Dentingan sendok yang beradu dengan piring mengawali pagi Rosa yang cerah. Wanita itu begitu menikmati nasi goreng seafood karyanya.
“Kamu nggak kuliah dek?” Rosa mengalihkan pandangannya dari piring ke sosok tampan kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jasnya.
“Nggak, aku mau ikut ke kantor bareng abang."
Zany mengerutkan keningnya, sejak kemarin tingkah adiknya aneh, bahkan betah menempel kepadanya padahal ia sudah membentak Rosa, karena adiknya selalu berbuat hal hal yang tidak di sukainya.
“Abang mau ke lokasi proyek. Sekalian ketemu klien."
Rosa mendengkus sebal mendengar jawaban sang kakak. Pokoknya ia tidak mau tahu. Karena hari ini jadwalnya mewawancarai sang kakak tentang Mr. Alim. Besok tidak bisa karena jadwal kuliahnya yang padat.
"Pokoknya aku ikut. Nggak pake koma." Jawab Rosa keras kepala.
Zany menghela nafasnya , susah sekali menang dari si keras kepala Rosa.
"Bi Jum, yang membersihkan kamar mandi saya siapa?"
Rosa nyaris tersedak mendengar pertanyaan sang kakak, begitu pula pasangan paruh baya di depannya.
Tidak lagi.
Rosa meneguk air putihnya dengan pelan. Rasanya ia ingin mengamuk saja pada sang kakak. Bagaimana tidak, selama kurang lebih 7 bulan di Indonesia atau sebutlah rumah kakek, garis miring selama ia mendekati Mr. Alim. Selama itu mungkin sudah 32 asisten rumah tangga yang di pecat oleh kakaknya itu, belum dihitung di kantor. Ia bahkan tidak sanggup lagi berkata kata karena kelakuan kakaknya yang super duper bersih. Secuil bahkan setitik saja debu atau kotoran yang di temukan kakaknya itu, tanpa basa basi mengatakan 'Kamu saya pecat' atau kalau tidak 'Bi Jum urus bayarannya ,mulai sekarang angkat kaki dari rumah ini' lah kan jadi wow kalau menurutnya. Kakaknya itu memang sedikit kejam, bahkan tidak pernah kasihan saat para Asisten rumah tangga itu memohon maaf agar tetap di pekerjakan.
Zany memang memiliki hak istemewa, ia memiliki 1 Art khusus yang mengurusi semua kebutuhan serta kebersihan kamarnya. Mulai dari kamar mandi yang selalu di cuci setelah di pakai, peralatan makan, dan segala tetek bengek yang berhubungan dengannya.
Kakeknya sudah lelah menceramahi Zany kalau mencari Art itu susah. Tapi begitulah Zany. Pria itu tampak acuh dengan respon Rosa serta kedua orang yang begitu di hormatinya. Baginya kebersihan itu nomor satu.
“Mbak I'in, mas Zany. "
Wanita paruh baya yang sudah bekerja selama 20 tahun itu menjawab ragu. Duh, apalagi ia yang sering kebagian pecat memecat. Kan tidak tega.
“Panggil kemari." Ucap Zany tanpa menghilangkan kesan hormat nya pada bi Jumilah.
Tak lama kemudian sosok perempuan berhijab lebar dengan pakaian khas Artnya serta kaus kakinya yang berwarna hitam muncul. Zany membidik wanita berkaca mata itu, menilainya.
“Nama?"
"Huurun Ii'nn."
"Hah??"
Semua yang hadir Tampak terkejut dengan nama wanita itu. Bagaimana tidak, nama itu cukup familiar terdengar di telinga. Setahu Rosa itu nama berada di surah Al-Waqi'ah, bedanya mungkin ada huruf Wau di dalam surah itu. Artinya kalau tidak salah bidadari bermata indah.
“Pantesan namanya cantik, orangnya juga cantik." Celetuk Rosa. Ia tidak mempedulikan dengkusan kesal sang kakak.
"Umur kamu berapa?" Tanya Zany masih dalam mode intimidasi khasnya.
“Dua puluh dua tahun, tuan." Wanita bernama Ii'in itu meremas ujung bajunya gugup. Ia sedikit tahu tentang sosok tuannya dari teman-temannya. Kejam dan perfectionist.
"Janda? Dari mana? "
Rosa memutar bola matanya jengah. Kenapa pula abangnya mendadak kepo sih? Biasanya juga kalau mau pecat tinggal ngomong, langsung selesai urusan.
