"Udah tau gue amnesia. Elo aja yang sombong." Rosa tak mau kalah. Ia menatap sengit ke arah Alfa yang tampak biasa saja.
"Nggak penting juga." Jawab Alfa. Pria itu menyerahkan piring kepada Rosa dan Zany.
"What? nggak penting gimana? Bagi gue masa kecil itu penting." Rosa berkoar tak sabar. Wanita itu melipat kerah kemeja hitamnya, kemudian merebut sendok nasi dari Alfa. Menyendok nasi ke piringnya dengan emosi.
Ughh, air liur siapa yang tidak menetes melihat menu yang tersedia di kotak bekal yang Alfa bawa. Ada ayam panggang, tempe dan tahu goreng, sayur asam tak lupa sambal tomat yang begitu menggugah selera, limau di atas sambal itu serasa melambai lambai meminta di cicipi.
Zany dan Alfa hanya saling pandang melihat tingkah Rosa. Menunggu dengan sabar si tuan putri yang sibuk comot sana sini sesekali berujar 'enak banget'.
"Gue belum selesai. Nanti kalau udah kenyang baru lanjut." Ujar Rosa ketus saat melihat Alfa yang meredam tawanya karena tingkahnya yang di luar prediksinya .
Alfa mengira Rosa type wanita yang diet mati-matian atau bahkan memakan nasi seminggu sekali seperti yang sering Alfa dengar dari aktivis diet. Mengingat dulu tubuh tambun Rosa. Tapi persepsinya terpatahkan saat melihat gadis itu makan dengan lahapnya. Bahkan tidak menengok kiri kanan. Setelah mencuci tangannya Rosa langsung melahap nasi dengan kawan-kawannya.
"Seorang sahabat pernah bertamu kepada baginda Rosulallah Sallallahu Alayhi wasallam, sahabat itu membawa seorang anaknya. Saat akan menyantap hidangan sang anak nampak semangat melihat menu yang terhidang , ia bersemangat mengambil makanan kesukaannya yang terletak agak jauh dari tempatnya.
Rosulallah Sallalahu Alayhi wasallam menegur nya. Beliau bersabda 'Wahai anakku, sebutlah nama Allah dan ambillah makanan yang berada di dekatmu." Alfa mengakhiri ceritanya dan mulai menyuap nasinya. Tak lupa ia membaca basmalah.
“Elo nyindir gue?!" Rosa membanting piringnya kesal. Selain karena kepedasan ia juga mendadak emosi.
"Kalau nggak berbuat nggak usah tersindir kali dek." Zany menegur, merapikan piring sang adik dan kembali melanjutkan makannya.
"Saya hanya menyampaikan sabda Rosulallah Sallalahu Alayhi wasallam. Anggap saja siaran ulang kalau sudah tahu." Alfa menanggapinya santai, sementara Rosa sudah bersiap siap meledak.
"Elo sengaja kan biar gue nggak nambah?" Rosa bertanya berapi api.
"Nambah aja kalau mau." Alfa tersenyum geli melihat wajah memerah Rosa, belum lagi bibir wanita itu yang memerah karena kepedasan. Untuk saat ini Alfa bersyukur Rosa tidak memakai baju ketatnya. Wanita itu mengenakan celana kain yang sekilas nampak seperti rok panjang, mengembang hingga ke mata kaki, dan atasan kemeja hitam berkerah lipat yang tampak kebesaran di tubuh kurus wanita itu
"Btw, atanya setan nggak bisa ikutan makan kalau kita baca basmalah. Kalau gue baca basmalah sekarang setan keselek nggak ya?" Rosa bermolong sembari melahap tahunya. Alfa dan Zany saling pandang mendengar alibi Rosa.
"Nggak keselek. Tapi di muntahin. Setau abang itu ada hadistnya lho dek. Sama kayak kita ucapin salam pas masuk rumah atau ke kamar. Setan bakalan bilang ke temanya 'kita tidak memiliki tempat tinggal malam ini' terus mereka pergi. Itulah wajibnya berlindung kepada Allah." Jelas Zany , pria itu sibuk menyuwir ayam untuk sang adik. Sedangkan ia sendiri membuka mulutnya saat Rosa menyuapinya.
"Lah...! Berarti gue makan bekas muntahan setan dong?" Rosa mendorong piringnya. Wanita itu bergindik ngeri membayangkan yang 'iya iya '.
