Alvon dengan senyuman mengembang.

"Gih masuk." Ujar Rezka tersenyum.

Cyra mengangguk, kemudian segera masuk kedalam ruangan Alvon.

Cyra berjalan perlahan mendekati Alvon yang tengah duduk di atas brankar dengan tatapan kearah lain.

"Alvon.." Cicit Cyra pelan, namun mampu membuat Alvon menoleh kearah nya.

Cyra tersenyum kecil menatap cup ice cream yang di pegang oleh Alvon.

"Cepat." Alvon menyodorkan sendok ice cream yang telah terisi itu di depan Cyra. Dengan perlahan Cyra pun duduk di samping Alvon dan mulai menerima suapan nya.

"Terimakasih Al.." Cyra mengelus perutnya seraya menatap Alvon. Alvon kembali menyodorkan sendok ice cream tersebut, dan Cyra kembali menerima nya.

Di luar ruangan, Revani, Rezka, dan Roy melihat itu semua dengan raut wajah berbinar. Semudah itukah kebahagiaan Cyra?

"Apa kamu tau Al? Sejak kita menikah, aku selalu berusaha untuk menerima dan mencintai mu. Dan sekarang itu semua terjadi. Aku mencintai mu, sampai aku merasa tidak perduli sebanyak apa luka yang kamu beri untuk ku." Lirih Cyra seraya menatap Alvon dalam.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status