“Gadis, dari Sukabumi." Ii'in semakin gugup, karena sang tuan melihatnya sendari tadi.
"Masih perawan kan?"
Ya tuhan! Rasanya Rosa benar-benar ingin menampar bolak-balik abangnya itu. Apa hubungannya coba perawan dengan pekerjaan?
"Ii_iya tuan."
"Oke, cuma saran saja, jangan dekat dekat dengan pria lain. Kalau kamu hamil saya tidak mau di sangkut pautkan. Seperti tetangga sebelah."
Rosa menganga. Ia tidak bisa mempercayai dari mana abangnya yang terkenal pendiam itu tahu tentang pembantu tetangga sebelah yang memang ramai di bicarakan warga perumahan. Ohoo, sesuatu yang luar biasa menurutnya. Secara gitu abangnya jarang sekali di rumah. pergi pagi, pulang makan siang terus balik lagi ke kantor, pulangnya jam 5 atau jam 6 sore.
“Sudah nak, kamu membuatnya takut." Sang kakek menegur, namun Zany hanya mengendikkan bahunya acuh.
“Mulai besok kamu ikut saya ke kantor. Petugas kebersihan di sana tidak ada yang becus."
"Iya tuan."
"Dan satu lagi, saya tidak suka panggilan itu. Panggil saja mas Zany seperti yang lain. Kamu boleh kembali."
I'in mengangguk kemudian meninggalkan ruang makan. Wanita itu tak henti-hentinya mengucap syukur. Kan tidak lucu juga baru seminggu sudah mau di pecat.
“Tumben abang gitu sama Art, apa gerangan kakanda tidak memecatnya?" Rosa bertanya, disertai logat sinetron yang sering di dengarnya dari teman-temannya. Sang nenek hanya tersenyum geli melihat perdebatan kedua cucunya.
“Pekerjaannya bersih. Abang suka. Biasanya kan abang capek ngajarin, terus nggak bersih bersih." Zany menjawab dengan alasan logisnya. Itu fakta yang sebenarnya sih, mengingat selama ini kebanyakan Art malah cari muka bukannya bekerja dengan baik.
“Well, alasan di terima. Semoga saja mbak Ii'in betah di sini." Rosa mengelap bibirnya, mengakhiri sarapan paginya. Ia tidak perlu takut gemuk, karena memang badannya mencerna makanannya dengan baik, hingga bisa di katakan ia sulit gemuk meskipun makan banyak. Lagipula kenapa sih para wanita sibuk menghindari nasi? Padahal karbohidrat penting bagi tubuh. Coba saja teliti sejarah Indonesia, semua pahlawan makan nasi, mereka tetap berprestasi, tidak ada istilah pahlawan perempuan diet ketat agar tubuhnya molek terus menggoda penjajah agar pendiriannya lemah. Pstt, alasan klise yang membuat kaum hawa diet mati-matian agar cepat mendapatkan si do'i, entah survei dari mana yang mengatakan kaum adam suka wanita bertubuh kurus atau sedang sedang atau tidak gemuk. Padahal kenyataannya orang gemuk laku laku saja.
Seperti quote yang Rosa dapat dari Mr. Alim, “Kebanyakan orang lebih khawatir dengan timbangan berat badan daripada timbangan berat amal.”
"Ayo berangkat, dek!" Zany menepuk pundak sang adik, kemudian bersalaman kepada kakek dan neneknna, tak lupa ia mengecup pipi keriput sang nenek. Pun Rosa yang mengikuti ritual sang kakak, bedanya Rosa akan memeluk sang kakek hingga akhirnya ia pamit mengikuti sang kakak.
* * *
"Jadi apa gerangan yang membuat ananda ratu Rosalina mengikuti prince Zany ?"
Rosa mendelik. Untuk urusan tiru-meniru abangnya itu jago sekali. Ada rasa sesal karena mengolok sang kakak pagi tadi.
"Kok abang nggak cerita kalau abang itu sahabatan sama Mr. Alim?" Rosa bertanya tanpa tendeng aling aling. Wanita itu memperhatikan lokasi proyek yang masih ditumbuhi padi yang siap panen. Mereka hanya berdua di gazebo yang di jadikan tempat persinggahan si petani karena beberapa rekan kakaknya itu sudah terlebih dahulu meninggalkan tempat.
“Siapa itu Mr. Alim?"