"Wallaahu A'lamm, saya sendiri kurang tahu tentang itu tapi di makan juga tidak apa-apa, doanya bukan bismillah saja kalau lupa, tapi membaca Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi atau Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu Artinya hampir sama sih Dengan menyebut nama Allah di awal dan akhirnya. Allah dan Rosulallah Sallallahu Alayhi wasallam membenci sesuatu yang mubadzir, karena mubadzir itu perbuatan setan." Jelas Alfa tenang. Pria itu memperhatikan Zany yang kini menyuapi sang adik. Ada rasa menggelitik di dadanya saat melihat eratnya persaudaraan di antara Rosa dan Zany. Meskipun seringkali bertengkar keduanya begitu saling menyayangi satu sama lain.
"Abisin. Abang suapin." Rosa tersenyum, ia mengangguk bersemangat. Nanti ia berencana menanyakan do'a yang Alfa bacakan tadi. Biar si setan tahu rasa.
* * * *
"KYAAA...! INI KEREN, WHOAAA!" Dengan suara kerasnya Rosa berteriak begitu turun dari mobil saat melihat rumah pohon yang begitu indah di matanya. Belum lagi hamparan kebun strawberry, dan jeruk yang mengelilingi rumah pohon itu.
Selesai makan siang tadi, kedua cowok ganteng itu mengajak Rosa mengunjungi sawah milik Alfa. Dan tentu saja Rosa bersemangat, selain karena jarak tempuhnya dekat, sepanjang jalan tadi ia melihat hamparan sawah yang di tanami berbagai macam jenis palawija dan padi.
"Ya ampun! Keren banget lho ini!"
Rosa tidak memperdulikan Alfa dan Zany yang sedang sibuk mengeluarkan barang barang dari bagasi mobil. Ia langsung menjanjal tangga rumah pohon, menaikinya dengan hati-hati. Tingginya mungkin sekitar tiga meter, tapi lumayan kalau terjatuh bisa patah tulang.
"YUUUUU HUUUU!! Gue seneng banget..! " Rosa tak henti-hentinya berteriak kegirangan. Ini pertama kalinya ia tahu namanya rumah pohon. Dan di dalamnya benar-benar luar biasa. Ada ranjang besar, dapur kering dan beberapa toples cemilan yang langsung di sambarnya.
"Assalamualaykum." Alfa mengucapkan salam, menaruh beberapa perabot yang di bawanya tadi.
"Wa'alaykumussalam."
Rosa menjawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari pohon jeruk yang berbuah lebat di depannya. Sesaat dia sadar dan langsung berlari menubruk tubuh Alfa yang duduk di ranjang.
"Gue tadi nggak ngucapin salam. Berarti setan setan berkeliaran di sini." Rosa bergindik ngeri, mengeratkan pelukannya pada tubuh Alfa yang sukses menegang.
"Kita bukan mahram Rosa." Alfa mencoba melepaskan tangan Rosa dari pinggangnya. Namun wanita itu urung melepas kan tangannya dan mencengkeram kemeja putih Alfa.
"Makanya jadiin gue mahrom dong!" Rosa menggerutu, namun tak urung senyum puas di wajahnya. Uhuu.... kapan lagi coba dapat peluk Mr. Alim tanpa di dorong. Haruskah ia berterima kasih pada setan? Ah tidak setan itu musuh yang nyata bagi manusia.
"Setannya udah pergi. Saya sudah mengucapkan salam tadi."
Alfa menghempaskan tubuh Rosa hingga wanita itu terbanting ke ranjang. "Jangan di ulangi lagi, saya tidak suka." Ujar Alfa pelan namun menusuk. Pria itu merapikan kemeja putih nya, kemudian meninggalkan Rosa yang sedang mendelik penuh kekesalan.
"Lha?!" Rosa terkejut saat melihat Alfa yang keluar begitu saja dari pintu keluar. Apa pria itu melompat? Gila saja kalau Alfa berani loncat setinggi itu. Tak mau berspekulasi dengan pikirannya, Rosa akhirnya melangkah pelan menuju pintu keluar. Wanita itu membuka pintu dengan pelan.
"WOOW!"
Rosa terkejut saat mendapati rerumputan di depannya. Ia melirik ke sekelilingnya. Gila, rumah poho nya bisa turun begitu?
Tapi kok Rosa tidak merasa bergerak saat di turunkan?
"Abang!" Rosa berteriak memanggil sang kakak yang menghilang entah ke mana. Di depannya ada dua bangunan minimalis, ia menebak mungkin salah satunya kamar mandi dan dapur.