"Ih abang! Maksud aku kak Alfa!" Rosa terlampau kesal, ia memukul bahu kakaknya cukup keras. Ia menyesali kenapa otak kakaknya itu begitu cepat mencopy semua yang di ucapkannya, plus artinya.
“Oh dia?!" Zany menyeruput kopinya penuh khidmat. Sementara Rosa menunggu dengan sabar sembari menatap burung-burung yang beterbangan di sekitar pematang sawah.
“Omong-omong, kok abang nggak jijik sih? Di sini kan kotor." Rosa melirik sekelilingnya, jika di lihat lihat gazebo yang di dudukinya memang kotor kalau versi abangnya sih. Kalau versi Rosa ya bersih bersih aja.
"Abang kan pilih pilih kalau alergi." Zany menjawab cuek. Pria itu merebahkan badannya. Ia menggelar jasnya untuk sang adik, mengisyaratkan agar Rosa tidur di sampingnya.
“Ya juga ya? Kok bisa abang lebay gitu alerginya?" Rosa mengerut kan keningnya, mencoba berfikir.
Jika di ingat-ingat, abangnya itu memang aneh. Jika ada secuil debu entah di rumah atau di kantor, lalu berhasil di hirup kakaknya, dia akan bersin bersin, gatal gatal, batuk, pilek, migrain, demam, pusing dan berujung tidak bekerja selama seminggu. Lah kan lebay menurut Rosa. Dulunya Rosa pikir kakaknya itu bercanda, atau cuma akal-akalannya saja. Tapi saat melihat kakaknya sakit Rosa jadi percaya.
Ayahnya bilang Kakaknya alergi terhadap debu semenjak beranjak remaja.
“Nggak usah di pikirkan. Otak kamu sudah kecil nanti meledak." Zany menoyor kepada sang adik, Rosa tidak menggubrisnya dan tetap berpikir.
"Nama bakterinya apa sih kak?” Rosa berbalik, menghadap sang kakak yang masih terlentang.
"Mana abang tahu. Abang juga nggak mau gitu sih. Tapi ya gimana, syukuri aja dek. Yang penting abang nggak sekarat."
"Ihh....!! Aku serius tahu." Rosa mencebik, meraih tangan sang kakak dan menciumnya, kebiasaannya dari kecil kalau takut.
“Hmm, temannya abang ada yang alergi sayuran yang berpestisida."
"Sayur?"
"Iya, Dia sesak nafas terus keluar darah dari bibir atau hidungnya jika makan salah satu dan berakhir koma jika penanganannya tidak tepat. Dia jadi susah hidupnya, kalau mau makan semuanya serba organik, buat sendiri plus tanam sendiri. Untungnya kaya. Tapi Allah memang adil dek, mungkin dia udah kebanyakan uang jadi anaknya di kasih penyakit itu."
"Lah kok bisa ya? Nama alerginya apa sih bang?"
"Anafilaksis atau di sebut alergi berat. Reaksi alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian. Anafilaksis biasanya ditunjukkan oleh beberapa gejala termasuk di antaranya ruam gatal, pembengkakan tenggorokan, dispnea, muntah dan tekanan darah rendah. Gejala-gejala kayak gini akan timbul dalam hitungan menit hingga jam. Penyebab umumnya, dari reaksi ini adalah gigitan serangga, makanan, dan obat. Penyebab lainnya dapat berupa paparan lateks dan olah raga.
Jadi yang kamu cerewetin di kamar abang itu obatnya abang." Zany menyentil dahi adiknya yang masih mengernyit. Bukannya kesakitan Rosa malah memeluk tubuh sang kakak erat.
“Nggak usah cengeng, ada penderita yang lebih parah. Di gigit lebah meninggal. Lagipula dek, kalau Allah mau sekarang saja kita bisa mati. Penyakit hanya sarana atau tanda kutip penyebabnya. Sudah banyak kejadian orang sehat wal afiat meninggal tanpa peringatan sebelumnya." Zany mengusap rambut sang adik, bukanya diam Rosa malah terisak isak.
“Alfa sahabat abang dari kecil. Kan dulu abang juga satu pondok sama dia." Zany mengalihkan pembicaraan.
"Kok aku nggak tau sih? Perasaan kita selalu berbagi cerita, Aku abang Danis, sama bang Zany.” Rosa bertanya sambiil sesugukan.
Zany menghela nafasnya. Adiknya memang centil, petakilan, cengeng, manja dan semua yang berbau wanita melekat pada sang adik. Namun ia begitu menyayangi adiknya, bagaimanapun ia dan Denis lebih beruntung karena dapat merasakan kasih sayang sang ibu.
Tapi meskipun cengeng Rosa kecil tidak pernah menangis karena di ledek toleh teman-temannya karena tidak memiliki ibu. Menurutnya itu terlalu sinetron jika di novel-novel anak kecil seperti itu. Di antara keempat sahabat Rosa misalnya, meskipun keluarga mereka tidak utuh tidak ada istilahnya lebay bin alay dengan menangis karena merindukan keluarga lengkap.
"Kamu kan amnesia dek. Masa lupa sih?"
"Iya yah, kok aku lupa?" Rosa mengernyitkan dahinya, mencoba mencari puing puing ingatannya tentang Mr. Alim, "Aku amnesia saat masih kecil, berarti saat itu aku kenal Mr. Alim dong?" Rosa mengusap air matanya, kemudian bersembunyi di ketiak sang kakak. Tidak usah takut pingsan karena bau, abangnya yang tampan selalu wangi.
“Hmm, dia pindah ke Bogor. Ada peternakan kakek di sana. Tante Fatimah ikut mengelola saham milik almarhum om Fatih."
"Terus, terus?"
"Kamu amnesia sehari setelah Alfa pindah, kamu di culik karena nekat keluar rumah mengejar pedagang bakso. Tapi syukurlah kamu baik baik saja, dan ceria seperti biasanya. Abang senang."
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Suara yang Rosa kenal di luar kepala mengagetkannya. Ia dengan cepat duduk, mengamati sosok tampan dengan ransel di punggungnya dan tas kain yang Rosa tebak berisi makanan.
“Dengar salam di jawab dek, bukan dilihatin orangnya." Zany menoyor kepala sang adik, Rosa mencebik tidak suka. Kesenangannya memandang Mr. Alim terganggu.
Zany mempersilahkan Alfa duduk, ia menjauh dari sang adik yang masih terdiam entah memikirkan apa.
"Kok kak Alfa nggak cerita kita saling kenal? Sombong banget jadi orang!" Rosa mencibir, menunjuk Alfa yang sedang menata makanan yang di bawanya.
Mode bermartabat Rosa sedang on saat ini.
"Kamu yang lupa sama saya, Rosa."
Lah kok?
~Bersambung....
TING! TING!Jam berdentang nyaring, menunjukkan pukul 7 pagi tepat. Terlihat dua bersaudara Danis dan Zany sedang menyesap cairan hitam di cangkirnya masing-masing sembari menonton acara berita yang sedang berlangsung di televisi. "Astagfirullah!! Dek..!" Zany nyaris menyemburkan kopinya ketika melihat sang adik yang menuruni tangga dengan wajah kucel nan lesunya di tambah ransel di punggungnya yang membuat Rosa terlihat begitu menyedihkan. "Kamu mau kuliah?" Tanya Danis begitu sang adik mendaratkan bokongnya. Sejenak ia menelisik penampilan sang adik yang lebih mirip gelandangan."Hmm..."Rosa mengangguk mengiyakan. Menuangkan susu coklat ke gelasnya tidak bersemangat. Gadis itu ikut menatap televisi dengan tatapan datarnya. Lagi lagi kisah tragis wanita yang di bunuh kekasihnya. "Abis nangis? Mata kamu bengkak lho dek," Danis menangkup pipi adiknya, memberi isyarat pada Zany agar menyembunyikan remote control televisi. Karena biasanya Rosa akan memindahkan channel ke acara Kpop.