Benar saja. Abangnya keluar dari bangunan bercat biru dengan handuk kecil di lehernya.
"Sholat yuk. Jangan kayak tarzan , dari tadi kamu teriak teriak nggak jelas. Pantesan aja Alfa nggak suka sama kamu." Zany menyampirkan handuk ke kepala sang adik. Tanpa di perintah dua kali Rosa berjalan meninggalkan sang kakak. Ia bermaksud mengambil air wudhu.
Di depan kamar mandi ia berpapasan dengan Alfa yang baru selesai berwudhu.
Ganteng banget! Bantinnya berteriak genit.
"Jangan lupa baca basmalah. Karena wudhu tidak sah tanpa basmalah." Alfa mengingatkan. Kemudian meninggalkan Rosa yang mengangguk paham.
* * *
Rosa memperhatikan kedua pria tampan di depannya yang sedang memancing, sesekali gadis itu menyemangati sang kakak.
Mereka kini berada di sungai, tepat di samping rumah pohon , hanya berbatasan pohon singkong dan beberapa pohon pisang. Rosa awalnya terkejut karena tidak menyangka ada sungai yang begitu jernih di samping rumah pohon itu. Tahu begitu dari tadi ia berenang saja di sana. Ia jadi tahu alasan rumah pohon yang bisa dinaik turunkan. Alfa bilang terkadang air sungai meluap. Jadi timbullah ide untuk membuat rumah pohon itu.
"Kok abang nggak dapet dapet sih?" Zany menarik kail pancingnya. Ia melirik Alfa yang baru saja mendapatkan ikan ke dua.
"Yah, apinya udah besar membara nih. Abang kurang umpan kali." Ujar Rosa sembari mengelap keringatnya. Ia memang bertugas menyalakan api dan membersihkan ikan hasil tangkapan, membumbuinya kemudian melapisinya dengan aluminium foil dan menanamnya dalam bara api yang sudah di buatnya.
"Matiin dulu dong, kak Alfa. Gue takut tahu, nanti lepas lagi." Rosa menunjuk ikan di dalam ember yang masih bergerak ke sana kemari.
"Kamu pegang pancingnya." Alfa menyerahkan pancin nya kemudian membersihkan ikan.
"Abang tarik dong, udah gerak gerak tuh!" Rosa heboh menunjuk pancing milik sang kakak.
"Kecil." Rosa menghela nafasnya saat melihat hasil tangkapan sang kakak.
"Begitulah manusia, terkadang mau hasil besar modalnya kecil. Saat infak misalnya, bukan rahasia umum lagi uang lima ribu rupiah minta kesehatan, rejeki, jodoh, anak sholeh, panjang umur dan segala macamnya. Giliran ada acara konser atau apalah yang berhubungan dengan dunia kita rela mengeluarkan uang sampai ratusan ribu hingga jutaan. Tapi untuk Allah kita selalu perhitungan." Ujar Alfa kalem. Rosa mengangguk mengiyakan.
Gue nonton konser jutaan rupiah nggak mikir, giliran infak ada duit seratus ribu aja pake mikir, abis mikir pilih duit yang paling jelek terus masukin. Mr. Alim tahu banget cara nyindir.
Seperti Qoute yang Rosa dapet beberapa hari lalu Seratus ribu untuk kotak amal kemahalan tapi seratus ribu untuk ke Mall kurang. Iya juga sih, kalau di pikir pikir kita ini kikir.
"Kita bukan kasih Allah tanda kutip, karena Allah Azzawajalla tidak butuh kepada mahluknya. Pernah dengar kisah Qabil dan Habil?"
Rosa dan Zany mengiyakan.
"Nah amalnya si adik di terima karena memberikan yang terbaik miliknya, plus ikhlas."
Rosa mengangguk menanggapinya. Mulai sekarang ia akan mengusahakan yang terbaik.
"Rosulallah Sallalahu Alayhi wasallam mengajar kan Sedekah pangkal kaya sedangkan orang-orang barat mengajarkan Menabung pangkal kaya seperti yang kita pelajari dari sekolah dasar. Tentu keduanya bertolak belakang. Logikanya di mana saat uang di keluar kan akan bertambah banyak. Tapi begitulah cara Allah Azzawajalla mengajarkan kita. Seperti kisah Sahabat Abdurrahman bin Auf Rodiallahu Anhu, di mana beliau mensedekahkan satu peti emasnya dan keuntungan dua peti emas, saat beliau bersedekah lagi dengan dua peti emas kembali tiga peti emas, begitulah seterusnya. Beliau terkenal dengan kekayaannya, kapaknya saja terbuat dari emas. Sedangkan orang kaya sekarang _ Bill Gates belum tentu memiliki kapak dari emas."