"Asuransi pada dasarnya adalah menjamin sesuatu yang belum jelas terjadi. Sedangkan pengertian Ghoror adalah merugikan salah satu pihak atau transaksi yang tidak jelas produknya, waktunya, tempatnya, jenisnya dan harganya. Sedangkan dalam islam konsekuensi hukum transaksi antara lain; tidak boleh ada kebohongan, kedzoliman, ghoror dan manipulasi. Semuanya harus jelas. Bagaimana mungkin seorang mengatakan asuransi halal sedangkan di dalamnya ada kedzoliman. Seperti memakan harta seorang dengan batil. Coba fikirkan di antara 100 % pengguna asuransi yang klaim hanya 36 % atau selebihnya. Ada bahkan yang menggunakan asuransi 5 tahun tidak pernah rawat inap di rumah sakit. Oleh karena itu perusahaan asuransi memiliki keuntungan terbesar. Saya tidak menjelekkan suatu perusahaan, tapi hanya menjelaskan hukum syar'i. Gini deh, kalau masih belum mengerti. Misalnya seseorang mengasuransikan mobilnya, dia sudah membayar premi sekitar setahun dengan total 10 juta. Suatu saat mobil itu tabrakan,
Antara Pencipta dan Mahluk.Antara Langit dan Bumi.Antara Jin dan Manusia.Antara Bulan dan Bintang.Antara Kamu dan jodohku. Oh kasih.Aku tahu diriku tak pantas di cinta.Melirik pun kau menolak.Menyapa pun kau seolah tak ikhlas.Merindukanmu yang jauh di sana.Aku yang berlumur durja.Tak pantas mencintaimu yang begitu sempurna.Laksana Semut merindukan Bulan . Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan.Merindukanmu yang begitu dingin. Bak salju yang begitu indah.Kau putih namun membuatku sakit.Kau putih namun membuatku membeku.Tolong aku.Tolong hapus rasa ini.Tolong.Tolong jangan muncul lagi di ingatanku.Kenapa di antara milyaran pria hanya engkau yang ku damba.Kenapa di antara sekian pria hanya engkau yang membuatku terpana.Ketaatanmu....Pribadimu.....Wajahmu....Prinsipmu...Oh kasih...Aku tahu diriku tak pantas bermimpi...Namun salah kah aku mencintaimu? Salahkah aku jika berdo'a di sepertiga malam hanya untuk meminta hatimu pada sang Pencipta?Salahkah aku...In
Rembulan datang menyinari gelapnya malam, cahayanya beradu dengan kerlap kerlip lampu perkotaan yang ramai. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita keluar dari mobil berplat B1662J . Keempatnya berjalan menuju resepsionis yang langsung menyapa mereka dengan senyumnya. "Ruang VVIP melati nomer 5 di mana ya mbak? " Tanya wanita berhijab abu abu setelah salamnya terjawab. "Lantai paling atas, belok kiri." Jelas sang resepsionis ramah. "Oh ya, terima kasih mbak." Mereka segera bertolak menuju lift yang tidak jauh dari tempatnya. "Rosa beneran siksa kak Fitriani?" Tanya wanita itu akhirnya. Sendari tadi sebenarnya ia tidak sabar untuk bertanya. Mengingat sang kakak _Alfa yang berada di dekat mereka. "Cuma di tampar saja. Tapi nggak sakit kok cuma kebas saja , merah saja enggak." Fitriani tertawa menyentuh pipinya. Menurutnya Rosa itu lucu. Ia mengikuti langkah panjang kedua pria di depannya keluar dari lift. "Kok aku dengar cerita yang enggak enggak sih?" Alifa menggerutu, saat
Zany melirik Rolexnya bosan. Sudah 30 menit ia menunggu sang adik yang tidak kunjung menampilkan batang hidungnya. Ia sendari tadi menjadi sasaran empuk mahasiswi yang berlalu lalang, beberapa di antaranya terang-terangan menyapanya bahkan mengajaknya foto bareng. Sebagai cucu orang terkaya ke enam mungkin dirinya yang paling tenar di antara deretan pewaris orang terkaya di Indonesia. Mengingat sepak terjangnya dalam dunia bisnis dan sosialnya terhadap masyarakat luas tentu membuat namanya harum. Ia memang sering kali wara wiri di televisi tanah air sebagai narasumber dan terkadang hadir di beberapa acara bergensi lainnya."Mas Zany, saya lapar." Gadis berhijab di belakangnya bersuara. Setelah sekian lama menatap ponselnya akhirnya gadis aneh itu bersuara. "Tunggu sebentar, saya ke dalam. Makan rotinya." Zany melemparkan sebungkus roti kepada Ii'in. "Minum obat kamu setelah itu. Saya pergi." Zany melenggeng, menutup pintu mobilnya, melirik sekilas pada Asisten spesialnya yang tenga