Rosa dan Zany tertawa mendengar kan guyonnan Alfa. Kakak beradik itu terlihat sabar menanti ikan yang tak kunjung datang.
"Astaga!! Punyaku bergerak, Kak Alfa bantuin!" Rosa berteriak kegirangan, berusaha menarik pancingnya. Alfa terkekeh geli melihat tingkah Rosa, hingga akhirnya ia pun membantu Rosa menarik kail.
BYUUUR!!
Alfa terjembab ke sungai karena tempat kakinya berpijak longsor. Untung saja tidak ada batu di dekatnya. Zany dan Rosa tertawa terbahak-bahak melihat pose jatuh Alfa yang bisa di bilang keren. Karena kepalang basah akhirnya Alfa memutuskan menyelam hingga seluruh anggota tubuhnya basah.
Rosa masih saja tertawa, andai saja tadi ia merekam Alfa. Rosa yakin akan menjadi viral.
“Ikan gue." Rosa menggerutu, berusaha menarik pancing yang masih terasa berat.
"Ikannya masih ada, bantuin!”
Rosa merasa seperti adegan slow motion saat Rosa melihat wajah tampan Alfa yang sepenuhnya basah. rasanya seperti melihat adegan iklan di
Bersambung....
"Khitbah itu lamaran. Jadi gini deh, kan ta'aruf tujuan nya nikah. Nah biasanya kan ta'aruf itu tujuannya adalah berkenalan, tentunya harus di temani mahrom. Dalam proses ta'aruf itu nggak boleh pake hati, nanti baver kalau ujungnya tidak ada kecocokan. Tapi setau gue sih ulama menyarankan agar mengkhitbah terlebih dahulu baru ta'aruf. Ya ini sih buat orang yang udah kita kenal tap__"Intinya aja sih, nggak sabar gue." Lana menyela penjelasan Rosa. Ia juga tidak sebodoh itu dalam urusan perta'arufan. "Intinya ada cowok yang nge-khitbah gue dan udah di terima sama kakek." "W H A T ?! Elo yakin?" Rosa tersenyum mengiyakan suara toa Maya dan teman-temannya. Ia sudah menebak reaksi keempat sahabatnya saat dirinya mengatakan sudah di Khitbah. "Kita belum lulus Ros, ya elah jangan bilang elo nggak tahan pengen ena ena mangkanya jadi ngebet pengen nikah." Komentar Lana. Wanita itu tidak mempedulikan reaksi keempat sahabatnya minus Rosa yang menatapnya garang. "Aww, sakit!!" Lana meringi
TING! TING!Jam berdentang nyaring, menunjukkan pukul 7 pagi tepat. Terlihat dua bersaudara Danis dan Zany sedang menyesap cairan hitam di cangkirnya masing-masing sembari menonton acara berita yang sedang berlangsung di televisi. "Astagfirullah!! Dek..!" Zany nyaris menyemburkan kopinya ketika melihat sang adik yang menuruni tangga dengan wajah kucel nan lesunya di tambah ransel di punggungnya yang membuat Rosa terlihat begitu menyedihkan. "Kamu mau kuliah?" Tanya Danis begitu sang adik mendaratkan bokongnya. Sejenak ia menelisik penampilan sang adik yang lebih mirip gelandangan."Hmm..."Rosa mengangguk mengiyakan. Menuangkan susu coklat ke gelasnya tidak bersemangat. Gadis itu ikut menatap televisi dengan tatapan datarnya. Lagi lagi kisah tragis wanita yang di bunuh kekasihnya. "Abis nangis? Mata kamu bengkak lho dek," Danis menangkup pipi adiknya, memberi isyarat pada Zany agar menyembunyikan remote control televisi. Karena biasanya Rosa akan memindahkan channel ke acara Kpop.
"Asuransi pada dasarnya adalah menjamin sesuatu yang belum jelas terjadi. Sedangkan pengertian Ghoror adalah merugikan salah satu pihak atau transaksi yang tidak jelas produknya, waktunya, tempatnya, jenisnya dan harganya. Sedangkan dalam islam konsekuensi hukum transaksi antara lain; tidak boleh ada kebohongan, kedzoliman, ghoror dan manipulasi. Semuanya harus jelas. Bagaimana mungkin seorang mengatakan asuransi halal sedangkan di dalamnya ada kedzoliman. Seperti memakan harta seorang dengan batil. Coba fikirkan di antara 100 % pengguna asuransi yang klaim hanya 36 % atau selebihnya. Ada bahkan yang menggunakan asuransi 5 tahun tidak pernah rawat inap di rumah sakit. Oleh karena itu perusahaan asuransi memiliki keuntungan terbesar. Saya tidak menjelekkan suatu perusahaan, tapi hanya menjelaskan hukum syar'i. Gini deh, kalau masih belum mengerti. Misalnya seseorang mengasuransikan mobilnya, dia sudah membayar premi sekitar setahun dengan total 10 juta. Suatu saat mobil itu tabrakan,
Antara Pencipta dan Mahluk.Antara Langit dan Bumi.Antara Jin dan Manusia.Antara Bulan dan Bintang.Antara Kamu dan jodohku. Oh kasih.Aku tahu diriku tak pantas di cinta.Melirik pun kau menolak.Menyapa pun kau seolah tak ikhlas.Merindukanmu yang jauh di sana.Aku yang berlumur durja.Tak pantas mencintaimu yang begitu sempurna.Laksana Semut merindukan Bulan . Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan.Merindukanmu yang begitu dingin. Bak salju yang begitu indah.Kau putih namun membuatku sakit.Kau putih namun membuatku membeku.Tolong aku.Tolong hapus rasa ini.Tolong.Tolong jangan muncul lagi di ingatanku.Kenapa di antara milyaran pria hanya engkau yang ku damba.Kenapa di antara sekian pria hanya engkau yang membuatku terpana.Ketaatanmu....Pribadimu.....Wajahmu....Prinsipmu...Oh kasih...Aku tahu diriku tak pantas bermimpi...Namun salah kah aku mencintaimu? Salahkah aku jika berdo'a di sepertiga malam hanya untuk meminta hatimu pada sang Pencipta?Salahkah aku...In
Rembulan datang menyinari gelapnya malam, cahayanya beradu dengan kerlap kerlip lampu perkotaan yang ramai. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita keluar dari mobil berplat B1662J . Keempatnya berjalan menuju resepsionis yang langsung menyapa mereka dengan senyumnya. "Ruang VVIP melati nomer 5 di mana ya mbak? " Tanya wanita berhijab abu abu setelah salamnya terjawab. "Lantai paling atas, belok kiri." Jelas sang resepsionis ramah. "Oh ya, terima kasih mbak." Mereka segera bertolak menuju lift yang tidak jauh dari tempatnya. "Rosa beneran siksa kak Fitriani?" Tanya wanita itu akhirnya. Sendari tadi sebenarnya ia tidak sabar untuk bertanya. Mengingat sang kakak _Alfa yang berada di dekat mereka. "Cuma di tampar saja. Tapi nggak sakit kok cuma kebas saja , merah saja enggak." Fitriani tertawa menyentuh pipinya. Menurutnya Rosa itu lucu. Ia mengikuti langkah panjang kedua pria di depannya keluar dari lift. "Kok aku dengar cerita yang enggak enggak sih?" Alifa menggerutu, saat
Zany melirik Rolexnya bosan. Sudah 30 menit ia menunggu sang adik yang tidak kunjung menampilkan batang hidungnya. Ia sendari tadi menjadi sasaran empuk mahasiswi yang berlalu lalang, beberapa di antaranya terang-terangan menyapanya bahkan mengajaknya foto bareng. Sebagai cucu orang terkaya ke enam mungkin dirinya yang paling tenar di antara deretan pewaris orang terkaya di Indonesia. Mengingat sepak terjangnya dalam dunia bisnis dan sosialnya terhadap masyarakat luas tentu membuat namanya harum. Ia memang sering kali wara wiri di televisi tanah air sebagai narasumber dan terkadang hadir di beberapa acara bergensi lainnya."Mas Zany, saya lapar." Gadis berhijab di belakangnya bersuara. Setelah sekian lama menatap ponselnya akhirnya gadis aneh itu bersuara. "Tunggu sebentar, saya ke dalam. Makan rotinya." Zany melemparkan sebungkus roti kepada Ii'in. "Minum obat kamu setelah itu. Saya pergi." Zany melenggeng, menutup pintu mobilnya, melirik sekilas pada Asisten spesialnya yang tenga