Day 278Mission Failed.Rosa menatap kalender di depannya disertai embusan nafasnya. Ia sudah putus asa mendekati Mr. Alim. Segala cara yang ia lakukan sia sia karena Mr. Alim bahkan tidak menoleh sedikitpun kepadanya. Hingga kenyataan pahit menamparnya, Mr. Alim di kabarkan melamar seorang wanita yang ternyata sekampus dengannya. Ia memang mendekati Mr. Alim seperti biasanya, entah di kampus atau di kantor. Jika ia memiliki waktu luang tentunya.Semuanya sudah ia lakukan, mulai dari membuang urat malunya, bahkan nyaris ena ena jika saja Danis _kakaknya tidak menyeretnya pulang. Padahal ia sudah merencanakan semuanya, termasuk mengecek masa suburnya. Ia sudah bersiap siap agar Alfa Junior tumbuh di rahimnya. Tapi ternyata, kedua kakaknya mencium niat buruknya.Dan hasilnya sekarang ini. Sepulang kuliah di kurung di kamar, sarapan, makan siang dan makan malam di kamarnya . Semua fasilitasnya dicabut, bahkan handphone beserta laptop kesayangannya ikut disita. Namun bukan itu yang membu
Senin yang menyebalkan. Itu hampir di rasakan seluruh penghuni bumi yang memiliki aktivitas padat. Rosa salah satunya. Wanita itu sedang berkutat dengan setumpuk tugasnya plus tugas dari sang kakak yang menyuruhnya menyortir berkas berkas perusahaan. Hufh..!Rosa sudah menolak dengan berbagai cara. Mulai dari pura-pura sakit perut hingga pura-pura tidak mengerti. Tapi memang dasar sifat diktator kakaknya yang sudah mendarah daging. Kata sang kakak, "Anak SD yang baru bisa baca saja ngerti. Kamu nggak sebodoh itu adik manis." Dan dengan berat hati yang seberat-beratnya Rosa membopong setumpuk kertas itu ke kampusnya. Tentunya di bantu kedua body guardnya. Dan sekarang matanya sudah kering karena terus menerus membaca. Rosa sudah berencana menyuruh kedua body guardnya membantu. Tapi Zany dengan kejam mengancam akan memblokir kartu debitnya jika ia berani berani menyuruh mereka. Harusnya itu tugas sekretaris kakaknya di kantor. Tapi apa di kata kakaknya menjawab dengan enteng, "Abang s
GGS. Jangan berpikir itu kependekan dari sinetron yang sempat meroket di tanah air. Menurut Rosa pribadi sih, sekarang di pertelevisian Indonesia sudah sangat susah mendapati acara yang mendidik. Termasuk Sinetron yang kadang membuat Rosa kesal karena tindakan tidak bermoral yang di pertontonkan. Mungkin itu penyebabnya banyak anak-anak atau bahkan remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan layaknya yang mereka tonton. Peluk sana sini, berkelahi, melawan orang tua, atau bahkan terjerumus ke hal yang lebih kompleks seperti hamil di luar nikah_yang lebih parahnya banyak anak-anak kecil yang menonton sampai rela begadang dan besoknya terlambat ke sekolah. Herannya rating suatu acara yang tidak lazim terkadang meroket di tanah air. Acara lawakan kerap kali dijadikan ajang membongkar aib dan menghina seseorang. Benar-benar jauh dari expektasi yang seharusnya. Oleh karena itu, Rosa pribadi menyukai drama korea selain karena episodenya tidak bertele -tele kebanyakan dramanya mengandung ban
Rosa menghentikan langkahnya saat memperhatikan orang-orang yang bersama Mr. Alim. Yang benar saja, ia tidak ingin mempermalukan dirinya di depan dosen yang duduk bersama Alfa. Akhirnya Rosa memutuskan kembali ke meja di mana Siska, Edward dan Maya berada. Maya menatap Rosa bingung, karena wanita itu kembali. Rosa menunjuk dua orang dosen yang ikut duduk di samping Alfa ,Maya mengangguk mengerti. "Omong-omong, bukanya ormas itu sering jagain gereja? Aneh banget sudah kalau sesama muslim bertingkah anarkis begitu." Edward berkomentar setelah makanannya tandas. "Di masjid banyak orang kehilangan sendal nggak di jagain. Kayak katanya ustadz yang viral itu, toleransinya udah kebablasan." Sambung Siska. "Hmm, tapi masa sih ustadz yang di bubarin itu ngelarang tahlil? Kalau maulid gue bisa toleransi karena emang ajaran Syi'ah di abad ke 200." Rosa bertanya penasaran. Setahunya tahlil itu kan 'Laa illaaha illallah' ada gitu ustadz yang melarang kalimat kalimat tauhid itu? "Tahlilan